Jantungku berdetak semakin tidak terkendali. Bukan, aku bukannya resah karena aku masih mencintainya melainkan karena rasa takut, takut akan kemarahan Harry apabila dia melihatku berada dijarak sedekat ini dengan pria yang pernah menjadi kekasihku ini.
"Bukankah tidak sopan jika berbicara dengan seseorang tanpa menatap matanya? Berbaliklah, Key."
Aku kenal ucapan itu. Ingat sekali, dia pernah mengatakan itu padaku saat kami bertemu diperpustakaan kampus saat pertama kali aku akan pergi berkencan dengannya. Tidak, aku tidak boleh tertipu oleh ucapannya.
Apa dia sudah gila?
Apa dia kehilangan kendalinya?
Sudah bertahun-tahun dan kupikir dia telah bener-benar melupakanku. Namun dengan sikap dan perilakunya yang seperti ini membuatku berpikir bahwa dia masih menyimpan perasaan yang tidak sepantasnya tercipta diantara kami berdua, lagi.
Aku sama sekali tidak berani berbalik badan. Bahkan rasanya untuk bergerak sangatlah sulit karena pergerakanku benar-benar terkunci.
[suara deringan ponsel]
Aku merogoh kedalam kantung celana santaiku saat ponselku berdering. Aku benar-benar bersyukur saat menemukan nama Gemma dilayar ponselku. Aku juga bisa merasakan bahwa Louis melangkah mundur, semakin mundur hingga pergerakanku tak lagi terkunci.
"Halo, Gem?"
Disebrang sana iparku, Gemma tengah bercakap-cakap mengenai Hailey yang enggan kembali kerumah karena sepupu dari keluara Styles tengah berkunjung. Aku mendengarkan sambil memutar tubuhku, aku melebarkan pandanganku dan tidak menemukan sosok Louis yang sekitar beberapa detik yang lalu berada dibelakangku dengan nafas yang memburu.
Gemma masih berceloteh disebrang sana sementara aku menyandarkan punggungku ketembok sambil bernafas lega karena sepertinya aku beberapa menit yang lalu sama sekali tidak bisa bernafas.
"Jadi, apa kau dan Harry akan pergi menyusul kesini?"
Aku menimbang-nimbang sebentar karena kutakut apabila Harry terlalu lelah untuk berkendara kerumah Anne saat pulang kerja. "Aku akan mengabarimu nanti setelah aku menghubungi Harry."
"Baiklah. Sampai jumpa, Key."
"Sampai jumpa, Gem!"
Perlahan-lahan detak jantungku sudah kembali normal dan deruan nafasku pun juga begitu.
Apa itu tadi?
Kenapa dia bisa bertindak seperti itu?
Saat ini kondisi kekasihnya tengah dalam bahaya maksudku dia terbaring lemah dirumah sakit dan baru saja kehilangan calon bayinya tapi dia malah bersikap gila dan konyol kepada diriku, mantan kekasihnya.
Aku segera menyalakan mesin cuci dan meninggalkannya sebentar untuk kembali menyapa tamu-tamuku walau aku masih belum siap bertemu Louis setelah kejadian beberapa menit yang lalu.
Sesampainya diruang tengah aku melihat Louis tengah bersiap-siap untuk pergi. Dalam hati aku pun bersyukur. Namun hal lain membuatku cemas, karena wajah Louis kelihatan sangat khawatir membuat hatiku tergerak untuk bertanya.
"Apa semuanya baik-baik saja, Lou?"
Louis menggeleng, cemas. "Aku harus kembali kerumah sakit. Dokter bilang El baru saja mengamuk dan melukai dirinya sendiri."
Rahangku terbuka lebar dan rasanya hampir jatuh kelantai mendengar kabar itu. Depresi yang sangat amat mengerikan karena dia bisa saja membunuh dirinya sendiri atau orang lain dan termasuk diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS 2 | SLOW UPDATE
FanfictionI think these tears will not drip anymore, but I was wrong. In every breath of mine these tears of pain will always be with me. Forever [ BOOK 2 FROM : TEARS ] [ Disclaimer : Cerita ini dibuat oleh amatir yang belum memahami teori kepenulisan. So, j...