Angel Part 4

97 10 0
                                    


Rafael tertidur di ruangan di mana Shafa dirawat. Ia tertidur di sofa berwarna merah dengan posisi duduk.
Rafael membuka matanya saat mendengar suara pintu terbuka. Dengan mata setengah terpejam. Ia memandang ke arah pintu. Terlihat papa Shafa melangkah masuk dengan jaket ditangannya. Papa Shafa menghampiri Rafael dan duduk di dekat Rafael.

"Pakailah!" ucap papa Shafa.

"Terimakasih om!" Rafael menerima pemberian papa Shafa dan memakainya. Cuaca memang sangat dingin, diluar tengah hujan deras.

"Badanmu sangat dingin tadi, jadi aku ambilkan jaket." ucap papa Shafa.

Rafael tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. Rafael beralih memandang Shafa yang tengah tertidur diatas ranjang dengan selang infus yang menempel ditangannya. Ia tersenyum miring dan dengan perlahan kepalanya menunduk.

"Maafkan aku." ucap papa Shafa.

"Hah?" lirih Rafael.

"Aku cuma nggak mau kamu mencintai Shafa terlalu dalam. Aku nggak mau kau tersakiti nantinya." ucap papa Shafa.

"Maksud om?" tanya Rafael.

"Kondisinya memburuk, usianya semakin dekat. Sia-sia kalau kamu mencintainya, dia akan pergi." ucap papa Shafa dengan mata berkaca-kaca.

"Mati, tidak ada yang tau kapan dia akan datang. Bahkan orang yang sangat sehat pun bisa tiba-tiba mati. Tidak peduli apapun yang terjadi, aku tetap mencintainya. Bahkan meski aku tidak dapat memilikinya." ucap Rafael.

"Kamu," Papa Shafa menatap Rafael dengan tatapan haru.

"Kita harus mendukungnya. Walau itu rasanya tidak mungkin untuk sembuh, tapi percayalah, bahwa Tuhan selalu punya sesuatu yang tidak pernah kita duga sedikitpun." ucap Rafael tersenyum hangat.

"Kamu benar, dukungan merupakan kekuatan yang hebat." ucap papa Shafa.

<==>

Matahari pagi telah menampakkan dirinya. Sisa-sisa air hujan yang ada pada dedaunan mulai berjatuhan. Suara kendaraan yang berlalu lalang juga terdengar sangat jelas di dalam ruangan yang berada di lantai dua itu.

"Pagi!" sapa Rafael saat Shafa membuka matanya.

Senyuman. Ya, itu yang pertama kali Shafa lihat saat membuka matanya. Senyuman hangat Rafael menyambut paginya.

"Pagi!" balas Shafa dengan suara pelan.

Rafael mengupaskan buah dan menatanya dengan sangat rapi diatas piring bermotif bunga-bunga di pinggirnya.

"Makan buahnya lalu minum obat. Aku akan kembali setelah sekolah." ucap Rafael.

Tangan Shafa menyentuh tangan Rafael yang hendak pergi. Rafael membalikkan badannya dan melepaskan genggaman tangan Shafa.

"Aku janji. Aku nggak akan meninggalkanmu sampai kamu sembuh. Aku berangkat!" Rafael menyentuh poni Shafa dan melangkah pergi.

Shafa mengembangkan senyumnya dengan wajahnya yang sedikit pucat. Ia rasa ia benar-benar jatuh cinta pada Rafael.

<==>

Dicky mengajak Rafael keruangan UKS dan menutup pintunya rapat-rapat.  Rafael duduk di salah satu ranjang yang ada didalam ruang UKS dan mengarahkan pandangannya untuk tidak menatap Dicky.

"Gue nggak percaya sama semua ini. Gimana mungkin itu bisa." ucap Dicky.

Rafael hanya diam, tak membalas perkataan Dicky. Pandangannya juga masih tertuju ke pojok ruangan. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana.

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang