#9a: December

130 4 4
                                    

[WARNING] NSFW CONTENT!!!!

Sho's POV

Beberapa bulan kemudian...

Aku terbangun seperti biasanya tiap pagi. Selalu disambut dengan ranjang yang kosong dan aroma masakan di dapur yang bercampur aroma manis. Selalu seperti itu. Setiap pagi beberapa bulan terakhir ini.

Aku tersenyum dan menghampiri sosok yang memunggungiku itu lalu memeluknya dari belakang.

Tercium aroma kayu manis dan aroma lain yang bercampur jadi satu di tubuhnya.

Ia menghiraukanku dan terus fokus pada masakannya. Aku mulai menciuminya. Ia terkikik geli.

"Kenapa sih?" Protesnya.

"Aku merindukanmu." Keluhku.

Ia berdecak. "Aku hanya akan meninggalkanmu selama empat hari. Jangan cengeng!" Protesnya lagi. Aku membalik tubuhnya dan melingkarkan tanganku di pinggangnya.

"Apa kau tidak akan merindukanku?"

Ia menghela napas. "Tentu saja aku akan merindukanmu. Aku akan menelepon setiap saat. Aku janji."

"Benar?"

"Hm."

"Akan kupegang kata-katamu."

Ia lalu kembali fokus ke masakannya. Aku menjauh dan menyesap cokelat panas yang sudah disediakannya di atas meja dan melangkah menuju teras belakang.

Aku biasanya tidak begitu menyukai cokelat panas. Entah sejak kapan aku mulai menyukainya yang jelas cokelat hangat buatannya berbeda dengan cokelat panas instan yang biasa di jual di supermarket.

Hari ini cukup cerah untuk ukuran musim dingin yang biasanya sama sekali tak ada matahari.

Aku menghela napas dan kembali menyesap minumanku sembari menatap mentari yang tengah tersenyum kepadaku.

"Tumben sekali ya pagi-pagi secerah ini." Ucapku.

"Eh? Bukankah itu bagus? Setidaknya jadi sedikit hangat kan?" Jawabnya diikuti dengan bunyi alat makan yang saling 'berperang'.

"Kau benar, tapi tidak biasa saja untuk ukuran musim dingin." Ucapku lalu memasuki rumah dan duduk di kursi meja makan. Ia lalu kembali untuk mengambil beberapa benda lain.

"Kalau begini sepertinya agak mustahil ya kalau salju turun." Ucapnya.

"Aha! Lihat siapa yang pesimis sekarang?" Ledekku. Ia menatapku dengan kesal.

"Kan aku bilang "agak mustahil". Tidak berarti tidak akan turun." Protesnya. Aku memicingkan mataku dengan tatapan mengejek.

"Oh ya? Bahkan beberapa hari ini lumayan cerah. Apa kau yakin?"

"1000%"

"Sudahlah. Jangan terlalu optimis. Kau akan kalah! Perlu kau ingat. Ini Tokyo, bukan Hokkaido atau Akita. Mustahil turun salju di sini."

"Aku akan tetap yakin dan selamanya yakin! Lagipula sepuluh tahun yang lalu turun salju kok di Tokyo."

"Baiklah. Aku pegang kata-katamu. Malam natal kan?"

"Hm. Kita lihat saja nanti!" Ucapnya sembari mengacungkan sumpitnya seakan ingin menusukku.

Aku tertawa lalu mengambil sumpitku dan mulai makan.

----------------------------------------------------

Aku lalu mengantarnya ke bandara siang harinya.

Love Me, Heal Me [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang