Ada apa dengan Amir?

854 47 5
                                    

Azura~~

Disini aku kembali lagi dengan segudang cerita kehidupanku yang tak ada kata akhir untuk di bagi. Kehidupanku mmm mungkin bisa di bilang kehidupan kedua setelah melalang buana koma dalam ketidakpastian. Antara hidup dan mati.

Sebenarnya masih banyak hal yang menganjal dalam benakku. Aku yang koma berbulan bulan dan hanya bergantung pada alat-alat medis itu seakan hanya mimpi.

Karna rasanya aku tak pernah mengalaminya. Aku seperti menembus dimensi ruang yang belum pernah ku jamah sebelumnya. Namun, semua itu seakan hilang tak berbekas. Tak ada satupun yang aku ingat kecuali, satu nama yang masih melekat dalam benakku, Bima Prameswara Wicakra.

Entah siapa sosok di balik nama itu aku benar-benar tidak tau. Aku sudah menjelaskan semuanya pada Alex. Mungkin saja Alex bisa membantuku memecahkan misteri ini. Tapi aku tidak ingin terlalu berharap banyak.

Aku pasrahkan semuanya pada Tuhan. Biarkan takdir dan waktu yang akan mengungkapkannya.

Aku ingin memulai semuanya dari awal lagi. Mungkin setelah keluar dari tempat terkutuk ini aku bisa menemui keluarga Alex lagi. Ah aku sangat merindukannya.

Makanya aku sangat gencar merengek pada Umi dan Abi untuk segera angkat pantat dari sini.

Dan taraaaaa!!!

Hari ini adalah hari dimana aku di perbolehkan pulang. Keadaanku sudah membaik

Yessssssss!!!! Horeeee horeeee berhasil....pulang...pulang....tunggu aku kasurku yang empuk....≥3≤ ≥3≤

Etapi satu hal yang membuatku harus berdebat alot dengan pria itu. Amir memaksaku untuk duduk di kursi roda seperti orang lumpuh. Aaaaah terkadang disitulah aku merasa sedih.

Flasback.' ̄へ ̄

Umi mengepak semua keperluanku selama di rumah sakit. Sedangkan Amir tak henti-hentinya mencecokiku dengan segala omelan yang membuatku muntah.

Entah kenapa priaku ini menjadi lebih manis? Bisakah aku menyebutnya begitu?
Apa dia salah minum obat? Mencurigakan bukan? Benerkan? Iya in aja deh.

"Umi sama Abi mau ke bagian administrasi dulu. Jadi kalian bisa langsung ke parkiran saja"

Amir mengangguk mengiyakan sementara mulutnya tetap berdebat denganku.

"Ingat kata dokter, kau tak boleh banyak bergerak. Harus istirahat total"

"Iya, jadi bisa kita pergi?"

"Tunggu sebentar"

"Apalagi? Aku ingin pulang. Aku benci disini!!" ucapku yang mulai frustrasi.

"Daniel"

Tiba-tiba seorang laki-laki dengan setelan jas hitam datang membawa kursi roda. Siapa dia? Aku tak pernah melihatnya. Apa aku punya hutang? Dia lebih mirip depkolektor.

"Apa aku harus duduk disitu?"

"Harus"

"Aku gak mau"

Seketika mata Amir melotot tajam seperti ingin keluar dari sarangnya.

"Kau harus duduk disitu, Sayang" keukeuh Amir sembari mengelus kedua pipiku.

Ah perlakuannya ini yang membuatku mual. Aku memang ingin dia lebih perhatian padaku. Tapi tidak harus seperti ini. Aku bukan nenek tua peot yang tak kuat untuk berjalan.

Aku ini Azura, wanita kuat sekuat karang. Kenapa di perlakukan kayak telur. Di senggol dikit langsung mampus?

"Oh ayolah, aku masih bisa berjalan dengan dua kakiku"

My Devil BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang