Angel Part 21 (END)

141 9 0
                                    

Rafael tetap tak mengeluarkan sepatah katapun.
Bianglala berhenti dan petugas membukakan pintunya, Rafael bergegas turun dan melangkahkan kakinya dengan cepat. Shafa juga bergegas mengejar Rafael. Ia menggenggam tangan Rafael dan menghentikannya dengan paksa.

"Katakan Rafael, katakan!" ucap Shafa.

"Aku nggak bisa mengatakannya!" ucap Rafael.

"Kenapa?" tanya Shafa dengan mata yang sudah memerah dan terasa panas.

"Karna.. Karna aku nggak bisa menjalani hubungan denganmu!" ucap Rafael.

Rafael hendak berjalan lagi tapi Shafa segera menahannya. Tak peduli dengan orang-orang yang memperhatikannya. Toh orang-orang itu tidak mengerti apa yang dia ucapkan.

"Kalau kamu nggak bisa menjalin hubungan denganku kenapa kamu mengatakan kamu menyukaiku?" tanya Shafa dengan suara keras.

"Kamu mempermainkanku? Oh, aku tau. Kamu mengatakan itu karna kamu kasihan sama aku. Karna hanya ingin membuatku senang? Mungkin kalau aku nggak bilang aku menyukai lebih dulu, kamu nggak akan mengatakan itu." ucap Shafa.

"Bukan begitu!" ucap Rafael.

"Lalu apa? Katakan!" Shafa memukul dada Rafael dengan tas yang ia bawa. Air matanya menetes membasahi pipinya.

"Maaf, aku nggak bisa menjelaskannya!" ucap Rafael.

"Jahat kamu Rafael! Kamu udah janji kan?" ucap Shafa.

"Aku sudah menepati janjiku! Aku akan selalu bersamamu sampai kamu sembuh. Dan sekarang kamu sudah sembuh, artinya, aku sudah menepatinya." ucap Rafael.

"Kalau begitu, aku nggak pernah mau sembuh. Karna aku nggak mau berpisah denganmu." ucap Shafa.

"Terimakasih untuk semuanya." ucap Rafael kemudian dengan cepat melangkah pergi meninggalkan Shafa.

Shafa menatap punggung Rafael yang berjalan menjauh. Pandangannya terhalangi oleh air matanya sendiri yang terus berderai.

<===>

Shafa dan juga teman-temannya sudah kembali ke Indonesia kemarin pagi. Dan mulai hari ini Shafa akan menjalani hari-harinya seperti teman-temannya. Tidak ada lagi larangan-larangan untuknya. Bahkan ia bisa dengan bebas mengikuti pelajaran olahraga.

Shafa berdiri di depan cermin. Tangannya sibuk mengikat rambutnya ponytail. Ia memandangi bayangan dirinya di cermin sejenak. Helaan nafasnya terdengar sangat berat. Sejak malam itu ia sama sekali tidak berkomunikasi dengan Rafael. Apa hubungannya dengan Rafael harus benar-benar berakhir.

Shafa terkejut saat Dicky tiba-tiba masuk ke kamarnya. Untung saja dia sedang tidak pakai baju. Lagipula kenapa Dicky pagi-pagi buta datang kerumahnya? Dan lagi ia terlihat sangat tergesa-gesa. Seperti ada sesuatu hal yang buruk terjadi.

"Rafael! Gue punya firasat nggak enak tentang Rafael. Gue mau langsung kesana, tapi gue inget lo. Gue takut lo nggak sempet liat dia lagi." ucap Dicky dengan nafas yang terengah-engah.

"Maksudmu?" tanya Shafa tak mengerti dengan perkataan Dicky. Ditambah Dicky terlalu cepat mengucapkannya.

"Gue nggak bisa jelasin sekarang. Mendingan lo ikut gue!" tanpa pikir panjang Dicky menggenggam tangan Shafa dan membawanya menuju rumah kontrakan Rafael.

~

"Kenapa ini? Kenapa gue nggak bisa nyentuh apapun?" ucap Rafael panik. Rafael mencoba menyentuh barang-barang dirumah itu. Tapi, tak ada satupun yang bisa ia sentuh. Bahkan pintupun tak bisa ia sentuh walau hanya ujungnya.

Rafael memandangi kedua tangannya. Apa ini, ini akhir dari semuanya? Ia akan menghilang untuk selamanya? Rafael baru menyadari sesuatu. Harapan utamanya bukanlah untuk membuat Shafa sembuh, tapi untuk menyatakan perasaannya pada Shafa. Dan ia sudah melakukannya. Itu artinya, dia akan benar-benar meninggalkan dunia ini. Meninggalkan Shafa dan juga teman-temannya.

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang