Part 16

43 7 5
                                    

Siang ini aku dan Bella harus bertemu dengan salah satu penanam saham disebuah kafe tak jauh dari kantorku. Orang itu hendak meminta penjelasan mengenai nilai sahamnya yang tak kunjung naik dari tiga bulan yang lalu yang tentu saja disebabkan karena perusahaan bodoh milik Daniaal ini akan segera bangkrut, ya begitulah menurut perkiraanku yang nyaris tidak pernah salah ini.

Setelah memarkirkan mobil, kami pun masuk kedalam kafe yang bernuansa modern dengan sentuhan ornamen kayu dibeberapa sisinya. Ternyata disana kami sudah ditunggu oleh sang penanam saham itu, seorang pria yang bisa kutebak usianya 53 atau 54 dengan uban yang ditutupi oleh pewarna rambut.

"Selamat siang, Mr. Richardson. Anda datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan." sapa Bella sambil menarik kursi dihadapan pria tua itu.

Pria itu mengubah posisi duduknya. "Aku lebih suka menunggu daripada ditunggu." jawabnya dengan angkuh. Aku pun duduk bersebelahan dengan Bella yang berhadapan dengan pria itu yang dari wajahnya saja sudah membuatku kesal.

"Jadi, Mr. Richardson. Namaku Isabella Hall, kita sudah berbincang lewat telepon dan ini Mr. Styles. Dia adalah akuntan terbaik kami dan dialah yang akan menjelaskan padamu mengenai saham yang menurun beberapa bulan ini."

Pria tua bernama Richardson itu berjabatan tangan singkat denganku. "Jadi, bagaimana kalau kita mulai?" lanjut bela.

Richardson mengangguk. Bella pun mengambil beberapa kertas yang ada didalam map kertas yang ia bawa kemudian menunjukannya pada pria tua yang impresi pertamanya membuatku berjaga-jaga untuk tidak memukul wajahnya yang angkuh itu.

"Kau bisa mulai menjelaskannya, Mr. Styles."

Aku pun mulai menjelaskan beberapa hal dasar mengenai saham miliknya. Kuakui memang pria ini sangat berani dengan menaruh jumlah besar dalam saham yang ia tanam. Aku merasa raut wajahnya tidak begitu nyaman dengan apa yang kujelaskan atau lebih tapatnya seakan ia tak peduli dengan semua ucapanku mengenai hal itu.

Dia hanya berdeham dan mengatakan kata iya atau hanya mengangguk seolah-olah dia paham dan hal ini membuatku geram. Aku tak hanya sekali berkonsultasi dengan penanam saham seperti dirinya tapi tak ada satupun yang menganggap remeh penjelaskanku yang sangat penting diketahui oleh para penanam saham bodoh sepertinya. Sial.

"Salah satunya adalah kebijakan pemerintah. Walaupun hal itu belum terealisasi dengan benar tapi hal ini sangat berpengaruh dalam urusan saham. Jadi, begitulah beberapa faktor saham akhir-akhir ini sangatlah menurun." ucapku mengakhiri penjelasanku yang tidak ia dengar dengan baik.

Pria itu berdeham. "Jadi kapan kira-kira kalian bisa menormalkan kembali sahamku yang bernilai besar ini?"

Aku tegelak mendengar ucapannya namun saat hendak membuka mulut, Bella pun sudah lebih dahulu menyambar. Kurasa dia tau bahwa aku begitu geram dan akan mengatakan kata-kata yang bisa jadi begitu kasar.

"Kami tidak bisa menjanjikan hari karena hal ini biasanya terjadi beberapa bulan. Seperti yang tadi—"

"— beberapa bulan? Jangan bercanda Ms. Hall." intrupsi pria tua itu. "Sahamku bukan hanya dalam hitungan ratus atau juta tapi ini sudah mencapai milyaran. Dengan sahamku saja aku bisa membiayai kehidupan kalian berdua dan membelikan kalian pakaian dan mobil bagus."

Keparat!

"Aku tidak main-main dengan saham ini dan aku tidak segan memutar balikan fakta agar perusahaan kalian membayar sepuluh kali lipat dari jumlah saham yang aku tanam didalam sana." ancamnya. "Penjelasan sahamku tidak masuk akal dan terdengar begitu... bodoh."

"Bajingan kau!" Aku naik pitam. Kuhantam meja dihadapanku membuat semua benda diatas meja meloncat dan beberapa orang yang ada dikafe memperhatikan kearah kami.

TEARS 2 | SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang