Angel Part 5

116 9 3
                                    


Rafael menggenggam kedua tangan Shafa dengan lembut. Membuat sang pemilik tangan mengarahkan pandangannya kepada dirinya.

"Kamu nggak perlu takut. Aku udah janji untuk tetap bersamamu sampai kamu sembuh kan?" ucap Rafael.

"Iya, tapi...." Shafa menggantungkan kata-katanya. "Kalau aku tidak segera di operasi, parasit diotakku akan semakin menyebar. Itu juga akan semakin memperlemah kinerja jantungku. Dan artinya..." Shafa kembali menggantungkan kata-katanya.

"Aku akan pergi untuk selamanya. Pada akhirnya, aku yang membuatmu mengingkari janjimu." ucap Shafa dengan lirih.

Kepala Shafa kembali tertunduk, rambutnya yang terjuntai kebawah menutupi wajah sedihnya.
Tangan Rafael menyibakkan rambut Shafa yang menutupi wajah dengan perlahan.

"Harapan!" ucap Rafael. "Kamu percaya kan akan kekuatan harapan?" tanya Rafael.

"Kalau kamu terus berpikir bahwa kamu akan mati. Maka, percuma semua usahamu untuk sembuh. Kita semua berharap atas kesembuhanmu. Jadi, kamu juga harus berharap akan hal itu. Percaya pada dirimu, kamu bisa melewati ini semua dan sembuh." ucap Rafael.

Rafael melepaskan genggaman tangannya pada tangan Shafa. Menyentuh dagu Shafa dan mengangkatnya hingga ia bertatapan dengan Shafa.

"Kalau kamu nggak percaya sama dirimu sendiri, gimana Tuhan mau percaya sama kamu." ucap Rafael.

"Nggak peduli apapun hasilnya nanti. Yang penting kamu sudah berusaha melakukan yang terbaik." ucap Rafael lagi dengan ibu jari yang mengusap pelan pipi Shafa.

Shafa menganggukkan kepalanya pelan. Ia hampir kehilangan harapan. Harapan untuk hidup.

<==>

Dicky membaca buku-buku tentang mistis yang diberikan kakeknya kepadanya. Ia masih penasaran. Bagaimana bisa semua itu terjadi. Rafael, kenapa? Kenapa semua orang bisa melihatnya? Menyentuhnya? Dan Rafael, dia tetap bisa hidup seperti manusia biasa. Dia tidak takut bawang dan hal-hal yang ditakuti hantu. Ini sangat membingungkan.
Dicky menutup bukunya dan meletakkannya di meja. Ia mengacak-acak rambutnya.

"Atau, jangan-jangan dia malaikat?" gumam Dicky.

<==>

"Gue, gue pengen donorin jantung gue cky." ucap Rafael pada Dicky.

"Heh? Lo gila Raf? Orang yang boleh donorin jantungnya tu yang udah meninggal." sahut Suzu yang tanpa sengaja mendengar percakapan Rafael dan Dicky.

"Gue kan udah meninggal!" ucap Rafael.

Dicky terkejut mendengar perkataan Rafael. Rafael yang baru menyadari perkataannya pun terkejut.

"Ngaco lo!" ucap Suzu lalu duduk dibangkunya.

"Bodoh!" Dicky memukul kepala Rafael.

"Sorry. Gue kira tadi lo yang ngomong." ucap Rafael memegangi kepalanya yang terasa sakit. Walau dirinya bukan manusia lagi, tapi tetap saja sakit saat Dicky memukulnya.
Tapi, kenapa kemarin bola itu bisa menembus badannya? Rafael semakin tidak mengerti.

Reza dan Ilham masuk kedalam kelas bersamaan. Mereka berdua memakai kalung yang berbandulkan buntalan kain hitam. Beberapa teman-temannya tertawa melihat dua orang itu.

"Tuh anak kenapa lagi sih?" gumam Rafael dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada.

"Itu jimat?" tanya Yola.

Reza dan Ilham menganggukkan kepalanya bersamaan.
"Di dalamnya ada berbagai macam penangkal hantu." ucap Reza.

"Yap.. Jadi kita nggak takut!" sahut Ilham.

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang