Angel Part 10

70 7 0
                                    

"Aku merasa beruntung berada di kelas 11.B." ucap Shafa sembari berjalan di sisi Rafael setelah jam olahraga berakhir.

"Karna ada aku kan?" goda Rafael.

Shafa menatap Rafael dengan tatapan ragu kemudian tertawa.

"Kenapa malah tertawa!" ucap Rafael.

"Ternyata cowok sedingin kamu bisa kepedean juga." ucap Shafa.

"Eh? Dingin?" ucap Rafael yang kini tengah memasukkan pakaian olahraganya kedalam laci.

"Ya, dulu kamu itu sangat dingin." ucap Shafa.

"Itukan dulu." ucap Rafael yang sibuk memasang dasi dilehernya.

Shafa memperhatikan Rafael yang tengah memakai dasi. Setelah selesai ia mengulurkan kedua tangannya.
"Sebentar." ucap Shafa kemudian mengencangkan ikatan dasinya pada leher Rafael dan tertawa lebar.

"Yak, kamu mau membunuhku." protes Rafael.

Suzu yang hendak masuk kedalam kelas berhenti di ambang pintu ketika melihat Rafael dan Shafa yang tampaknya sedang asik berduaan.

"Suzu, kenapa disitu?" ucap Rafael yang menyadari kehadiran Suzu.

"Ah nggak!" Suzu segera masuk dan menuju bangkunya.

"Suzu." panggil Shafa.

"Ah?" Suzu menoleh.

"Sekali lagi terimakasih ya untuk tadi." ucap Shafa.

"Un." jawab Suzu lalu bergegas keluar kelas setelah memasukkan pakaian olahraganya kedalam tas.

"Rafael!" panggil Shafa yang kini pindah duduk dibangku depan Rafael.

"Apa nggak ada gadis lain yang kamu sukai selain aku?" tanya Shafa.

"He?" Rafael terkejut mendengar pertanyaan Shafa. Rafael membenarkan posisi duduknya supaya rileks.

"Memangnya aku menyukaimu?" tanya Rafael melirik Shafa.

"Hish.. Menyebalkan." ucap Shafa kesal.

Rafael berdiri dan maju beberapa langkah. Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana dan kepalanya mendongak, menatap langit-langit kelas. Rafael tertawa kecil.

"Entah kenapa, aku tidak bisa jatuh cinta pada yang lain." ucap Rafael.

"Kalau begitu sekarang cobalah untuk jatuh cinta pada yang lain." ucap Shafa yang langsung berdiri.

"He?" Rafael berbalik.

"Aku... Aku memang ingin selalu bersamamu. Tapi, itu nggak akan mungkin kan? Aku ingin kamu bahagia, kamu sudah banyak melakukan hal baik untukku, jadi.." Shafa menundukkan kepalanya, tak mampu melanjutkan kata-katanya.

"Bo-doh!" ucap Rafael. "Kenapa kamu selalu berpikir seperti itu? Berulang kali aku bilang, buang jauh-jauh pikiran itu." ucap Rafael.

"Tapi pada kenyataannya memang seperti itu kan? Aku akan meninggal." ucap Shafa.

"Semua orang pasti akan meninggal, jad-"

"Cukup Rafael!" ucap Shafa memotong perkataan Rafael.
"Aku tau semua orang pasti akan meninggal. Tapi bukan itu yang aku maksud. Aku berbeda, kenapa kamu nggak mengerti juga." ucap Shafa.

Rafael tertegun melihat Shafa yang seperti ini. Pertama kalinya ia melihat Shafa marah seperti ini. Walau nada bicaranya tidak tinggi, tapi dari caranya berbicara dan juga raut wajahnya, itu menunjukkan kemarahan.

"Berhenti menghiburku dengan mengatakan aku akan sembuh. Aku bukan anak kecil yang terus bisa kamu bohongi. Aku tau tentang penyakitku." ucap Shafa.
Shafa menatap mata Rafael lekat-lekat.

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang