Part 2

83 16 0
                                    

Aku berdiri disuatu ruangan yang putih dan kosong tanpa ada seseorang atau benda satupun. Tiba-tiba ada seorang bocah kecil, bocah kecil bermata hijau yang persis seperti kemarin. Dia masih terdiam menatapku dengan tatapan yang sangat tidak aku mengerti dan tidak dapat kuartikan. Kemudian, satu buah pintu muncul dibelakangnya dan pintu itu memunculkan seorang wanita namun aku tidak dapat melihat wajah dari wanita tersebut.

Siapa dia?

Wanita itu meraih tangan bocah kecil bermata hijau itu dan membawanya pergi masuk bersamanya melewati pintu tersebut. Bocah kecil itu menoleh padaku sekali lagi, masih tanpa ada satu ekspresi yang jelas.

"Keyla, kau ingin pulang?" Aku bangun dari mimpiku yang aneh itu saat Harry mengguncangkan tubuhku. Tak sadar bahwa aku tertidur diatas sofa kamar rawat Megan.

Aku melebarkan pandangan mataku kesekeliling ruangan. Megan sudah tidur diatas ranjangnya sedangkan Ansel tengah menonton televisi dengan Anita. "Ya, aku ingin pulang." sahutku kepada Harry.

Aku dibantu Harry pun bangkit dan langsung berpamitan dengan Ansel dan Anita. Ternyata Louis dan Eleanor sudah pulang lebih awal dari kami, pun kami segera berjalan menuju tempat parkir dimana Harry memarkirkan mobil miliknya.

Aku tidak bisa berhenti memikirkan arti dari mimpiku selama dua hari ini yang selalu sama persis seolah mimpi itu saling bersangkutan. Sekilas, jika aku memperhatikan wajah bocah kecil itu tampak seperti Harry sewaktu kecil.

Apakah mungkin?

Jika memang benar, lalu siapa wanita yang tiba-tiba hadir dan membawa si kecil Harry pergi?

"Kau baik-baik saja? Kau sepertinya sedang memikirkan sesuatu?" tanya Harry.

Aku menggeleng cepat. "Aku hanya merasa kurang enak badan."

"Kalau begitu sebaiknya kita makan sesuatu sebelum sampai dirumah. Kau mau makan apa?"

Aku mengangkat bahuku. "Entah. Apa saja yang kau suka."

Mobil kami pun melesat meninggalkan lapangan parkir rumah sakit tempat Megan dirawat. Melihat jam pada dashboard mobil ternyata waktu masih menunjukan pukul satu siang dan benar dengan ucapan Harry sebelum kami berangkat. Hujan mulai menetes satu persatu hingga membasahi seisi London.

Aku bisa melihat dari ekor mataku kiri milikku bahwa Harry tersenyum sinis melihat bahwa tebakkannya benar. Ah, aku merasa begitu bodoh saat ini.

Jalanan London sudah lumayan kosong semenjak hujan turun, memudahkan kami untuk mencapai tujuan. Harry memarkirkan mobilnya disisi jalan raya tepat didekat sebuah restaurant yang terlihat sederhana namun nyaman ini yang entah darimana ia bisa tau tempat yang seperti ini.

Memakai mantel, aku pun turun saat Harry membukakan pintu dengan satu buah payung yang ia pegang. Jika mau diingat kembali, dulu Harry bukanlah sosok pria yang sungkan untuk pergi membukakan pintu untuk seorang perempuan.

Suasana hangat langsung menyambut kami saat membuka pintu restaurant ini dan aroma sup mendominasi indra penciumanku. Perutku langsung terasa lapar saat itu juga. Kami duduk dan langsung memesan makanan, aku lebih memilih memesan cream soup dan Harry memesan pasta.

Harry terlihat begitu sibuk dengan ponselnya. Kurasa ia kembali berdebat dengan Bella, sekertaris Danial yang baru. Bella memang lumayan ceroboh selalu membuat Harry kesal.

Tak lama kemudian pesanan kami akhirnya tiba, namun Harry bukannya menyantap makanan pesanannya, ia malah sibuk dengan ponselnya. Aku mulai gerah dengannya. "Harry cepat makan pastamu dan letakan ponselmu." Harry pun langsung saja meletakan ponsel dan menyantap pastanya. Aku menatap Harry dari balik bulu mataku, ia nampak seperti sedang menyimpan banyak pikiran yang tidak ia katakan padaku.

TEARS 2 | SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang