"Bu aku ingin dimobil bersama Reed, dia akan menunjukan film kartun kesukaannya padaku."
"Tidak, Hailey. Kau akan membuat Bibi Giselle dan Paman Han kerepotan."
"Bu, aku tidak akan—"
"Hailey! Berapa kali Ibu bilang jangan keras kepala?" Kepalaku terasa sakit setiap mendengar Hailey merengek seperti saat ini ditambah lagi aku tidak dalam kedaaan mood yang baik.
"Hailey kau boleh naik dimobil Paman Han bersama Reed. Bawa tasmu." Harry setuju dengan permintaan Hailey, dia mengantar Hailey sampai kemobil Han yang terparkir disebelah kami.
"Kenapa kau membiarkan Hailey bersama Giselle? Bagaimana jika Hailey membuat mereka repot?" cetusku saat Harry masuk kembali kedalam kursi pengemudi.
Harry menyalakan mesin mobilnya lalu menyalakan stereo didalam mobil kami. "Biarkan dia bermain, Sayang. Hailey bisa bosan jika berada didalam mobil bersama kita apalagi disaat kau yang sedang sensi seperti ini. Giselle itu temanku, dia bisa menjaga Hailey."
Aku membuang wajahku kearah jendela saat mobil kami dan dua mobil dibelakang mulai melesat meninggalkan kediaman Gigi. Well, ada benar juga perkataan Harry, Hailey bisa bosan dan malah membuatku semakin emosi jika aku dalam keadaan seperti ini.
"Soal Camela tadi, dia tidak bermaksud apa-apa padaku."
Aku sontak menoleh kearah Harry yang tiba-tiba saja membahas perempuan bernama Camela itu. "Apa maksudmu?"
"Tadi Camela mencium pipiku. Aku tau hal itulah yang membuat mood mu hari ini jadi berubah."
Wah, ini dia tuan sok tau kita. Kenapa Harry bisa mengambil kesimpulan bahwa perlakuan Camela-lah yang telah membuat mood ku berantakan?
"Kenapa kau begitu percaya diri?" cetusku kepada Harry yang sedang sibuk melihat kearah ruas jalan saat kami baru saja keluar dari area perumahan Gigi.
"Ayolah, Keyla. Kau isteriku, aku bisa melihat perubahan sikapmu lagipula Gigi memberitahuku bahwa kau terlihat kesal saat Camela mencium pipiku."
Terlihat kesal katanya? Memangnya dia pikir aku ini apa? Tentu saja aku merasa kesal saat tiba-tiba seorang perempuan yang tak dikenal langsung menyapa dan mencium pipi suamiku sendiri, Oh malah perempuan itu berlaga seakan aku ini tidak ada.
Andaikan saja perempuan itu bersikap manis padaku sebelumnya, mungkin aku tidak akan bersikap seperti ini. Mungkin.
"Dia Camela, teman SMA kami juga." ucap Harry berusaha menjelaskan mengenai perempuan itu. "Tidak ada suatu hal yang perlu kau khawatirkan diantara kami, Sayang."
Aku harap itu memang benar Harry...
**
Akhirnya mobil kami berhenti disebuah lapangan parkir yang berpapasan langsung dengan sebuah pantai bernama Wells the next sea yang menghabiskan waktu hampir lima jam perjalanan melewati Cambridge. Disepanjang perjalanan aku dan Harry hanya mengobrol dan sempat kutinggal tidur selama beberapa menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS 2 | SLOW UPDATE
FanfictionI think these tears will not drip anymore, but I was wrong. In every breath of mine these tears of pain will always be with me. Forever [ BOOK 2 FROM : TEARS ] [ Disclaimer : Cerita ini dibuat oleh amatir yang belum memahami teori kepenulisan. So, j...