Author pov.
Plak....
Tamparan pedas mendarat dengan selamat di pipi kanan Amir dan Amar.
Lorong rumah sakit ini menjadi sangat mencekam bagi siapapun yang melewatinya. " Sudah puas? Sudah puas membuat Abimu sakit?"
Amar dan Amir hanya bisa menunduk dalam. Melupakan siapa mereka dengan segala derajat dan kekayaan yang mereka sandang di luar sana.
"Kenapa kamu bersikap seperti ini bang? Kau anak kebanggaanku, kau anak paling tua tapi kenapa sikapmu lebih labil dari bocah sd?"
" Umi,aku-"
"Diam! Umi belum selesai bicara!"
Sabrina menghela nafas panjang. Mata yang biasa penuh binar keceriaan berubah sendu saat menatap ayah mertuanya. Ayah mertuanya kini berbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit dengan alat alat rumah sakit yang terpasang di tubuh tua rentanya. Melihat itu, Sabrina hanya bisa berdoa agar semuanya baik-baik saja.
" Abi, abi cepet sadar ya. Bina kangen sama Abi"
Di genggamnya erat tangan Abizar seakan menyalurkan semangat agar bisa segera sadar.
"Harusnya Bina gak masuk ke dalam kehidupan keluarga Abi. Harusnya--hiks..hik"
" Bi, yang sabar. Yang tabah, inget loe lagi hamil gak boleh stres" Ucap Fairish senja.
Teman sejerawat Sabrina saat kuliah di harvard univercity.
" Tapi Fai, loe liat sendirikan ayah mertua gue gimana? Kesempatan hidupnya tipis Fai. Dan itu gara-gara gue"
Fairish meletakkan jari telunjuknya di bibir mungil Sabrina.
"Gak Bina. Ini bukan salah elo. Bukan loe yang ingin ayah mertua loe sakit separah ini. Dan bukan gara-gara loe,kakak ipar loe bisa cinta sama loe. Gue akui cinta itu gak ada yang salah. Tapi intinya bukan loe yang salah. Kita memang bukan Tuhan tapi disini Kita akan berusaha sama-sama. Ada gue, loe, Fabian sama yang lain kita bisa dan loe harus yakin. Yang terpenting sekarang adalah bersabarlah dan berdoa semoga Om Abizar bisa selamat"
Sabrina mengangguk pelan."Thanks Fairish. Gue utang banyak sama loe"
" Santai aja kayak sama siapa aja"
"Sekarang senyum, hapus air mata loe"
" Gue pergi dulu ya Bi, Mas Rey udah nunggu gue. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam wr.wb"
Tanpa mereka berdua sadari Azura tersenyum simpul mendengar ucapan Sabrina. Azura masuk kedalam kamar rawat Abizar dengan tatapan datar.
" Jangan cengeng!" Ucap Azura dingin.
"Siapa kau? Bukannya kau yang berada di rumah ayah mertuaku kan?"
" Aku Azura Reynerd. Terserah kau manggilku apa"
"Kenapa bisa kau berada disana"
" Takdir"
"Kau aneh"
Azura mengangkat bahunya acuh."Kenapa kau bisa tau semua hal yang tidak aku tau?"
"Aku hanya membaca pikirannya sedikit"
" Kau dukun?" Tukas Sabrina dengan ekspresi kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Boy
SpiritualAku di juluki pembawa sial sebab kelebihanku membaca hati dan pikiran orang. Selain itu kemampuanku dalam meramal sangat akurat. Suatu hal yang indah namun karna kelebihanku itu tak ada seorangpun yang ingin menjadi temanku. *Azura # sequel dari Gus...