Lendir

1.5K 4 0
                                    

"Gimana sayang ? ntar malam bisa nggak ?"

"Lihat ntar ya manis ?"

"Oke sayang... muaaach"

Percakapan dengannya malam itu ku tutup dengan kecupan mesra di ponselku. Sebagai balasan atas ajakannya yang tidak mungkin aku tolak.

"Wah... ada job lagi ya Joe ?" celetuk Bryan sambil sesekali mengepulkan asap tebal rokoknya ke udara yang pekat dengan hawa panas. Hawa yang berasal dari para pengunjung diskotik yang sedang ber ajojing ria menikmati alunan musik dan aroma minuman anggur.

"Aku cabut dulu bro !"

"Oke, have fun bro !" teriak Bryan memecah kebisingan diskotik.

Aku bergegas keluar menuju pintu EXIT diskotik sambil mengirim pesan BBM ke Sandra.

"Deliver juga akhirnya..." gumamku dalam hati. "Tumben aktif. Itu artinya dia sedang sendiri malam ini".

30 menit lagi sampai... Kubaca isi BBM Sandra. Sambil menunggu kedatangannya, aku nyalakan sebatang rokok sambil kumainkan HPku di lobby diskotik yang penuh dan ramai dengan para lelaki hidung belang dan wanita jalang.

Tak terasa sudah 30 menit berlalu dan kulihat dari kejauhan nampak seorang wanita bertubuh sintal datang menghampiriku.

"Sudah lama?"

"Lumayan, dari tadi aku disini menunggumu". bisikku sambil kudekatkan bibirku ke telinganya.

"Ah... kamu nakal Joe" jawab Sandra dengan manja.

Segera aku dan Sandra keluar menuju Pajero hitam yang diparkir diluar. Seraya aku lingkarkan tanganku ke pinggangnya. Memang, aku akui kalau Sandra adalah sosialita Jakarta yang bersuamikan seorang Pilot sebuah maskapai penerbangan swasta Indonesia. Suaminya selalu memenuhi nafkah hidupnya. Bisa dibilang tak ada yang tak terbeli olehnya. Mulai dari Louis Vuitton, Hermes hingga Dolce Gabbana. Semuanya adalah beberapa merek barang branded yang selalu menempel di tubuhnya. Seolah – olah itu adalah ciri khas yang dia miliki. Begitupun aroma tubuhnya yang wangi yang menjadikannya seorang sosialita sejati. Membuatku betah berlama – lama disampingnya. Seakan – akan ingin segera aku dekap erat tubuhnya malam itu.

"Kamu yang bawa mobilku ya ?" pinta Sandra

"Nggak deh, aku lagi males nyetir. Kamu saja" Balasku.

"Hmmm... oke Joe".

Tak butuh waktu lama, mobil pajero hitam milik Sandra meluncur dengan cepat menuju jalanan yang lumayan sepi malam itu.

"Ke tempat biasa ya ?" Tanya Sandra

"Terserah kamu saja".

Udara malam itu memang terasa sangat dingin, namun menjadi tak terasa dingin karena Sandra pandai menghangatkan suasana dengan gurauannya di sepanjang jalan yang kita lewati berdua. Hingga akhirnya kita telah sampai di sebuah hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan. Kami pun turun dari mobil dan segera menuju lobby hotel untuk memboking kamar. Dengan diantar room boy, aku dan Sandra bergegas menuju kamar hotel.

"Terimakasih ya, ini untukmu !" ucap Sandra sambil menyodorkan selembar uang kertas berwarna merah kepada room boy tadi.

"Wah lagi banyak duit kamu San ?"

"Iya sayang, ini duit belanja bulananku. Tadi barusan di transfer sama suamiku 10 juta".

"Hmmm... enak banget hidup kamu !"

"Ya... begitulah. Tapi sebenarnya aku kesepian Joe. Kamu tahu kan suamiku jarang pulang kerumah. Dia selalu tugas ke luar negeri".

"Iya juga sih". Balasku

"Sudahlah Joe. Nggak perlu dibahas. Temani aku malam ini ya !" pinta Sandra yang segera aku setujui dengan anggukan kepalaku.

Tak berselang lama setelah kami membersihkan diri, kami menuju ranjang untuk segera melepas penat. Melepas beban hidup yang sesak menghimpit dada dan mereguk kenikmatan dunia. Tubuhku dan tubuhnya menyatu dalam cinta. Cinta terlarang tepatnya. Cinta yang hanya butuh pelampiasan sesaat saja. Bukan cinta sesungguhnya. Nafasku dan nafasnya menyatu dalam dingin malam itu. Bibirku dan bibirnya bertemu. Bertemu untuk melepas kerinduan yang lama tak tersalurkan.

Malam itu hanya milik kita berdua. Ya, milikku dan milik Sandra seutuhnya. Persetan dengan suami Sandra yang selalu meninggalkannya di hari – harinya yang sepi. Yang selalu memaksaku datang kepada Sandra hanya untuk mengisi kekosongan hatinya. Dan seperti biasa, malam itu sama seperti sebelum – sebelumnya. Selalu berakhir dengan teriakan, rintihan dan lendir.

PING....

BBMku berbunyi.

Makasih sayang, kamu hebat sekali semalam.

Aku tersenyum puas dan aku balas,

Makasih juga transferannya. Sudah aku terima.

Setelah itu di HPku muncul emoticon kiss.

Memang semenjak aku di nonaktifkan dari pekerjaan lamaku, kesibukanku setiap hari hanyalah minum – minum di bar. Hingga akhirnya mempertemukan aku dengan Bryan temanku secara tidak sengaja. Bermula dari obrolan ringan hingga ajakannya untuk bergabung dalam jaringan bisnis lendir miliknya. Bukan karena niat atau terpaksa aku bergabung, namun keadaan yang memaksaku masuk ke dunia lendir. Hidup di Jakarta tanpa berbekal keahlian tidak akan mampu bertahan menjalani hidup. Terutama untuk pria sepertiku yang lulusan SMU. Mustahil aku bisa mendapatkan pekerjaan dengan posisi dan gaji yang bagus. Semua itu hanyalah khayalan semata bagiku.

Lamunanku mendadak terbuyarkan karena hpku berbunyi...

PING...

"Malam ini bisa datang kerumah gak ?"

"Bisa lah tante, jam 11 ya..." balasku.


Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang