Aku melucuti seluruh pakaianku dan perlahan-lahan masuk kedalam bathub berisi air hangat yang telah disiapkan oleh Harry. Harry membawaku pulang dari Rumah Sakit tempat El dirawat dan tempat dimana El menyerangku dengan tiba-tiba.
Rasa perih mulai terasa saat air hangat mengenai tubuhku. Rasa perih yang ternyata disebabkan oleh bekas luka cakaran yang berada dilengan dan beberapa sisi tubuhku. Oh Tuhan! Aku tidak menyangka El akan melakukan ini padaku, aku tidak mengira dia akan menyerangku membabi buta seperti ini.
Pertanyaan demi pertanyaan berputar dikepalaku. Aku bertanya-tanya sebab akibat dan alasan mengapa El berubah seperti ini terhadapku. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa dia terlihat amat membenciku?
"Key?"
Aku menoleh dan menemukan Harry berada diambang pintu mengenakan kaos dan celana trainningnya.
"Apa kau merasa lebih baik?" Aku mengangguk. "Biar kugosok punggungmu." Aku mengangguk dan membiarkan Harry duduk dipinggir bathub sambil menyiapkan kain untuk menggosok punggungku.
"Ah." Aku meringis saat Harry tak sengaja mengenai luka cakaran itu.
"Maafkan aku. Aku akan perlahan-lahan." Aku mengangguk. "Ada apa dengan Eleanor?"
Aku menggeleng. "Aku pun tidak tau, Harry. Dia tiba-tiba saja menyerangku tanpa alasan."
"El bukan tipe orang yang mudah marah sampai menyerang seperti ini."
Aku mengangguk setuju. "Aku tau itu. Maka dari itu aku bertanya-tanya."
Tiba-tiba Harry meraih daguku membuatku langsung menoleh hingga kedua mata kami saling bertemu. Hijau matanya membuatku merasa tenang dan pancaran sinar kekhawatiran jadi membuatku merasa senang. "Aku akan selalu menjagamu. Aku mencintaimu." Satu kecupan singkat, manis namun mendalam mendarat dibibirku.
"Aku juga mencintaimu, Harry."
Pria yang kucintai itupun berlalu keluar dari kamar mandi meninggalkanku bersama air hangat yang sudah tak lagi hangat ini. Aku segera membasuh tubuhku kemudian menyelesaikan aktivitas berendamku.
Aku berdiri dihadapan cermin. Rambut yang kugulung keatas masih terlihat sedikit berantakan, wajahku terdapat goresan merah dibeberapa titik akibat cakaran. Aku menutup mataku bersamaan dengan beberapa tetes air mata yang jatuh. Aku tidak tau apa yang terjadi tapi kurasa sesuatu hal yang buruk akan terjadi.
**
"Ini aneh. Dia terlihat seperti seorang puteri kerajaan yang sering beramal pada anak-anak kecil yang kurang mampu tapi kini dia terlihat persis seperti induk macan buas dihutan amazon."
"Jangan berkata seperti itu, Niall." sahutku terhadap ucapan Niall yang jelas sekali menjelekan diri Eleanor.
"Ayolah, Key. Dia bisa saja membunuhku dengan menghantamkan kepalamu didinding."
"Tapi nyatanya dia tidak membunuhku, Niall. Dia mungkin hanya terkejut atau mungkin keadaan pikirannya sedang tidak jernih."
Bocah pirang itu memutar kedua bola matanya yang biru. "Terserah kau." Niall bangkit dari sofa rumahku dengan dibantu tongkat karena kakinya yang patah belum sembuh total. "Apa Harry masih lama?"
Aku melirik kearah jam yang ternyata masih menunjukan pukul tiga sore. "Dia kembali pukul delapan, Ni. Memang ada apa?"
"Aku bosan."
"Kenapa kau tidak pergi kerumah Liam atau mungkin Zayn?"
"Mereka berdua sudah memiliki pasangan. Aku tidak mungkin bisa mengajak mereka bermain."
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS 2 | SLOW UPDATE
FanfictionI think these tears will not drip anymore, but I was wrong. In every breath of mine these tears of pain will always be with me. Forever [ BOOK 2 FROM : TEARS ] [ Disclaimer : Cerita ini dibuat oleh amatir yang belum memahami teori kepenulisan. So, j...