Masih Ada Gerimis di Surga

246 4 0
                                    

Akhirnya Tuhan tidak tega membiarkan rahim ibu kosong. Setelah penantian ibu selama puluhan tahun. Setelah ibu berkali – kali berbicara kepada Tuhan dengan bahasa yang hanya ibu dan Tuhan mengerti. Setelah ribuan kali ibu mengirim do'a ke langit. Akhirnya kau turun juga ke bumi mengisi rahim kosong ini.

Dari segumpal darah berubah menjadi daging. Dari segumpal daging berubah menjadi tulang. Lalu dibungkuslah tulang itu dengan daging. Sehingga kau berubah bentuk. Kau memiliki kepala, tangan, kaki, hidung, bibir, mata dan telinga.

Hari berganti hari. Kau semakin membesar saja. Melilit – lilit perut ibu saat kau minta makan. Menendang – nendang perut ibu seakan ingin mengajak bermain bersama. Kadang pula kau diam tak berulah. Mungkin kau sedang tidur. Sungguh indah.

Sembilan bulan berlalu, akhirnya kau hadir ke dunia. Membawa kebahagiaan untuk ibu. Membawa senyuman untuk semua. Membawa tangisan. Tangisan kebahagiaan.

Tingkah lucumu, senyum manismu, canda tawamu dan riuh tangismu. Semuanya meramaikan rumah yang bertahun - tahun sepi tanpa kehadiranmu.

Waktu berjalan layaknya roda berputar. Terus dan terus berputar tanpa henti. Tak ada yang bisa menghentikan waktu.

Kini kau telah dewasa. Tingkah lucumu, senyum manismu, canda tawamu dan riuh tangismu semuanya telah sirna. Dimana bayi ibu yang mungil dulu. Entah ibu tak tahu.

Yang pasti, kini hanya ada tangis. Bukan tangisanmu. Bukan tangisan kebahagiaan seperti dulu. Tapi tangisan ibumu. Tangisan kesedihan yang mendalam. Tangisan kekecewaan.

Kau lupa baktimu pada ibu. Kau lupa kewajibanmu. Kau lupa hutang budimu. Tak apalah Nak, ibu ikhlas. Ibu tak memikirkan semua itu. Ibu tak akan menuntut baktimu. Ibu tak akan meminta kewajibanmu. Ibu akan melupakan semua hutangmu. Ibu tak akan marah kepadamu.

Kini, ibu sudah tua. Maafkan ibu Nak. Ibu harus pergi meninggalkanmu sendiri disini. Seperti dulu waktu kamu masih didalam rahim ibu. Gelap dan sendiri.

Sekarang ibu sudah tidak lagi bersamamu. Ibu pergi ke tempat yang jauh. Ibu telah tinggal di tempat yang indah. Ibu sekarang bahagia. Ibu telah berada di surga. Tapi janganlah kamu merasa sendiri anakku. Ibu disini melihatmu.

Oh tidak.... Apakah yang ibu lihat ini benar adanya? Apakah ini hanya ilusi mata? Atau kesilapan ibu saja? Ibu harap ini semua tidak benar.

Anak ibu bukanlah seperti ini. Mabuk - mabukan. Judi. Sibuk bekerja hingga lupa sholat. Dimana anak ibu yang dulu.

Kini kau telah berubah. Berubah jauh dari apa yang ibu kira. Disini ibu tidak bahagia. Disini ibu menderita. Melihatmu mabuk – mabukan, ibu menangis. Melihatmu berjudi, ibu menangis. Melihatmu tidak sholat, ibu menangis. Hingga Tuhan pun bertanya kepada para malaikatNya. Mengapa di Surga selalu ada gerimis setiap hari?

Ibu mendengar semua percakapan itu anakku. Ibu malu. Ibu tidak sanggup memberikan pengakuan kepada Tuhan bahwa ibulah yang menyebabkan gerimis di surgaNya. Karena ibu tahu. Jika ibu mengaku, pasti dirimu akan dihukum oleh Tuhan. Karena dirimulah yang menyebabkan ibu menangis di surgaNya. Oleh sebab itu lebih baik ibu diam saja. Lebih baik ibu tak bicara. Karena ibu tidak mau Tuhan menghukummu.

Hingga kini ibu masih diam membisu. Hingga kini gerimis itu masihlah turun. Entah sampai kapan akan reda. Karena selama engkau masih mabuk – mabukan, masih judi dan masih melupakan sholat. Masih ada gerimis di surga.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang