Angel Part 6

106 9 0
                                    


Suzu memandang Dicky dari kejauhan. Ia menggenggam tangannya sendiri kemudian melangkahkan kakinya dengan langkah yang sedikit cepat.

Dicky yang tengah mengunyah makanan perlahan mengarahkan pandangannya ke kursi dihadapannya yang kini diduduki Suzu.

"Makan," ucap Dicky tersenyum lebar dan kembali menyantap makanannya.

"Emm.. Cky, ada yang mau gue tanyain." ucap Suzu sedikit gugup.

Dicky menelan sisa makanan yang ada didalam mulutnya kemudian minum. Ia meraih tissue di hadapannya untuk membersihkan mulutnya.

"Apa?" tanya Dicky.

"Rafael. Apa dia, benar-benar akan mendonorkan jantungnya untuk Shafa?" tanya Suzu.

Dicky tersenyum mendengar pertanyaan Suzu. "Tenanglah. Dia nggak akan bisa donorin jantungnya. Banyak hal darinya yang nggak memenuhi prosedur." ucap Dicky.

Suzu perlahan menundukkan kepalanya. Tangannya mengeratkan genggaman pada tasnya.

"Gue.. Gue nggak mau Rafael melakukan itu. Gue nggak benci Shafa. Tapi... Gue nggak mau kalau Rafael harus sampai ngorbanin nyawanya." ucap Suzu.

Shafa yang baru saja tiba di kantin tanpa sengaja mendengar apa yang di katakan Suzu barusan. Langkah kakinya terhenti, dan pandangannya memandang lurus kearah Suzu yang tengah berbincang dengan Dicky.

"Lo suka sama dia, kan?" tanya Dicky penuh kepastian.

"Un.." jawab Suzu dengan menganggukkan kepalanya.

"Gue nggak peduli meski perasaan gue nggak berbalas. Gue nggak peduli meski gue nggak diliat. Tapi, yang penting bagi gue, gue bisa lihat senyuman dia, gue bisa liat dia tertawa meski dengan orang lain." ucap Suzu yang mulai meneteskan air matanya.

"Suzu!" lirih Shafa.

"Shafa," ucap Suzu terkejut.

Shafa mengambil tempat di dekat Suzu dan memeluknya. "Nggak ada yang perlu dikorbankan, apalagi nyawa. Karna yang aku butuhkan adalah perjuangan, bukan pengorbanan." ucap Shafa.

Dicky mengembangkan senyumnya. Melihat dua gadis yang tengah berpelukan dengan suasana hati yang tengah bersedih, membuatnya ingin menangis juga.

"Jujur, gue iri sama lo. Saaaangat iri. Tapi gue tau, meski gue ada di posisi lo, gue nggak akan mendapatkan hal yang sama. Karna jalan hidup setiap orang berbeda." ucap Suzu.

Shafa menganggukkan kepalanya. Ia melepaskan pelukannya dan menatap Suzu dengan senyuman.

"Aku nggak pernah melarang siapapun untuk menyukai Rafael. Walau aku menyukainya, tapi aku sadar, aku nggak bisa terus bersamanya. Aku nggak punya banyak wak-"

"Hentikan omong kosong itu!" ucap Rafael yang tiba-tiba datang dan memotong perkataan Shafa.

Pandangan Suzu, Dicky dan Shafa tertuju pada Rafaek yang kini berdiri tepat disamping Shafa.

"Berapa kali aku bilang, jangan bicarakan hal bodoh itu." ucap Rafael dengan ekspresi datarnya. Meski nada bicaranya menunjukkan bahwa ia marah. Tapi wajahnya tak menunjukkan apapun.

"Ayo!" ucap Rafael menggenggam tangan Shafa.

Shafa menganggukkan kepalanya. "Aku pergi ya." pamit Shafa pada Dicky dan juga Suzu.

"Ok! Daaa." ucap Dicky melambaikan tangannya.

Suzu menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum getir. Rasanya sakit melihat kedekatan Rafael dengan Shafa. Tapi, yang terpenting baginya adalah melihat Rafael tersenyum.

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang