Dejang

895 13 0
                                    

Diperjalanan.

"Aku mau dibawa kemana?"

"Kamu ikut ke rumah kami, sampai kamu mengingat masa lalumu" jawab Leman

"Makasih ya" ucapku masih bingung

Perjalanan berhenti di sebuah tempat di perbukitan, dari sana terlihat semua Kota Bandung.

"Dimana ini?" ucapku

"Ini rumah kami di Punclut Lembang" jawab Leman

Sesampainya di Rumah, aku di ajak Leman ke kamar.

"Ini kamar kamu sementara, istirahat saja dulu disini, kalau ada apa - apa panggil aku saja!"

"Iyaa kak, aku panggil kakak saja yah.

"Gapapa umur kamu juga lebih muda kelihatannya"

Beberapa lama kami berbincang Leman pun keluar dari kamar. Dia menuju ruangan tengah dengan raut sedikit sedih.

"Ada apa Man, kamu nampak sedih?"

"Gapapa Yah"

"Kamu bisa bohong sama orang lain, tapi tidak pada kami" ucap Ibu

"Gini Yah,Mah,aku teringat Dejang"

Suasana menghening sejenak.

"Emang kenapa sampai kamu sedih begitu"

"Tadi orang itu panggil kakak padaku, langsung membuatku merasa berada bersama Dejang.

"Kalau begitu anggap saja dia Dejang, kalau pun Dejang masih ada mungkin sudah sebesar orang itu" ucap Ibu

"Iya Man" lanjut Ayah

"Itu ide bagus kita juga belum tau siapa namanya, kita panggil Dejang aja" ucap Leman ceria

Hari menjelang sore aku yg masih dikamar sedang memikirkan semua ini tiba - tiba datang Leman kesana.

"Dejang ayo ikut!"

"Dejang, kakak panggil siapa?" yang aku bingung

"Ys kamu lah" ucap nya tersenyum

"Aku? "

"Iya, mulai saat ini kami bakal panggil kamu Dejang, gapapa kan?"

"Tak apa kak, toh aku juga tak tau kok nama asliku siapa"

"Kalau gitu ayo ikut kakak!"

"Baiklah"

Tak berapa lama
kami pergi keluar rumah memakai sepeda motor.

Hingga kami sampai di sebuah tempat yg sangat indah.

Dari sana aku bisa lihat seluruh Bandung dan udaranya sangat sejuk.

"Sampai" ucap Leman sambil menghentikan Motornya

"Dimana ini?"

"Ini rumah makan milik keluargaku"

"Indah banget pemandangannya"

"Ayo masuk!"

Kami masuk kesana, disana banyak orang yg sangat santun.

Para pegawai yang jumlahnya belasan

"Eh Aden, kumaha damang Den?" tanya mang Darman

"Alhamdulilah Mang, gimana keadaan disini?"

"Seminggu ga ada Aden disini baik - baik ajah, cuman kemarin - kemarin ada neng Desi kesini wae nanyain Aden"

"Hehe... Ah siemang mah bisa ajah" ucap Leman tersipu malu

"Eh serius ini mah"

"Mang mana Tino?"

"Tadi Eumang suruh  nganterin pesanan, bentar juga pulang"

"ohh gitu ya Mang"

"Itu siapa Den?"

"Ini Dejang  Mang"

"Dejang?"

"Gak usah kaget gitu Mang, jadi gini ceritanya." *Leman menceritakan kejadiannya pada Mang darman*

"Oh kitu Den emh... karunya teuing. Aden mau makan apa atuh biar Emang siapin?"

"Jang kamu mau apa?" tanya Leman padaku yang dati tadi aku hanya menyimak saja.

"Aku mau jagung rebus aja Kak" ucapku entah kenapa makana itu yang tersirat di kepalaku.

"Jagung rebus? yaudah Mang tolong bawain Jagung rebus ya ke Saung biasa yang di pojok"

"Iya Drn tunggu sakedap yah"

Aku dan Leman pergi ke sebuah Saung di pojok Tumah makan itu.

Sementara itu di Dapur

"Pa nih uangnya" ucap Tino

"No bawain gagung ini ke Saung di pojok tuh!"

"Cape Pa, baru juga datang" keluh Tino lemas

"Eh cepetan... udah nungguin tuh!" ucap Mang Darman

Sedikit kesal, Tino nganterin Jagung rebus itu.

"Nih A, Jagung nya" ucap Tino tanpa  menoleh ke wajah yg memesan Jagung itu.

"Tunggu..." ucap Leman

"Apalagi sih..." sedikit kesal Tino menjawab

"No kamu gak mau gabung gitu"

"Leman, Eh kirain siapa?" ucap Tino merubah raut wajahnya yang tadinya kesal menjadi tersenyum malu

"Kenapa atuh kamu kesel gitu?"

"Maklum tadi kan baru nyampe,  langsung di suruh kesini, gak di suruh istirahat dulu. Eh ternyata si Bapa iseng nih. Maaf ya Man,"

"Yaudah disini dulu aja!"

"Oke, oya siapa ini?" tanya Tino sambil memandang padaku

Leman kembali cerita tentangku.

"Oh... Jadi begitu" ucap Tino mengerti

Melihat Jagung rebus yang sudah di depan mata, entah kenapa aku sangat ingin sekali memakannya.

"Kak aku makan Jagungnya ya," ucapku sambil mengambil Jagung nya.

Aku membuka Jagung dari tengahnya dan itu membuat Leman dan Tino terkaget.

"Man, kok dia mengingatkanku pada dejang adikmu ya," ucap Tino terheran

Jati Diri ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang