"Ayo Cky ke kantin!" ajak Ilham."Iya, santai aja. Jangan canggung sama kita. Rafael juga walaupun ekspresinya nyeremin, tapi dia baik kok." sahut Reza.
"Rese lo." ucap Rafael kesal. "Gue lagi males ke kantin." lanjutnya.
"Ayolah, kita rayakan kedatangan teman baru." bujuk Reza.
"Nggak za!" tolak Rafael.
"Ayo!" Reza menarik Rafael paksa. Tak peduli dengan penolakan Rafael.
~
Rafael tidak bisa duduk dengan tenang, karna sedari tadi Dicky memandang kearahnya. Bahkan nafsu makan Rafael pun hilang. Ia tidak bisa dilihat terus-menerus seperti itu.
"Cky, lo kenapa sih? Kok gue liatin dari tadi lo mandangin Rafael." tanya Reza.
"Lo, gay?" tanya Ilham.
Plak. Reza langsung memukul Ilham. "Jaga bicara lo." marah Reza.
"Gue, rasain aura makhluk gaib di sekitar Rafael." ucap Dicky.
"Hantu?" ucap Ilham dan Reza bersamaan. Sontak kedua orang itu langsung menjauh dari Rafael.
"T-T-Tunggu. Hantu?" tanya Rafael yang juga terlihat panik. Rafael tersenyum getir. "Nggak mungkin. Lo salah kali." ucap Rafael yang semakin gelisah.
"Nggak Raf, gue bisa rasain. Gue emang nggak bisa liat hantu, tapi gue bisa rasain kehadirannya." ucap Dicky.
Ilham dan Reza semakin menjauh. Dua orang ini memang sangat takut pada hantu. Jangankan melihatnya, mendengarnya saja sudah membuat keduanya merinding ketakutan.
"Hantunya jahat nggak?" tanya Ilham.
"Nggak, dia... Dia nggak ngganggu siapapun." ucap Dicky.
Ilham dan Reza menghela nafas lega. Tapi mereka berdua tetap belum berani duduk berdekatan dengan Rafael.
Bola mata Rafael bergerak tak menentu. Ia memakan makanan dihadapannya untuk menutupi kegelisahannya."Raf, kayaknya lo harus di Ruqyah deh." ucap Reza.
Rafael tersedak mendengar perkataan Reza. Ia buru-buru minum untuk melegakan tenggorokannya. "Ruqyah?" tanyanya.
"Nggak!" tolak Rafael. "Gue nggak papa. Lagian gue nggak pernah di ganggu juga." ucap Rafael.
"Tapi Raf...."
"Kalau kalian masih bahas ini, gue pergi." ucap Rafael kemudian bangkit dan beranjak pergi.
"Gara-gara lo sih." ucap Ilham menyalahkan Reza.
"Ya kan gue cuma ngasih saran." ucap Reza membela diri.
~
Rafael duduk seorang diri ditangga. Kedua tangannya yang mengatup berada di bawah dagunya. Tatapan Dicky, selalu terbayang olehnya. Ya Tuhan, kenapa harus ada murid baru yang seperti Dicky. Ini bukan saat yang tepat.
<==>
Pintu masuk rumah sakit berulang kali terbuka. Hari ini cukup banyak yang datang ke rumah sakit. Baik hanya untuk pemeriksaan kesehatan secara rutin ataupun untuk berobat.
Shafa dan mamanya menunggu di ruang tunggu sejak satu jam yang lalu. Menunggu hasil pemeriksaan dokter tentang kondisi Shafa . Shafa mengusir rasa bosannya dengan bermain game yang ada di ponselnya.
"Sungguh sesuatu yang mengherankan." ucap Dokter membuat pandangan Shafa beralih menatapnya.
"Kondisi fisiknya semakin membaik. Tapi kondisi jantungnya sedikit menurun. Bahkan otak kirinya menunjukkan ada parasit baru." ucap Dokter membaca hasil pemeriksaan Shafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel
FantasySeorang pria meninggal akibat kecelakaan. Tapi arwahnya masih bergentayangan dan bisa dilihat oleh semua orang termasuk teman-teman sekolahnya. Itu semua karna ia memiliki satu harapan besar. Apa harapan itu? Ketahui jawabannya dengan membaca cerita...