Dicky jadi semakin gugup saat semua mata tertuju padanya. Ayo Dicky berpikir, cari alasan yang masuk akal. Dicky meremas celananya sendiri dan memaksa otaknya untuk berpikir. Keringat mulai keluar di sekitar lehernya. Sangat aneh, padahal angin berhembur kencang, tapi keringatnya tetap keluar.
"Ee.. Dia trauma. Iya trauma. Jadi, waktu dia liburan dia di gigit anjing dan sampai dirawat di rumah sakit. Jadi... Dia jadi takut sama anjing." ucap Dicky gugup.
Teman-temannya menganggukkan kepalanya mengerti. Dicky bernafas lega. Semoga teman-temannya tidak curiga.
"Eh tapi tunggu deh. Kalian sadar nggak sih, saat Rafael kesana, anjing itu nggak menggonggong lagi." ucap Joe.
"Ah Iya." sahut Yola.
Shafa juga baru menyadarinya. Ia juga ingat saat berbicara dengannya tadi, Rafael beberapa kali melirik anjing yang terus menggonggong dan mengarah ke Rafael.
"Mungkin anjingnya mau nakutin Rafael kali. Kalau kita tau temen kita takut sesuatu pasti kita takutin kan?" ucap Ilham.
"Ah iya. Duh tumben sih lo pinter Ham." ucap Sonya menguyel-uyel kepala Ilham.
"Anjing bisa jail juga ya." gumam Rangga.
~
"Boleh aku disini?" tanya Shafa.
"Eh? Boleh." ucap Rafaek yang sedikit terkejut melihat kedatangan Shafa.
"Sorry ya, aku nggak bisa kesana." ucap Rafael memandang kearah teman-temannya.
Shafa menganggukkan kepalanya. "Nggak papa kok. Dicky udah cerita ke kita." ucap Shafa tersenyum lembut.
Mata Rafael membulat. "Apa? Dicky udah cerita?" tanyanya terkejut. Ia menelan ludahnya sendiri. Ia melirik Dicky kesal. Katanya terserah dirinya, kenapa Dicky malah menceritakannya. Dickyyyyy!!
"Nggak perlu malu. Setiap orang pasti takut sesuatu kan?" tanya Shafa.
Rafael menatap Shafa bingung. Ia tak mengerti arah pembicaraan Shafa.
"Maksudnya?" tanya Rafael."Dicky bilang kamu trauma karna pernah di gigit anjing. Sayang ya, padahal dulu kamu sayang banget sama anjing." ucap Shafa.
Rafael menghela nafas lega. Ternyata itu yang diceritakan Dicky. Ia sangat-sangat berterimakasih. Dicky pasti kesulitan mencari alasan untuk menutupi semuanya.
"Ah iya." Rafael menganggukkan kepalanya seraya tersenyum lebar.
Shafa memandang ke laut lepas dimana sesekali terdapat deburan ombak yang tak begitu berpengaruh pada kapal yang ia tumpangi.
"Kamu pernah bilang, daripada berpikir sisa umurku lebih baik bersenang-senang kan?" tanya Shafa.
"Ah!" jawab Rafael.
"Aku ingin bersenang-senang bersamamu. Tapi... Aku seperti menguras waktumu, dan tidak memberimu kesempatan untuk menikmati hidupmu." ucap Shafa.
"Tuhkan mulai!" Rafael mengacak rambut Shafa, kemudian memeluknya dari belakang. "Kata siapa aku nggak punya kesempatan menikmati waktuku. Setiap saat kesempatan itu datang. Aku selalu merasakannya, karna aku menikmati saat-saat waktuku bersamamu." ucap Rafael menyandarkan dagunya diatas kepala Shafa.
"Kamu tahu? Aku senang mendengarnya. Saaaangat senang. Tapi entah kenapa, aku juga merasakan sakit." ucap Shafa dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku sudah berjanji untuk selalu bersamamu kan? Nggak peduli apa yang akan terjadi padaku. Aku ada disini sekarang, karna harapanku padamu. Aku ada disini untukmu." ucap Rafael mengeratkan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel
FantasySeorang pria meninggal akibat kecelakaan. Tapi arwahnya masih bergentayangan dan bisa dilihat oleh semua orang termasuk teman-teman sekolahnya. Itu semua karna ia memiliki satu harapan besar. Apa harapan itu? Ketahui jawabannya dengan membaca cerita...