Sunyi
Tak ada percakapan yang terjadi di dalam ruangan minim cahaya itu. Hanya ada helaan nafas panjang keluar dari mulut Daniel.
Di sudut ruangan ini terongok wanita paru baya dengan dandanan glamour khas kaum sosialita. Baju sexy dan ketat, belahan dada rendah hingga rasanya dua buah melon kendor itu ingin tumpah dari tempatnya dan punggung yang terekspos. Badannya yang berisi teronggok mengenaskan dengan kaki dan tangan di ikat. Tak lupa mulut yang tertutup lakban.
Cklek...
Pintu itu besi itu terbuka lebar. Ketukan sepatu kian terdengar oleh indra pendengaran Daniel. " Alig! Gila loe Max! Tega loe jadiin gue umpan ke nenek lampir macem nyokap tiri loe" Kata Daniel dengan menyilangkan tangannya di depan dada.
Badan tegap dan jangkungnya menyandar pada dinding. Max hanya terkekeh geli mendengar dumelan asisten bosnya tersebut.
"Jangan naif boi, loe juga seneng kan bisa indehoy bareng tu jalang?"
Daniel memukul lengan ber-otot sahabatnya. "Njir, itu ibu tiri loe nyet! Masa loe katain jalang sih weyy" ucap Daniel sok ngebela Zera. Padahal di hatinya dia membenarkan ucapan Max.
Bukan hal sulit untuk menjebak seorang Zera Prastiwi Wicakra. Wanita jalang haus belaian lelaki dan gila harta.
Wanita licik ini tanpa belas kasihan bisa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan semua yang dia inginkan termasuk harta kakak tirinya sendiri.
Max masih ingat dulu saat dia berumur 10 tahun. Di hari yang cerah dia mendapatkan kabar bahwa Ibu dan neneknya mati terpanggang di dalam rumahnya sendiri. Kejadian itu berlalu begitu cepat. Ketika ayahnya dan dirinya tiba di rumah, semua sudah rata dengan tanah. Jasad ibu dan neneknya sudah hangus.
Setelah kematian ibunya, ayahnya menikah lagi dengan janda anak satu. Kehidupannya yang damai perlahan berubah saat perusahaan ayahnya lebih maju. Sehingga ayahnya jarang pulang dan selalu sibuk bekerja.
Dan mimpi buruk itu perlahan menghampirinya. Di di paksa untuk melayani napsu bejat ibu tirinya. Di cambuk, di siksa, di hina semua itu bagai makanan sehari hari untuknya.
Lebih dari semua itu, ada satu hal yang sampai sekarang belum bisa dia lakukan. Yaitu menemukan kakak perempuannya yang hilang.
"Weyy Max, loe napa dah, kok bengong cem orang sutures loe"
"Stres Daniel, bukan sutures" Kata Max mengoreksi.
"Iya itu maksud gue"
"Loe udah siapin semuanya kan? Bentar lagi tuan besar dateng buat introgasi nenek lampir itu"
"Itu mah sudah siap dari tadi. Btw kalo loe mau nyicipin dia, masih ada waktu kok 15 menit. Di jamin masih enak kok walaupun udah kendor. Mayan kan buat cemilan hehehe" Daniel menyengir lalu pergi meninggalkan Max dan Zera berdua.
🐟🐟🐟
Kedua mata Zera terbuka perlahan. Matanya memindai semua isi ruangan yang ada di depan matanya. Kepalanya pusing, entah apa yang terjadi Zera tidak ingat apapun. Kecuali dia sedang bersenang senang di club setelah berhasil membunuh suami tercintanya, Bima prameswara Wicakra.
"Long time no see Nyonya Zera Prastiwi Wicakra" Sapa Max dengan senyum sinisnya.
"Masih ingat gue?"
Zera melotot tajam.
Sial!Bocah gendeng ini belum mati rupanya Batin Zera.
"Kaget ya? Kaget ngeliat gue masih hidup? Sayang sekali nyonya Zera yang terhormat gue ngecewain loe"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Boy
SpiritualAku di juluki pembawa sial sebab kelebihanku membaca hati dan pikiran orang. Selain itu kemampuanku dalam meramal sangat akurat. Suatu hal yang indah namun karna kelebihanku itu tak ada seorangpun yang ingin menjadi temanku. *Azura # sequel dari Gus...