#16: Truth and Lies

66 4 4
                                    

Jun's POV

Aku melemaskan ototku yang kaku akibat penerbangan selama enam jam tanpa dari Kathmandu menuju Tokyo melalui Shanghai.

Aku melihat arlojiku. Pukul 20.00. Aku segera menuju pintu keluar untuk mencari sosok Aiba. Aku memeluknya sesaat.

"Bagaimana?"

"Nepal benar-benar menyenangkan. Aku bawa gelang yang sudah diberkati dari kuil untukmu. Aku juga bawa beberapa kain dan rempah-rempah dan teh dan..."

------------------------------------------------------

Terasa sebuah tamparan keras di pipiku. Aku membuka mata dan menatap Aiba dengan kesal.

"Sialan kau!" Umpatku. Ia terbahak.

"Ayo turun! Kita makan enak hari ini. Untuk memperbaiki indera perasamu karena makanan kuil yang hambar." Ejeknya. Aku turun dari mobil dan memasuki restoran Cina milik ayahnya.

Seperti biasanya, restoran itu tampak semakin ramai saat malam hari. Tak berubah sedari dulu. Ibunya lalu datang dan menyambut kami dari balik meja kasir. Aiba memeluk wanita itu erat.

"Ah! Matsumoto-kun, sudah lama sekali tidak melihatmu. Bagaimana kabarmu?"

Aku tersenyum. "Aku baik."

"Yang seperti biasa?" Tanya ibunya. Aku mengangguk dan mencari tempat lesehan di pojok restoran.

Ia menuangkan air putih ke gelasnya dan meneguknya sedikit.

"Bagaimana?" Tanyanya padaku. Aku mengerutkan dahi.

"Bagaimana apanya?"

"Tentu saja masalahmu, bodoh! Apa kau sudah menemukan solusinya?"

Aku menggigiti bibirku. "Aku masih belum yakin apa aku akan melakukannya atau tidak. Lagipula benar katamu, aku tak berhak mengganggu hidupnya lagi."

"Tapi tetap saja semuanya butuh penyelesaian. Semuanya masih menggantung karena kalian masih perlu untuk saling memaafkan satu sama lain." Ucapnya lalu membuka sebungkus fortune cookie dan memakannya.

"Terlebih lagi kalian belum jujur satu sama lain. Jika begitu, maka masih ada masalah yang belum terselesaikan antara kalian berdua."

"Tapi semuanya akan tetap sama kan?"

"Memangnya aku pernah bilang kalau dia akan kembali padamu? Tidak kan?" Jawabnya lalu mengambil satu fortune cookie lagi dan memakannya dengan santai.

Pesananku lalu datang. Ibu Aiba sendiri yang mengantarnya.

"Kalian tidak datang bersama Sakurai-kun kemari?"

Aku terdiam mendengar nama itu sedangkan Aiba memberi isyarat mata pada ibunya untuk tidak membahasnya.

"Ah! Maaf."

"Tak apa, bi." Ucapku lalu mulai membelah sumpit bambu dan mengambil sayuran lalu meletakkannya di atas nasiku.

"Kalau begitu makanlah yang puas. Akan kubuatkan lagi jika kau mau."

"Terima kasih." Ucapku. Ibunya lalu meninggalkan kami.

Aku menyantap makananku dengan lahap. Benar kata Aiba, makanan kuil benar-benar membuat lidahku mati rasa.

"Kau belum jawab pertanyaanku." Tagihnya sembari mengunyah gyoza lalu memasukkan sepotong babi panggang dengan saus peking ke mulutnya.

"Biarkan aku makan dulu. Setelah itu baru kita membahasnya, OK."

"Ck, kau memang menyebalkan!" Balasnya. Aku mengangkat sebelah bahuku tanda tak peduli.

------------------------------------------------------

Love Me, Heal Me [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang