Angel Part 18

64 9 0
                                    

"Bapak sudah banyak memberikan keringanan untuk kelasmu. Tapi bukan berarti kalian bisa seenaknya. Kalau bapak terus memberi keringanan, kelas lain akan merasa iri." ucap kepala sekolah.

"Kali ini bapak nggak bisa bantu kalian. Karna apa yang dikatakan kepala sekolah itu benar." sahut pak Heru.

Rangga menganggukkan kepalanya mengerti. Memang benar adanya kalau kelasnya sudah diberikan begitu banyak kemudahan.

"Bapak tau niat kalian baik. Bapak bangga sama kalian. Tapi tetap, semua itu ada batasannya." ucap Pak Heru.

"Peraturan tetaplah peraturan, apapun alasannya. Jadi pikirkan baik-baik." ucap kepala sekolah.

~

Seluruh siswa kelas 11.B sudah menunggu dikelas dengan perasaan was-was. Beberapa kali Dicky melongok keluar kelas, mengecek apakah Dicky sudah keluar dari ruang kepala sekolah.

Dicky menghela nafasnya, ia menyandarkan bahunya pada kusen pintu. Dan tak lama kemudian ia melihat Rangga baru saja keluar dari ruang kepala sekolah.

"Rangga lagi jalan kesini!" ucap Dicky memberitahu teman-temannya.

...

Rangga menatap teman-temannya yang menunggu didepan pintu. Rangga menerobos kerumunan masuk kedalam kelas. Ia berdiri didepan, bersiap memberikan pengumuman.

"Kepala sekolah mengizinkan." ucap Rangga yang langsung disambut sorak sorai teman-temannya.

"Tapi..." Rangga menggantungkan kata-katanya.

Semua teman-temannya seketika diam dan semua mata terarah pada Rangga. Melihat ekspresi Rangga, sepertinya ada hal yang tidak baik.

"Tapi apa ngga?" tanya Suzu.

"Kita akan di skors bahkan DO." ucap Rangga.

"Eh? Kenapa gitu?" tanya salah satu siswa.

"Kalian pasti tau, kelas kita udah banyak diberi kemudahan. Jujur gue pribadi nggak masalah kalau harus di DO, tapi kalian? Kalian semua punya mimpi. Kalian punya masa depan. Gue nggak bisa ngambil keputusan sepihak kan?" ucap Rangga menatap teman-temannya.

Joe yang berada paling belakang melangkah kedepan hingga berada tepat dihadapan Rangga. Joe menganggukkan kepalanya, tanda ia juga siap untuk di DO.

"Kita semua satu kan? Yang tidak siap dengan resikonya, silahkan letakkan tas kalian." ucap Joe pada teman-temannya yang memang tengah menggendong tas semua.

Rangga tersenyum haru melihat tak ada satupun teman-temannya yang berniat untuk melepas tas di punggung mereka.

"Apa kalian yakin? Kalau kalian di DO, itu akan berpengaruh ke masa depan kalian." ucap Rangga.

"Ketua juga punya masa depan kan? Tapi ketua nggak memikirkan itu, itu semua karna ikatan pertemanan." ucap Alex.

"Sejujurnya gue takut kalau gue di DO. Tapi, gue lebih takut kalau gue nggak bisa liat Shafa lagi." ucap Sonya.

"Lagipula, kita semua bersama-sama kan? Jadi nggak ada yang perlu ditakutkan!" sahut Yola.

"Kita nggak mungkin membiarkan Shafa pergi dengan rasa bersalah kan? Karna itu akan berpengaruh pada proses penyembuhannya." ucap  Rafael yang berada diujung belakang.

"Kita melakukan yang terbaik, jadi Tuhan juga pasti akan memberikan yang terbaik untuk kita." ucap Sela.

Rangga menganggukkan kepalanya. Sial, kenapa air matanya harus menetes di saat genting seperti ini. Memalukan, seorang ketua tidak boleh terlihat lemah kan?

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang