Part 1

195 23 11
                                    

Tepat pukul dua tengah malam aku terbangun dari tidurku. Aku bermimpi, didalam mimpiku itu aku melihat sosok bocah kecil berbaju putih bersih dengan mata yang hijau menatapku dari sudut ruangan putih dan kosong. Bocah kecil itu terus memandangiku tanpa ekspresi apapun hingga lama kelamaan bocah kecil itu menjauh, semakin menjauh dan kemudian lenyap dan hilang. Kurasa mimpi ini datang hanya karena aku belum terbiasa dengan suasana rumah baru kami.

Aku terbangun dengan posisi masih didalam pelukan hangat Harry. Perlahan-lahan aku memutar tubuhku kearah Harry tanpa memindahkan lengannya. Aku menatap wajah Harry yang begitu polos, tentu saja itu hanya terjadi saat ia sedang tertidur. Jari-jariku merayap naik kekepala Harry dan memegang rambutnya yang baru saja ia potong tadi pagi. Nampaknya ia tengah terbang atau menyelam didalam lautan mimpi indahnya, wajahnya begitu tenang.

Memori itu terulang lagi didalam otakku. Masa-masa pertama aku mengenalnya dan bahkan ciuman pertama kami yang begitu panas dan tidak terlupakan itu. Aku tersenyum dalam kesunyian malam mengingat itu semua. Aku selalu senang jika kembali mengingat masa-masa saat kami berpacaran san masa-masa saat aku masih membenci sosok Harry yang bajingan itu. Sudah kuduga dari awal jika Harry bukanlah bajingan besar seperti yang orang lain katakan. Nyatanya dia hanyalah pria biasa yang memiliki masa lalu kelam dan mencoba untuk memperbaikinya.

Menoleh kearah meja, aku melihat layar ponselku menyala. Dengan perlahan aku keluar dari dalam pelukan Harry dan menggantinya dengan sebuah guling. Aku merangkak turun dari ranjang dan melihat ponselku yang ternyata sudah ku Silent seharian penuh. Menuju kotak masuk, aku mendapati beberapa pesan dari teman-temanku namun mataku langsung tertuju pada sebuah nomer yang tidak kusimpan didalam kontakku.

From : +511-8751-0031 / 08.00 pm
Key ini aku Ansel. Megan tadi jatuh ditoilet saat selesai mandi dan kini dia dirawat dirumah sakit. Dokter akan memberikan diagnosanya besok dan semoga saja bukan sesuatu hal yang bahaya. Datanglah kesini jika kau dan Harry bisa.

Aku langsung menutup mulutku dengan tanganku. Apa yang terjadi padanya? Aku menoleh kearah Harry yang masih pulas dan tenang. Rasanya aku ingin membangunkannya sekarang tapi aku takut dia akan marah karena membangunkannya hanya untuk memberitahu kabar Megan. Ya walaupun Harry sudah tidak sebenci itu dengannya.

**

Aku sedang menyiapkan sarapan dimeja makan sementara Harry sibuk menerima telpon dari Danial dan Hailey masih asik menonton film kartun kesukaanya. Aku masih belum sempat menceritakan masalah Megan dengan Harry, karena semenjak ia bangun tidur kami masih sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Hari ini Danial memintaku untuk libur dan menukarnya dengan hari liburku dihari Jumat. Apa aku ada janji padamu dan Hailey dihari Jumat?" tanya Harry yang baru saja mengambil posisi duduk.

Aku mengerucutkan bibirku dan memutarnya seraya berpikir. "Seingatku tidak. Dan Harry, aku lupa ingin memberitahumu bahwa Megan masuk kerumah sakit dan hari ini aku akan menjenguknya. Rencananya aku akan menitipkan Hailey pada Anne atau Ayah tapi berhubung kau libur jadi Hailey kutinggalkan bersamamu. Bagaimana?"

Hailey kecil mengambil posisi duduk disebrang Harry dan langsung meneguk susunya. "Apa Ibu akan pergi? Aku ingin bermain dengan Bibi Gemma. Boleh aku kesana?"

Aku melirik kearah Harry yang tengah mengunyah pancake bercampur sirup coklatnya. "Aku dan Ibumu akan pergi. Kau akan bersama Bibi Gemma hari ini asal kau tidak nakal. Setuju?" Hailey memamerkan gigi-gigi susunya sambil mengacungkan dua jempol kecilnya. Tak terasa usianya sudah lima tahun dan wajahnya semakin mirip dengan Harry terutama mata dan lesung pipinya. Dia memiliki bibir seperti Ibuku, Lena dan hidungnya sepertiku, rambut coklat panjang dan ikal hampir sama bahkan lebih indah dari rambut Harry yang dulu.

TEARS 2 | SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang