Tere Liye

5.6K 8 0
                                    

Tere Liye

(तेरे लिए)

Kaulah hidupku, kedamaian dalam hatiku

Kuberi setiap detik kehidupanku hanya untukmu

Tak ada sedetikpun terlewat tanpamu

Hanya ada namamu dalam tiap nafasku, juga rasa sakitku

Muktha... Nama yang sangat indah. Terukir indah dalam jiwa. Indah seindah mutiara. Berpendar kilaunya diterpa matahari senja.

"Hai... bisa minta tolong?"

"Boleh, apa yang bisa aku bantu?"

"Tolong pegang kamera ini, ambilkan fotoku ya?"

Klik...

Kau tersenyum manis di depan bangunan Vidhana Soudha. Berlatar belakang senja nan merah. Senyummu terguris indah diwajah.

Kala itu kau sedang berlibur di Bangalore. Menghabiskan akhir pekanmu.

Setelah aku simpan wajah manismu kedalam tustelmu, kau mengajakku berkenalan. Berbincang layaknya teman. Yang lama tidak bertemu muka. Hangat dan akrab.

"Kamu tahu lokasi LalBaghFlowerPark?" tanyamu.

"Tentu saja aku tahu. Tapi sebelum aku jawab pertanyaanmu, katakan dulu siapa namamu?"

"Muktha, kamu?"

"Muktha? Mutiara? Indah sekali. Namaku Bibhavasu. Matahari" Jawabku.

"Indah sekali, matahari menyinari mutiara. Pasti akan berkilau" guraumu.

"Ah kamu bisa saja Muktha" balasku.

"Jadi.... Dimana taman bunga Lal Bagh itu? Cepat katakan" tanyamu tidak sabaran.

"Mari aku antar"

Begitulah perkenalan kita. Di Bangalore. Saat itu kau sangat cantik. Dengan Panchala keemasan di kedua tanganmu, Matha Patti menjulur indah membelah rambutmu yang hitam legam terurai panjang sebahu. Menambah kesan cantik di wajahmu. Selendang biru berpayet kuning keemasan membalut tubuhmu. Sangat anggun.

"Kita sudah sampai?" tanyamu.

"Silakan turun nona cantik" kuraih tanganmu yang berhiaskan mehndi bermotif sulur bunga itu.

"Terimakasih" jawabmu sambil melempar senyum manismu kepadaku. Seraya memberikan kartu namamu, kau pergi berlalu dari pandangan mataku. Selendangmu terjulur indah dibuai sang bayu.

***

Tak terasa sudah lebih tiga bulan pertemuan kita. Berbagai tempat di India sudah semuanya kita jamah.

"Cepat kayuh sampannya" teriakmu.

"Iya. Ini sedang aku kayuh. Sabar Muktha" balasku.

"Indah sekali senja itu"

"Iya. Sangat indah. Aku ingin memindahkan sinar senja itu kedalam wajahmu" balasku seraya membelai rambutnya yang indah. Kamu tersenyum.

Di sepanjang kanal – kanal Kerala, kita berdua memadu cinta. Dari mata – ke mata. Hati ke hati. Hingga jiwaku menyatu kedalam jiwamu.

"Mungkin kita tidak bisa bertemu lagi sesering ini. Maafkan aku" katamu diatas perahu senja kita.

"Hai... ada apa Muktha?"

"Maafkan aku..."

Yang terdengar hanya desau angin pantai. Sunyi tanpa kata terucap dari bibirmu. Pikiranku melambung jauh entah kemana. Mengejar tanya yang belum terjawab olehmu.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang