Part 11

30 7 6
                                    

"Semua itu karena, Louis. Louis masih mencintaimu...."

Key langsung melepaskan pelukannya dari tubuh Megan. Tatapannya seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja Megan katakan tadi. Key merasa bahwa dirinya sangatlah bersalah karena penyebabnya adalah dirinya dan benar-benar dirinya.

Key terhuyung lemah. Ia melangkah mundur hingga menghantam dinding. Harry yang berdiri tak begitu jauh darinya pun langsung meraih tubuh Key yang lemah itu kedalam pelukannya dengan erat sambil bertanya-tanya mengenai apa yang terjadi kepada Megan.

Keyla Styles. Wanita ini berusaha kuat dan berharap Harry tidak mendengar ucapan dari Megan barusan. Key bangkit, berusaha berdiri tegak tanpa bantuan Harry dan mencoba untuk mengatur nafasnya baik-baik.

"Ada yang harus aku dan Megan bicarakan, Harry. Bisa tinggalkan kami sebentar?"

Harry dengan kedua alis yang saling menaut dan bibirnya yang ditarik membentuk garis lurus berusaha menolak. "Kau—"

"Kumohon, Harry. Hanya sebentar."

Harry mengalah. Dia dan Ansel memutar balik badannya dan berjalan menjauh dari koridor hingga berbelok dan menghilang. Key tau bahwa Harry akan marah padanya tapi akan lebih hebat lagi apabila Harry mengetahui bahwa Louis masih mencintai isterinya, Keyla.

Key menarik Megan duduk dikursi panjang dan langsung menatap kedua mata biru Megan dengan tajam. "Ceritakan padaku."

Pagi dengan langit yang begitu mendung. Eleanor tengah merapihkan kamar pribadi milik dirinya dan Louis yang begitu berantakan. El mengangkat beberapa baju kotor kemudian ia merapihkan tempat lainnya.

Senyuman El terus mengembang walaupun ada banyak pekerjaan rumah yang harus segera ia rapihkan karena sosok El tidak pernah suka dengan hal berantakan dan kotor seperti pagi ini. Satu lagi, El tidak lagi sabar memberikan kabar bahagia untuk kekasihnya, Louis.

"Eleanor." Louis tiba dikamar setelah menyapa Megan dan Ansel dibawah membawa satu gelas air putih dengan wajah yang tidak bisa dijelaskan ekspresinya.

El pun menoleh. "Ya, sayang?"

"Siapa pria yang kau temui disebrang apartement semalam?"

Eleanor membeku ditempat. Semalam dia memang menemui Hugo, teman SMA yang mampir untuk memberikan hasil lab miliknya namun El benar-benar lupa memberitahu Louis.

"Itu Hugo, Hugo Dane. Dia teman SMA-ku."

"Cih, Teman SMA-mu?" Sahut Louis dengan sangat acuh sambil meletakan gelas dengan sedikit membanting diatas meja.

Eleanor menghampiri Louis dan meraih lengannya. "Lou, aku—"

"Jangan sentuh aku, El! Apa yang kukatakan padamu sebelumnya mengenai bertemu dengan pria lain?" Nada Louis meninggi.

"Louis biarkan aku menjelaskannya."

"Tidak! Kau tau betapa bencinya aku kepada seorang pembohong?"

Air mata Eleanor mulai menggenang. "Tapi aku tidak berbohong."

Louis menggeleng. "Dibohongi oleh orang yang kucintai, lagi."

Eleanor menunduk dan menghapus air matanya yang mulai jatuh. "Lagi? Kau menganggapku berbohong karena kau teringat masa lalumu? Masa lalumu dimana orang yang kau cintai berbohong padamu?"

"Jangan samakan ini dengan Keyla!" Seru Louis.

"Louis. Kau benar-benar masih mencintainya, bukan? Bahkan saat aku tidak menyebutkan namanya, kau yang nekat menyebutkan!"

TEARS 2 | SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang