Seribu Tahun

351 2 0
                                    

Sepohon kayu daunnya rimbun
Lebat bunganya serta buahnya
Walaupun hidup seribu tahun
Kalau tak sembahyang apa gunanya

Namaku adalah Samsu Iluna. Aku seorang lelaki paruh baya. Tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek. Aku dilahirkan di Babilonia. Sebuah negara yang terletak di selatan Mesopotamia. Aku hidup pada masa kekaisaran Neo – Babilonia.

Sesuai ajaran yang ada di kitab kuno Babilonia, menyebutkan bahwa jiwa orang yang sudah meninggal tidak akan lenyap begitu saja. Kematian mereka berarti sebuah awal kehidupan baru. Jiwa baru. Tubuh yang baru. Sehingga bisa dibilang kami kekal abadi selamanya. Entah sampai kapan.

***

Di sebuah pasar tradisional. Pembeli bertransaksi. Beli ikan. Beli sayur. Beli buah. Ramai segala rupa barang yang dibeli.

"Hai Rajhu... Mau kemana kau?".

"Oh... Hai Samsu. Aku mau pulang. Barang daganganku sudah habis".

"Wah hari ini banyak duit kamu" balas Samsu Iluna yang semenjak sore tadi hingga sekarang masih sepi pembeli. Tak satupun barang dagangannya terjual.

Hari mulai senja, saat itu Samsu Iluna hendak membereskan barang dagangannya, tiba – tiba sebuah kendi diatas rak kayu terjatuh sebab tersenggol olehnya. Braaaak... Samsu Iluna meninggal. Orang – orang dipasar berkerumun. Bermaksud hendak memberinya pertolongan. Namun akhirnya Samsu Iluna meninggal dunia.

"Dimana aku..... Itu jasad siapa... mengapa orang – orang mengerumuni jasad itu..." ucap seseorang. Mendadak seseorang itu teringat akan kejadian menit sebelumnya. Namun sebelum dia menyadarinya. Sesuatu telah menariknya jauh. Jauh kedalam sebuah lorong cahaya. Terang benderang tak jelas arahnya. Tubuh Samsu Iluna terus tertarik. Tanpa bisa mengucap satu kata pun.

***

Disebuah kamar yang luas, bersih berbau harum.

"Dimana diriku...?" gumam Samsu yang setelah ia membuka dua kelopak matanya dan menyadari bahwa dirinya sekarang berada dalam pelukan seseorang. Pelukan yang hangat dan penuh kasih sayang. Ibunya.

"Waaaahhh selamat ya Razak. Bayimu seorang laki – laki" ucap wanita tua itu.

Begitulah, akhirnya Samsu Iluna terlahir kembali ke dunia. Dari satu kehidupan ke kehidupan lain. Dari satu masa ke masa lain. Dari satu keluarga ke keluarga lain. Dari satu cerita ke cerita lain. Bukan karena mukjizat atau karena sihir. Tapi takdir. Takdir seorang keturunan Babilonia yang bisa bereinkarnasi.

Bayi bernama Sumu Abum itu tumbuh menjadi anak yang sehat. Berotak cerdas. Sehingga membuat orang tuanya bangga kepadanya. Namun sayang, dia tidak pernah dan malas untuk beribadah. Perintah sholat dari orangtuanya selalu diabaikan. Karena dia terlalu sibuk dengan bisnisnya. Hingga usianya yang menganjak dewasa. Dia hanya tujuh kali melaksanakan sholat dalam hidupnya. Hingga suatu ketika dia meninggal dalam sebuah kecelakaan tunggal. Tewas ditempat. Dan seperti sebelum – sebelumnya.

"Dimana aku...?"

"Syukurlah, kamu akhirnya sadar juga Sin" ucap seorang wanita tua.

"Aku dimana Bu?" tanya Sin Mubalit tergagap – gagap.

"Kamu sudah 3 minggu koma Nak, berbagai usaha sudah ibu lakukan untuk menyembuhkanmu. Ibu sempat berpikir kamu sudah tiada. Tapi syukurlah hari ini kamu sadar" ucap ibu Sin Mubalit seraya memeluknya erat – erat.

Hari ini sudah lima ratus tahun sejak reinkarnasi Samsu Iluna yang pertama kali. Di kehidupan ini Samsu Iluna bereinkarnasi menjadi seorang anak muda bernama Sin Mubalit. Kecelakaan yang membuatnya koma berminggu – minggu disebabkan karena pertengkarannya dengan gerombolan peminum di kampungnya. Karena kebiasaannya yang suka minum – minuman keras dan berjudi, malam itu dia mengalami nasib malang. Dikeroyok teman – temannya karena ucapannya yang menyinggung. Hingga berujung pada koma di rumah sakit.

"Sebaiknya kamu jauhi perbuatan maksiat itu Nak" pinta Ibu Sin Mubalit.

"Apaaaa? Tidak bu, aku tidak bisa hidup tanpa minuman keras" jawab Sin Mubalit.

"Tapi Nak... minuman keras itu dilarang agama. Gara – gara sering minum, kamu selalu melalaikan kewajiban sholatmu" tegur ibunya.

"Aaahhh... sholat membuang – buang waktuku saja Bu. Lebih enak bersenang – senang daripada sholat" jawab Sin Mubalit ketus seraya berlalu meninggalkan ibunya yang terlihat mulai menitikkan airmata. Airmata penyesalan. Penyesalan mendalam karena telah melahirkan anak seperti dirinya.

"Ibuuuuu...... apakah kau dirumah?" teriak salah seorang tetangga Sin Mubalit.

"Ada apa? Teriak suara wanita tua dari dalam sebuah rumah tua.

"Anakmu tewas dikeroyok berandalan kampung"

"Tidaaaaaaakkkkk...." teriak Ibu Sin Mubalit histeris.

***

"Kali ini kau kalah..."

"Aaah... tidak mungkin. Aku sudah pasang berkali – kali dengan nomor yang berbeda. Hampir semua nomor aku pasang. Tapi kenapa tidak satupun yang keluar !" umpat seorang pemuda di sebuah meja judi di kota Dilbat.

Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Tempat judi itu makin ramai. Orang – orang bersenang – senang. Ada yang minum. Menyanyi. Berdansa. Berjudi. Mereka larut dalam kesenangan duniawi. Namun semua itu tidak berlaku bagi Erishum. Pria 30 tahunan berperawakan tinggi. Dengan rambut sedikit ikal.

"Sial... malam ini aku kalah lagi" umpat Erishum sambil meneguk secangkir minuman beralkohol di tangannya.

"Sudaaaahhh... jangan kau pikirkan. Ayo kita senang – senang malam ini. Aku akan menemanimu semalaman" rayu seorang gadis cantik disebelah Erishum yang mulai memeluk dan menciuminya. Udara makin panas.

Keesokan harinya...

"Darimana saja kau? Sudah tiga hari ini kau tak pulang kerumah" tanya ayah Erishum.

"Aku ada pekerjaan"

"Pekerjaan apa hah? Judi? Mabuk? Apa itu pekerjaanmu? Tiap hari selalu begitu. Dari pagi hingga petang kau tak dirumah. Pergi entah kemana. Pulang selalu mabuk dan bau alkohol".

"Aaah biarkan saja ayah. Jangan kau ganggu kesenanganku" gerutu Erishum dibalik bantalnya. Erishum yang gemar berjudi. Reinkarnasi dari Samsu Iluna. Tepat seribu tahun setelah reinkarnasi dirinya yang terakhir.

"Apa kau tadi sudah sholat?"

"Belum"

"Sampai kapan kau akan begini? Mabuk, judi dan jarang sholat" ucap ayah Erishum yang berlalu pergi meninggalkan kamarnya.

Malam itu Erishum pergi ke tempat judi biasanya. Namun kali ini dia sengaja keluar pelan – pelan agar tidak terdengar oleh ayahnya.

"Aku pasang 100 dollar" ucap Erishum di meja judi.

"Waaahhh... banyak duit kau sekarang"

Satu jam , dua jam, tiga jam telah berlalu. Uang Erishum makin terkuras habis. Namun ia tetap memaksa untuk ikut judi. Berhutang katanya. Dibawah pengaruh alkohol, pikiran Erishum tidak terkendali. Amarahnya semakin menjadi. Dia menggebrak meja judi. Seolah – olah tak terima atas kekalahannya malam itu.

"Aku sudah habis berdolar – dolar, tapi tetap kalah. Pasti ini tipu muslihatmu !"

"Apa ! kau menuduhku? Bentak sang bandar judi.

"Diam kau !' ucap Erishum mengarahkan tinju mentahnya ke arah sang bandar judi. Tak terima atas perlakuan Erishum. Sang bandar judi meraih botol minuman keras yang berada tidak jauh dari meja tempatnya.

Pyaaaarrrr....

Bunyi botol pecah diiringi erangan kesakitan Erishum memecah malam itu. Erishum terjungkal di atas lantai. Terkapar penuh darah. Tewas.

"Dimana diriku...."

"Di neraka....." sebuah suara menggema memenuhi telinga Erishum.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang