Pemuja Keabadian

135 1 0
                                    

"Hai Tiara?" sapaku ramah.

"Hai Andre, gimana kabarmu?" balas Tiara dengan lembut.

"Baik – baik aja nih, kamu kemana kok gak ada kabar?"tanyaku penasaran

"Biasa Ndre, shopping and travelling to Singapore. Hahahaha...". sambil tertawa lepas memamerkan deretan giginya yang berbehel perak berharga ratusan ribu rupiah.

Sore itu terasa begitu hidup sejak percakapan kami dimulai pukul 4 disebuah café di daerah Kemang. Tiara – seorang pengusaha sukses yang memiliki gerai butik baju bermerek di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Kebetulan kami adalah teman satu kampus waktu kuliah dulu. Nongkrong, jalan – jalan hingga tugas kuliah sering kami kerjakan bersama – sama. Bisa dikata hubungan kami layaknya sahabat karib. Bahkan masih tetap berhubungan saat kami sudah tidak di bangku kuliah lagi.

"Ndre, aku cabut dulu ya. Sudah malam nih". Ucap Tiara

"Iya, kamu hati – hati ya, jangan ngebut bawa mobilnya". Balasku

Semua hal tentang Tiara, aku sudah sangat hafal. Makanan kesukaannya, film favoritnya, tempat nongkrong langganannya hingga bisnisnya pun aku tahu. Dulu pernah dia bercerita bahwa bisnis butiknya hampir saja pailit. Kalah bersaing, kalah model, pelanggan pada kabur semua hingga banyak hutang melilit dirinya. Namun berkat bantuan seseorang – semacam orang pintar – semua itu bisa teratasi. Bahkan usaha butiknya sekarang makin laris.

Tak hanya bisnis saja, penampilan Tiara pun berubah drastis. Kulit mulus putih, wajah merah merona, bibir tipis bersulam hingga alisnya yang naik dan makin tebal semakin menambah pesona aura kecantikannya. Aku memaklumi itu semua. Profesinya yang menuntut dirinya tampil All out di setiap acara. Kolega bisnisnya hingga pelanggan butiknya semua berasal dari kalangan atas. Sosialita dan jet set ibukota. Pernah suatu ketika aku diajak Tiara menghadiri acara launching baju merek terbaru miliknya di sebuah hotel bintang lima di kawasan Jakarta Pusat.

"Amazing !" ucapku terperangah

"Beginilah Ndre, pesta dan pesta. Hahahaha..." Tiara tertawa lebar

"Kamu memang pantas disebut sosialita Ra, aku kagum padamu". Jawabku

"Dan untuk masuk ke dunia ini enggak mudah Ndre, penuh perjuangan". Jawabnya sambil berbisik ke telingaku.

Memang, hidup di Jakarta tidak semudah mengkerlipkan mata. Semua hal bisa terjadi dalam satu kerlipan saja. Yang semula kaya, bisa langsung bangkrut. Yang semula pegawai biasa bisa langsung berada di posisi strategis. Yang semula berdompet tipis bisa langsung bermandikan uang berlembar – lembar dalam semalam.

"Ndre, ntar malam ada acara nggak ?" Tanya Tiara lewat percakapan di ponsel.

"Hmmm nggak ada tuh. Kebetulan mala mini aku free ". Jawabku

"Ntar kamu bisa dong nemenin aku ke dokter kecantikan langgananku?" Tanya Tiara.

"Emang kamu sakit?" tanyaku heran.

"Udah deh nurut aja. Ntar kamu juga bisa lihat sendiri kan?"

"OK kalau begitu. Kamu jemput aku di tempat biasa ya?" jawabku

"OK Ndre....!"

Malam pun tiba, seperti janjinya Tiara menjemputku tepat di depan kos – kosanku.

"Tiiit... tiiiiittt...."

"Itu pasti mobil Tiara". Gumamku

Tak butuh lama kami pun sudah melaju di jalanan ibukota yang super sibuk. Dari pagi hingga menjelang pagi berikutnya tak pernah sepi. Setelah satu jam perjalanan, kami pun sampai di sebuah rumah besar. Tepatnya sebuah klinik kecantikan.

"Selamat malam, apa dokter Sinta ada jadwal malam ini?" Tanya Tiara kepada perawat yang berjaga malam itu.

"Sebentar ya Mbak, saya cek dulu. Mohon ditunggu". Kata si perawat sambil membolak – balik buku catatannya.

"Maaf, dengan siapa saya berbicara?" Tanya perawat itu.

"Tiara, Tiara Sabrina ". Balas Tiara dengan ramah.

"Iya, silakan ibu Tiara menuju ke ruang dokter Sinta di sebelah sana, ruang praktek nomor 7".

"OK terimakasih"

"Sama – sama"

Kamipun langsung menuju ke ruangan yang dimaksud.

"Selamat malam Dok ". Sapa Tiara ramah

"Oh mbak Tiara, mari silakan masuk !" balas dokter Sinta.

"Gimana, hari ini mau memperbaiki yang mana?" Tanya dokter itu kepada Tiara

"Dagu saja dok, aku mau dagu ku agak dilancipkan sedikit". Kata Tiara

"Prosedurnya agak lama ya mbak, mungkin butuh 2 kali operasi ". Kata dokter Sinta.

"Ya gak papa dok. Kapan bisa dimulai treatmentnya ?" Tanya Tiara penuh antusias.

"Minggu depan saja ya mbak, karena sementara ini mbak harus menjalani proses awal pra operasi. Ini nanti saya siapkan obat yang harus mbak konsumsi selama seminggu !" sambil memberikan catatan resep obat kepada Tiara.

"Begitu ya Dok, baiklah saya akan menjalankan perintah dokter. Kalau begitu saya pamit dulu Dok, masih banyak urusan saya ". Ucap Tiara sambil menjabat tangan dokter Sinta.

Kami pun segera keluar dari ruangan dokter Sinta dan bergegas pulang.

"Oh jadi kamu selama ini operasi plastik ya Ra ?" tanyaku

"Ya kamu benar Ndre, semua ini karena tuntutan pekerjaan. Nggak mungkin kan penampilanku jelek dan kusam di depan kolega dan pelangganku ?" balas Tiara.

"Oh begitu ternyata, aku baru tahu sekarang Ra!"

"Kenapa? Apa ada yang aneh Ndre?" Tanya Tiara sambil memacu gas mobilnya keluar dari klinik dokter Sinta.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang