Ibuku (bukan) Malaikatku

385 11 0
                                    

"Dasar kau anak tak tahu diuntung, sudah aku kasih makan malah kau enak – enak tidur" bentak Suratmi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dasar kau anak tak tahu diuntung, sudah aku kasih makan malah kau enak – enak tidur" bentak Suratmi.

"Banguuuun...." Teriak Suratmi makin menjadi.

Gadis kecil itu gelagapan. Mimpi indahnya mendadak buyar. Seketika matanya membelalak lebar – lebar setelah air dingin mengguyur wajahnya yang masih sangat polos.

"Ampun Bu... ampuuun... tadi aku tak sengaja ketiduran setelah menyapu halaman" ucap Ziya – nama gadis itu.

"Sudah kau cuci piringnya, Haaaahhh..."

"Sudah Bu, tadi aku sudah mencucinya sampai bersih sesuai perintahmu"

"Apa sudah kau bersihkan kamar mandinya?"

"Mmm... itu... itu..." ucap Ziya terbata – bata karena takut.

"Sudah aku duga, kau pasti belum membersihkannya" bentak Suratmi kepada anak gadisnya yang masih berumur sepuluh tahun itu.

"Sini... aku ajari kau bagaimana cara membersihkan kamar mandi" ucap Suratmi sambil menarik rambut Ziya dan menggeretnya ke kamar mandi.

"Aaaahhh...." Pekik Ziya kesakitan menahan perlakuan ibu kandungnya.

***

Pernikahan Suratmi bisa dibilang terlambat. Menginjak usianya yang mulai berkepala empat, tepatnya tiga puluh sembilan tahun lebih dua bulan. Dan setelah itu Tuhan mengaruniakan anak perempuan kepadanya. Namun kehadiran anak permepuan itu dirasa belum cukup. Suratmi dan suaminya menginginkan seorang anak laki – laki. Yang kelak akan meneruskan usaha dagang mereka yang lumayan besar. Sehingga mereka memutuskan untuk memiliki buah hati lagi setelah putri pertama mereka berusia sembilan tahun.

Tepat di usia perkawinannya yang ke sepuluh, Suratmi hamil. Berbagai upaya dia lakukan demi mendapatkan seorang keturunan berjenis kelamin lelaki. Berobat dan terapi. Hingga pergi ke orang pandai dan tempat – tempat sakral telah dilakukannya. Semua itu demi seorang penerus keluarga.

Dan akhirnya hari kelahiran anak kedua mereka telah tiba. Suratmi dan suaminya sangat bahagia. menaruh harapan terbesarnya kepada sang jabang bayi.

"Pak, kita akan memiliki putra Pak" ucap Suratmi kepada suaminya dengan wajah yang penuh senyum bahagia.

"Iya Bu, semoga saja demikian" balas sang suami pasrah.

Proses persalinan itu berjalan lancar. Suratmi dinyatakan sehat. Demikian pula bayi yang baru dilahirkannya. Sudah barang tentu ini akan membawa beribu – ribu kebahagiaan kepada mereka. Seorang anak telah lahir kedunia.

Diiringi berkat dari para malaikat, do'a para penghuni surga. Serta tangis haru para makhluk di atas bumi. Bayi itu lahir. Dengan nama Ziya...

"Ziyaaaaaa.... Kemari kau" teriak Suratmi sore itu.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang