Lari

2K 28 0
                                    

Dari hutan aku berlari dengan cepatnya tak tau harus kemana, dan harus bagaimana. Begitu banyak orang yang mengejar ku.

Hingga ku temui hamparan kebun teh terpapar luas dalam pandangan.
Aku lanjut berlari walau ku sadar kakiku sudah sangat lemas.
Namun apa daya aku harus menjauh dari kejaran.

Di sebuah jalanan, ada sebuah mobil yg diisi satu keluarga.

"Ayah kayanya bakalan hujan besar nih." ucap Leman

"Iya yah, langitnya sangat hitam gini." sahut Ibu

"Mau gimana lagi, kita harus cepat sampai Pangalengan. Baru kita bisa istirahat" jawab Ayah

"Emang kenapa yah?" tanya Leman

"Disini agak rawan, apalagi ini sudah menjelang magrib, bentar lagi bakalan gelap, mana lagi disini tempatnya sering berkabut di jam- jam segini" ucap Ayah

"Ya udah lebih cepetan lagi yah, tapi hati - hati jalan nya licin

"Mana jalannya kaya ular gini, nanjak lagi. Kenapa gak lewat Cianjur saja tadi" keluh Leman

"Kan ayah udah bilang sebelumnya, Ayah mau ketemu dulu saudara di Pangalengan. Kalau kita lewat Cianjur kota lebih jauh lagi, dan pasti macet.

leman dan Ibunya agak sedikit khawatir dengan keadaan mereka sekarang, tapi ayahnya terus meyakinkan mereka semuanya akan baik - baik saja.

Dilain tempat aku yg masih berlari tanpa sadar aku sudah berada di tengah Jalan raya.
Sesaat ku berpikir " semoga ada orang yg bisa menolongku".

Tapi tiba - tiba datang sebuah mobil dari arah bawah jalan yg berliku tajam dengan cepatnya menabraku.
ya itu adalah mobil keluarga Leman.
"Awas ayah" ujar Leman

Semua pun berteriak mobil tak bisa terelakan menabrak badanku hingga aku terpental jauh kedepan. Kepalaku terbentur batuan yg ada disana, hingga aku pun tak sadarkan diri.

"Astagfirallah" ucap Ayah syok

"Kita menabrak orang yah, gimana nih? Tanya Ibu cemas

"Ayo kita lihat" ujar Leman

leman pun cepat keluar dari mobil dan langsung menghampiriku.
Dia agak syok melihat banyak darah apalagi suasana sudah mulai gelap beriringan dengan derasnya hujan dan gelegarnya petir yang menambah ketakutan.

"Gimana man" tanya ayah cemas

"Biar aku periksa dulu"

leman langsung memegang urat nadiku.

"Dia masih hidup Yah"

"Ayo kita bawa dia, semoga dia bisa bertahan. Pangalengan hanya tinggal 30 menitan lagi, kita bisa membawanya kerumah sakit disana."

"Tapi gimana dia terluka begitu, Ubu takut Yah dia kenapa"

Lalu Leman menanggalkan bajunya, dia sobek pakaiannya itu untuk menutupi luka- luka ku.
Kebetulan disana ada tanaman obat yg bisa digunakan dalam keadaan darurat.

"Apa yg kamu lakukan?"

"Semoga dgn ini, dia bisa lebih bertahan, ayo mah yah, kita harus cepat!" ujar Leman

mereka pun bergegas membawaku kedalam mobil dan mereka pun lanjut kan perjalanan mereka.
Di sepanjang perjalanan, Ibu agak sedikit panik, apalagi dia melihat anaknya tak memakai baju dan mereka kebasahan, mana cuacanya sangat dingin.

"Man kamu tak apa?"

"Tak apa Mah,hanya sedikit dingin saja" ucap Leman

Padahal badannya menggigil kedinginan.

"Kamu sih tadi di Pantai malah berenang jadi gak adalagi sisa pakaian yg kering, bertahan saja sebentar lagi kita sampai, nanti kalau sudah sampai rumah sakit, ayah pinjam baju sama saudara buat sementara"

Tak terasa merekapun sampai di Pangalengan dan langsung ke Rumah sakit terdekat. Aku langsung ditangani oleh Dokter.

"Alhmdulilah kita sampai juga" ucap syukur Leman

"Man pakai dulu handuk ini lumayan biar gk terlalu kedinginan" suruh Ayah

"Yah apa mang Asep sudah tau kita disini? " tanya Ibu

"Sudah Mah, barusan ayah telepon, bentar lagi mereka sampai kesini"

"Yah, aku kok teringat Dejang" ucap Leman lesu

Ayah dan ibu terlihat agak kaget

"Kenapa man, kamu kangen sama adikmu?"

"Banyak berdoa saja semoga dia bahagia disana" tutur Ibu menambahkan

"Kalau Dejang masih ada, mungkin dia seumuran orang yang kita tabrak tadi"

Tak lama berselang mang Asep sudah sampai sambil membawa pakaian buat Leman dan keluarga.

-lanjut di halaman selanjutnya-

Jati Diri ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang