Sonya bangkit dan bergegas menyusul Suzu.
Shafa juga berhenti mengunyah saat melihat Suzu pergi meninggalkan kerumunan. Terlebih, Suzu pergi tanpa mengatakan apapun."Loh, dua orang itu mau kemana?" tanya Reza yang baru kembali dari memesan makanan.
"Entah." jawab Yola.
Shafa berdiri dan hendak pergi juga, tapi Rafael menahannya dan membuatnya duduk kembali.
"Kamu mau kemana sih?" tanya Rafael.
"Aku...." Shafa menggantungkan kata-katanya, pandangannya tertuju pada Suzu yang semakin tak terlihat.
~
"Memendam perasaan itu nggak enak ya!"
Suzu yang tengah termenung sendiri di kejutkan dengan suara itu. Ia menoleh, mendapati Joe mengulurkan tangannya yang menggenggam sekaleng minuman dingin. Dengan sedikit malas Suzu mengulurkan tangannya dan meraih minuman itu.
Joe tertawa kecil, ia duduk diatas batu, berdekatan dengan Suzu. Baik pandangan Suzu maupun Joe tertuju pada ombak yang mengarah ke mereka, sesekali cipratan air mengenai kaki mereka berdua.
Suzu menghela nafas berat. Ia meminum minuman dingin yang di berikan Joe, berharap itu tidak hanya melegakan tenggorokannya, tapi juga hati dan pikirannya."Ungkapkanlah!" ucap Joe.
"Eh?" ucap Suzu kaget.
"Ya, ungkapkan perasaan lo yang sebenarnya." ucap Joe.
Suzu tertawa getir, "Nggak mungkinlah. Udah jelas dia nggak suka sama gue." ucap Suzu.
"Lalu? Apa nggak boleh mengungkapkan perasaan?" tanya Joe.
"Gue nggak berani Joe. Gue takut dia jadi benci sama gue. Gue takut pertemanan kita akan jadi renggang." ucap Suzu.
Joe tersenyum miring. "Apa lo mau terus menderita karna perasaan lo? Walaupun dia menolak lo, setidaknya sudah jelas. Dan kalau lo mengaku berteman, sudah seharusnya saling terbuka, kan?" tanya Joe.
Joe meletakkan kedua tangannya diatas paha kemudian bangkit dan maju beberapa langkah.
"Justru karna lo yang terus memendam perasaan lo, itu yang bisa buat pertemanan hancur." ucap Joe tersenyum kemudian melangkah pergi.
~
Joe melangkah dengan kedua tangan yang ia masukan kedalam saku celana pendek yang ia kenakan. Joe berhenti melangkah saat melihat Shafa berjalan kearahnya dengan wajah yang sedikit serius.
Shafa berhenti dengan jarak yang tak begitu jauh atau begitu dekat. Ia menunjukkan sesuatu pada Joe yang tertera pada layar ponselnya."Bisa kamu datang ke dekat tugu?" ucap Joe membaca pesan Shafa yang dikirimkan untuk Rafael.
"He?" ucap Joe kemudian. Ia tak mengerti apa maksud Shafa menunjukkan pesan itu padanya.
"Joe. Tolong minta Suzu untuk datang ke tugu!" ucap Shafa.
"Maksud lo? Lo nggak akan datang ke tugu?" tanya Joe mencoba mencerna perkataan Shafa.
Shafa menganggukkan kepalanya. Membenarkan perkataan Joe.
"Aku ingin memberi kesempatan Suzu untuk mengungkapkan perasaannya." ucap Shafa."Heh?" Joe tertawa kecil. Ia benar-benar tak mengerti. Kenapa, kenapa tiba-tiba jadi begini? Sebenarnya ada apa ini?
"Mungkin kamu berpikir aku sengaja melakukannya untuk merendahkan Suzu dan membuatnya malu, karna sudah pasti Rafael akan menolaknya." ucap Shafa dengan suara lembutnya.
Joe mulai terpaku pada perkataan Shafa. Matanya juga fokus menatap Shafa. Wajahnya juga mendadak berubah menjadi serius.
"Tapi aku nggak bermaksud seperti itu. Aku, aku hanya mau Rafael tau, ada yang menyayanginya selain aku. Bahkan mungkin lebih dibandingkan aku." Shafa menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel
FantasySeorang pria meninggal akibat kecelakaan. Tapi arwahnya masih bergentayangan dan bisa dilihat oleh semua orang termasuk teman-teman sekolahnya. Itu semua karna ia memiliki satu harapan besar. Apa harapan itu? Ketahui jawabannya dengan membaca cerita...