Kesempurnaan

965 56 1
                                    

"Cinta itu bunga mawar hitam Kadang pekat dan misterius"

Author pov.

Ramai dan bahagia suasana kediaman Amar tak membuat seorang suasana gadis berhijab pashmina hitam itu terbawa. Bibirnya tersenyum tapi senyuman itu tak sampai ke mata. Senyum palsu.

Saat mata gadis itu bertemu dengan tatapan bayi laki-laki yang di gendongnya,ada desiran aneh di dadanya. Sangat aneh. Matanya seolah terpaku pada sosok mungil yang menggeliat lucu di gendongannya.

" Kau sudah cocok untuk menimang momongan Zura, kapan kamu akan menyusul si jenong??" Tanya Shamma.

Azura, gadis itu hanya terdiam dan memilih tersenyum tipis.

Demi apapun, dia sangat menginginkan itu. Tapi apakah bisa???

Jika saja dia menikah bukan karena balas budi, mungkin hal yang sama akan terjadi padanya.

Tapi ayolah, jangan buat gadis naif itu terlalu berharap. Mana mungkin dia bisa??? Suaminya saja tidak akan pernah bisa mencintainya.

"Kau baik-baik saja??? Wajahmu tampak pucat nak?" Tanya Abizar khawatir.

"Aku baik-baik saja Abi, tak perlu berlebihan"

"Benarkah??? "

"Kurasa begitu, aku baik-baik saja"

Azura pov.

Malam ini aku akan menginap di rumah mertua sekaligus orang tuaku. Tak ada hal yang aneh memang, hanya saja itu artinya aku harus berbagi tempat tidur dengannya bukan??

Tapi apakah aku bisa??
Ya Allah, haruskah?? Mungkin bagi pasangan lain ini wajar tapi bagi kami?

Penderitaaan!!!!

Kalian bayangin saja berada di posisiku. Dimana kau harus di tempatkan dengan orang asing dan sialnya kau memiliki rasa lebih padanya??

Gak mungkin aku tidur di luar, yang ada mereka semua pasti bertanya tanya kenapa aku tidur di luar?

Tapi..tapi haruskah???

Cklek...

Aduuuh mampus!!

Gimana nih? Aduh aku harus ngumpet dimana?dimana?????

"Bisakah kau menyingkir dari situ? Aku ingin ke kamar mandi?" Ucapnya dingin.

Aku memilih menyingkir dari hadapannya. Aku memilih naik ke kasur. Sepertinya aku sangat butuh untuk tidur. Yah aku harus tidur agar otakku kembali ke tempat semula.

Rasanya aku mulai gila memikirkan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi di kamar ini.

Oke Fine! Anggap saja dia tembok Azura jangan hiraukan dia. Bersikaplah biasa jangan buat dia berbangga hati telah berhasil mengintimidasi dirimu.

Tik

Tok

Tik

Tok

Beberapa menit kemudian...

Arghhhh... Sial!!!

Kenapa susah sekali tidur? Ayolah ini mudah sekali cukup tutup matamu Azura dan tidur!

Apa yang aku harus lakukan? Ah ya mungkin dengan yoga bisa membuatku tenang dan gampang terlelap. Oke pertama mungkin aku harus meditasi yah meditasi. Mungkin dengan begini akan sedikit menjernihkan pikiranku. Semoga saja..

Aku kita mulai sayang..

Satu

Dua

Tiga

Konsentrasi...

Tenang

Tenang..

Tenanglah Azura..

Buang pikiran dan bebanmu jauh jauh....

Dia bukan segalanya

Dia hanya seonggok daging bernyawa

Dia itu bukan apa apa...

Kau tak boleh peduli padanya..

Buang!

Buang cinta monyetmu

Buang cinta busukmu

Dia tembok

Dia batu

Dingin

Menjijikkan?!!!!

"Apa yang sedang kau lakukan?" Tiba-tiba suara berat dan seksi masuk ke dalam indra pendengaranku. Oke oke mungkin terlalu lebay untuk kata seksi itu.

Ku buka sebelah mataku dan ku tatap dia tepat di bola matanya yang hitam kelam. "Aku sedang yoga" Sahutku santai.

"Malam-malam begini?"

"Apa pedulimu???"

"Terserah kau saja. Tapi jangan menggangguku"

"Hmmmm"

Hening??

Dia kemana??

Apakah dia sudah tidur?

Ku buka mataku perlahan. Dan lihatlah..

Dia sudah terlelap begitu saja. Sedangkan aku harus bersusah payah untuk tidur.

Ini tak adil!!!!

Rasakan pembalasanku pecundang!!!

Ku cubit suamiku membabi buta. Tak ku pedulikan suara pesakitannya.

"Hentikan, apa yang kau lakukan??" Ucapnya

"Kau jahat"

"Hentikan"

"Tidak!"

"Hentikan Azura"

Cup

Tanganku terhenti di udara. Aku membeku membatu. Dia baru saja menciumku?

"Bagus, begini lebih baik"

"Huh!!" Aku mendengus sebal sambil bersidekap tanganku di dada.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?"

"Aku benci kamu" Teriakku kesal.

Ku tegakkan tubuhku dan ku hadapkan tubuhku kearah suamiku. Mataku menatap tajam kedua bola matanya.

"Sepertinya kita butuh perjanjian"

"Perjanjian??"

"Yah, perjanjian. Jangan pernah berpikir kau akan lepas dari genggamanku. Pernikahan ini akan tetap berjalan tanpa ada percerain. Jadi kita harus buat perjanjian"

Aku mengangguk setuju. Amir turun dari kasur. Dia mengeluarkan sebuah kertas dan bolpen dari nakas.

"Kau tulis semua hal yang kau inginkan dari pernikahan ini begitupun denganku. Setelah itu kita akan membicarakan point mana yang harus di hapus dan di tambahkan"

Baiklah kurasa ini tidak begitu buruk. Dengan begini aku tidak akan terlalu tetsiksa bukan. Baiklah kita mulai semuanya.

Tbc..

Geje ya. Bodo ametlah author udah mumet mau nerusinnya gmn lagi?

My Devil BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang