#3b: Sanctuary

100 4 4
                                    

Sho's POV

Aku terbangun keesokan paginya dengan begitu segar. Entah kapan terakhir kalinya aku merasa sesegar ini setiap terbangun dari tidurku.

Aku menggeser tubuhku sedikit. Ia masih tertidur. Aku lalu menggerakkan tubuhku perlahan agar tak membangunkannya.

Aku duduk di tepian ranjang dan mengusap mataku dan menguap lebar.

Aku dikejutkan oleh dering handphoneku. Aku melihat sosok yang ada di belakangku. Memastikannya agar tak terbangun.

Aku mengangkat telepon dengan suara sekecil mungkin.

"Halo?"

"Sho-nyan, kau di mana? Aku sudah berada di apartemen sekarang."

Aku membelalakkan mataku dan menjauh. "Kau sudah pulang? Kenapa tidak bilang? Aku kan bisa menjemputmu di bandara."

"Hm. Aku baru saja sampai tadi. Aku sengaja ingin memberikanmu kejutan."

Aku terdiam dan sejujurnya juga ingin tersenyum penuh ironi.

Kau bahkan selalu memberi kejutan hampir setiap harinya!

Tiba-tiba tidak bisa dihubungi, tiba-tiba membatalkan janji, tiba-tiba ada gosip dekat dengan artis lain, dan terkadang sama sekali tidak pulang.

"Sho-nyan?"

"Hm. Ya?"

"Kenapa diam saja?"

"Ah! Tidak apa-apa. Hanya sedikit mengantuk. Aku menginap di rumah sakit semalam."

"Begitu ya. Cepatlah pulang! Aku buat sesuatu untukmu. Kesukaanmu."

"Ya."

"Oh ya, bisa belikan keju parmesan untukku? Aku lupa membelinya tadi."

"Hm. Tentu."

"Kalau begitu sampai jumpa!"

"Dah!" Ucapku lalu memutus telepon.

Aku menghela napas lalu menuju kamar mandi untuk mencuci wajahku.

---------------------------------

Aku membuka pintu apartemenku dan melepas sepatuku.

Aku memasuki apartemenku dengan santai.

"Kejumu." Ucapku lalu meletakkannya di meja makan.

Ia berbalik untuk menatapku dan meletakkan kedua tangannya di pinggang.

Aku mengerutkan dahi. "Apa?"

"Mana salammu, anak bandel?" Ucapnya dengan nada pura-pura kesal. Aku menghela napas.

"Aku pulang." Ucapku lemah.

Ia tersenyum dan menghampiriku lalu memelukku dan mencium bibirku.

"Oh...aku sangat merindukanmu." Ucapnya sembari memainkan pipiku. Aku tersenyum.

Ia lalu kembali ke dapur dan berkutat dengan masakannya.

"Kau tampak lelah. Bagaimana dengan pekerjaanmu akhir-akhir ini?" Tanyanya.

"Biasa saja. Aku hanya tidak bisa tidur akhir-akhir ini."

"Karena aku?" Godanya.

Aku mengerlingkan mataku. "Cepat selesaikan masakanmu! Aku lapar!" Jawabku.

Ia tersenyum jahil dan mengangkat sebelah alisnya. "Denial."  Ucapnya sembari menahan tawa.

Aku mengangkat kedua pundakku dan masuk ke kamar mandi.

Love Me, Heal Me [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang