Satoshi's POV
"Ahh...kenyang."
Aku lalu merapikan peralatan makan dan mencucinya. Ia bergerak dan memasukkan koin ke dalam juke box.
Ia lalu menarik sebelah tanganku. Aku megeraskan tanganku seakan menolaknya. Ia berdecak.
"Ayolah!"
Aku membersihkan tanganku dan mengikutinya. Ia lalu menarikku ke pelukannya dengan cepat dan menggerakkan tubuhnya mengikuti alunan musik.
Ia tersenyum menatapku. Wajahku memanas akibat malu. Aku membenamkan wajahku di pundaknya dan mengeratkan lingkaran tanganku di pundaknya.
Jika cinta adalah sesuatu yang seindah ini, maka aku ingin dicintai terus olehmu.
------------------------------------------------------
Jun's POV
Aiba-kun datang ke rumahku seperti yang ia janjikan. Ia membawakan beberapa makanan lagi meskipun aku sudah memasak untuk malam ini.
Inilah yang kusuka darinya. Dia benar-benar tahu bagaimana 'mengobati' orang yang sedang patah hati. Seperti menularkan hawa positif yang dimiliki dirinya.
"Uwaahh! Kau masak banyak sekali! Kita pesta?"
"Hm. Aku sudah undang beberapa orang lainnya selain kita. Sekarang tolong bantu aku bawakan semua ini ke meja!" Ucapku lalu disambut dengan decakan Aiba.
"Hei! Aku ini tamu!" Protesnya.
------------------------------------------------------
Setelah pesta kecil-kecilan kami berakhir, aku dan Aiba lalu duduk bersama di balkon sembari minum lebih banyak lagi.
Ia menatap langit-langit, aku menenggak birku lalu menatapnya.
"Boleh aku tanya sesuatu?" Tanyaku.
"Masalah pernikahan itu...apa benar?"
"Berhentilah membicarakannya! Aku bosan! Lagipula, jangan pernah membiarkan racun menggerogoti tubuhmu. Tidak baik." Omelnya. Dari matanya aku tahu dia mabuk.
Aku menghela napas. "Aku baru saja bertemu dengannya dan orang yang baru saja dinikahinya tadi saat berbelanja."
"Ah! Mereka ya. Ya kuakui memang si cebol itu seksi."
Aku berdecak. "Aku tidak ingin mendengar komentarmu soal si 'dia'!" Protesku.
"OK. OK. Lalu kau mau cerita apa, huh?"
"Yang paling menyakitkan, aku mengenal 'si cebol' yang kau maksud itu. Dia salah satu pemain di pertunjukan yang kusutradarai. Aku bahkan tak menyangka orang itu dia."
Aku meneguk ludahku. "Dan kurasa dia sedang mengandung."
Terdengar suara tawa mengejek. Aku menoleh.
"Kalau begini sih, wajar saja kalau Sakurai-kun meninggalkanmu! Kau itu bodoh dan egois!"
Aku memicingkan mataku. "Apa kau baru saja menabur garam di atas lukaku?"
"Sedikit." Ucapnya lalu meneguk vodkanya lagi.
"Biarkan aku menyampaikan opiniku. Kau tidak keberatan kan?"
Aku menggeleng. Ia menegakkan posisi duduknya.
"Pertama, apa kau masih ingat bagaimana kau putus dengannya?"
"Tolong jangan bahas itu lagi."
"Nah! Bingo! Itu pasti sangat buruk. Tidak heran bila ia menolak menatap wajahmu barang sedetik saja. Kau memang benar-benar orang yang patut disalahkan atas semuanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Heal Me [SLOW UPDATE]
Fanfiction-Sho Sakurai- Aku hanya menatap seseorang di hadapanku saat itu dengan tatapan tak percaya. Dia tampak rapuh dan begitu tak berdaya. Hanya ada kengerian dan rasa ingin mati di matanya saat itu. Dia punya masa lalu yang membuatku benar-benar ingin me...