#8: Us

172 5 6
                                    

[WARNING] NSFW CONTENT!!!!

Sho's POV

Aku terbangun keesokan paginya, aku meraba bagian samping ranjang yang terasa kosong dan segera bangkit untuk mencarinya.

Aku lalu menemukannya sedang memasak sesuatu di dapur. Aku menghela napas lega.

"Pagi!" Sapanya. Aku langsung menghampirinya dan memeluknua dari belakang.

"Kenapa seperti orang ketakutan begitu?" Tanyanya heran.

Aku mengeratkan pelukanku dan mencium tengkuknya. Ia lalu berbalik dan memegang kedua pipiku.

"Aku tidak apa-apa. Tenang saja."

Aku menciumnya. Ia tersenyum lalu kembali fokus ke masakannya.

"Hari ini hanya tamagoyaki dan salad bayam. Tidak masalah kan? Aku tidak sempat belanja kemarin."

"Hm." Gumamku sembari terus memeluknya.

"Daripada terus memelukku seperti ini, akan lebih baik jika kau sedikit berguna. Tolong bawakan ini semua ke meja makan."

Aku tersenyum lalu membawa masakannya ke meja makan saat ia menyiapkan nasi untuk kami.

Ia lalu mengantarkan nasi untukku dan duduk di dekatku.

"Mari makan!"

Kami lalu menyantap makanan kami. Ia menatapku.

"Dokter Sakurai ingin bekal apa untuk hari ini?"

Aku meletakkan peralatan makanku. "Tidak bisakah kau memanggilku dengan nama lain?"

"Kau tidak menyukainya?"

"Bukan begitu. Hanya saja...aku ingin mendengar panggilan yang sedikit lebih kasual. Mengingat hubungan kita bukan lagi dokter dan pasien."

"Bagaimana kalau Sho-kun?"

Aku terkejut. Terasa sebuah letupan di dadaku saat ia memanggilku seperti itu. Aku tersenyum.

"Ya! Itu. Baiklah. Kalau begitu aku memanggilmu Satoyan. Kau menyukainya?"

Ia tertawa. Aku menatapnya bingung.

"Tidak suka ya?"

"Bukan. Hanya saja nama itu terdengar lucu." Ucapnya sembari menahan tawa.

Aku mengacak rambutnya sebagai bentuk protes.

------------------------------------------------------

Aku sedang berendam di bak berisi air panas. Terdengar suara pintu terbuka. Ia lalu berhenti ketika melihatku di sana.

"Ah! Maaf."

"Tak apa. Kemarilah!" Ucapku.

Ia mencengkeram ujung bajunya dan menatapku dengan tatapan ragu.

"Ayo!"

Ia lalu mulai membuka kancing piyama dan celananya. Aku memperhatikan tubuh mungilnya.

Ia menyusulku ke dalam bak. Aku lalu menggosok punggungnya dengan lembut.

"Darimana kau dapatkan luka lebam ini?" Tanyaku saat menyentuh pundaknya.

"Ah! Aku tidak sengaja membenturkan pundakku ke properti panggung."

"Lain kali hati-hati."

"Hm."

Aku mulai memperhatikannya dengan seksama. Aku menelan ludahku saat ia menggosok lehernya yang jenjang.

Love Me, Heal Me [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang