#4: Secret Garden

78 6 2
                                    

Satoshi's POV

Aku kembali ke ruangan yang gelap dan dingin itu. Lagi. Aku benci aroma kesunyian ini.

Tiba-tiba sebuah cahaya yang sangat menyilaukan menerpa wajahku.

Terlihat sesosok bercahaya di sana. Aku tak dapat melihat wajahnya. Sosok itu lalu mengulurkan tangannya padaku. Aku menyambutnya.

Sosok itu lalu menarikku ke suatu tempat. Aku memandangi tempat itu dengan perasaan tak asing.

Ini taman rahasia di belakang rumah sakit itu!

Tiba-tiba ada sesuatu menarikku lagi. Aku seperti berada di sebuah ruang raksasa yang dipenuhi bintang-bintang.

Aku bahkan merasa menemukan ketenangan di situ. Sesuatu yang selalu kuimpikan.

Aku lalu memejamkan mataku. Membawanya ke dalam pikiranku dan terasa seperti...terlahir kembali!

Aku terbangun dengan perasaan yang teramat damai pagi ini. Mendadak aku teringat mimpi yang barusan. Apa maksud semua itu?

Terdengar suara ketukan pintu yang kemudian terbuka perlahan. Aku menoleh.

"Pagi!" Sapanya.

"Pagi!"

"Ini sarapan dan obatmu." Ucapnya lalu meletakkan sebuah nampan di mejaku.

"Terima kasih."

"Oh, ya. Aku punya kabar baik untukmu." Ucapnya lagi.

"Kabar baik?"

"Hm. Dosis obatmu sudah berkurang banyak. Terlebih lagi, kau sudah tidak perlu berlama-lama disini."

Ia lalu menatapku. "Kau bisa meninggalkan tempat ini beberapa hari lagi. Soal itu aku tidak begitu tahu. Mungkin dokter Sakurai yang akan memberitahukannya padamu." Jelasnya lagi.

"Pulang? Apa kau serius?"

Ia tersenyum. "Selamat ya." Ucapnya lalu berbalik pergi.

Pulang? Apa itu berarti aku sudah sembuh?

Aku tersenyum lalu menyantap makananku dengan lahap.

Namun di sisi lain hatiku entah kenapa...

Aku ingin tinggal.

-------------------------------------------------

Aku mengunjungi ruangan dokter Sakurai seperti biasa.

"Selamat! Kau bisa pulang besok siang." Ucapnya.

"Kau...yakin?" Tanyaku memastikan.

Ia mengangguk. "Hm. Aku bahkan tak menyangka kemajuanmu sepesat ini."

"Kau yakin aku benar-benar bisa pulang besok?"

"Apa aku terlihat bercanda untukmu?"

"Tidak. Hanya saja aku takut."

"Apa yang kau takutkan?"

"Apa aku benar-benar sembuh? Aku takut kalau ada sesuatu yang buruk ke depannya."

Ia menghela napas. "Soal sudah sembuh atau tidak itu semua tergantung padamu. Aku hanya bisa membantu. Kau bahkan sudah sangat hebat untuk sampai tahap ini."

"Soal ke depannya, kita hanya bisa mengira-ngira saja. Tak ada yang tahu." Lanjutnya lagi.

Aku terdiam. Ia tersenyum.

"Kau mungkin bisa berkemas sekarang. Aku yakin kau pasti sangat senang bisa secepatnya pergi dari sini."

Sebenarnya tidak begitu...

Love Me, Heal Me [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang