Nb: setting pendekar-pendekaran gitu XD
detailed too XD #slap
Wonho menyusuri hutan bambu yang terkesan lembab karena banyaknya rumpun bambu yang menutupi jalan masuk sinar matahari. Ia melihat ke daerah sekitar. Mencoba untuk mencari sebuah titik pemberhentian untuk kiranya sekedar melepas dahaga. Bajunya yang serba hitam terlihat sudah basah dengan keringat. Ia kembali teringat akan sesuatu yang harus ia temukan sebelum matahari terbenam, sebuah gelang yang katanya mampu memberikan kesehatan bagi pemiliknya.
Wonho mendapatkan perintah dari kerajaan untuk menemukan gelang itu sebelum kerajaan lain mendapatkannya. Ia adalah seorang kaki tangan kepercayaan raja dan memang sudah terkenal akan kehebatannya dalam menjalankan segala tugas yang diberikan oleh raja.
Setapak demi setapak, Wonho seketika berhenti. Mendengar suara aliran sungai yang nampaknya tidak jauh dari keberadaanya sekarang.
Wonho mencoba mendengar dan mengikuti kira-kira dimana suara itu berasal. Sedikit cahaya terpantul dari arah sebuah mata air. Bukan sungai yang seperti ada pada bayangan Wonho. Mata air justru jauh lebih baik. Dengan wajah senang, Wonho sedikit berlari ke arah mata air. Ia bisa melihat dasar mata air, ini menandakan mata air itu sungguh sangat jernih. Wonho langsung mengarah ke mata air, mengambil setangkup air dan meminumnya. Ia diam sebentar merasakan segarnya air masuk melalui tenggorokkannya. Segar dan dinginnya air bahkan terasa hingga perutnya.
Tanpa pikir panjang Wonho berdiri, melepaskan satu persatu kain yang melekat pada tubuhnya. Setelah tidak ada satupun benda yang menutupi tubuhnya, Wonho langsung masuk ke dalam mata air yang dalamnya sekitar dada. Wonho menggosok rambut, wajah dan setiap lekuk tubuhnya. Ia memejamkan mata merasakan segar dan nyamannya tempat itu.
Sekitar lima menit Wonho bermain dengan air, ia tidak menyadari ada seorang perempuan. Itu adalah dirimu. Kau mendekat ke arahnya yang membelakangimu, menyentuh pelan punggung berotot milik Wonho. Wonho awalnya tidak menyadari sentuhanmu hingga akhirnya kau berbisik di telinganya, "Nyaman bukan?"
Wonho terkejut dan langsung membalikkan badan. Ia sedikit terkejut melihatmu. Kau tersenyum. Wonho mengerjapkan mata, melihat betapa cantiknya dirimu.
Tersadar, Wonho memberi jarak diantara kalian, "Siapa?"
"Anda pasti heran mengapa ada saya di sini. Namun, anda perlu tahu bahwa anda adalah orang yang sangat beruntung," kau berkata dengan sangat lembut, menunjukkan bahwa dirimu sungguh anggun.
Wonho mengerutkan dahinya, "Beruntung?"
Kau tersenyum, menganggukkan kepala. Kau melangkahkan kakimu mendekat padanya, "Kau tidak perlu takut kehabisan waktu bila masuk ke dalam mata air ini. Semua akan seolah berhenti, waktu bahkan pergerakan yang ada di luar mata air."
Wonho tidak percaya, ia melihat ke arah luar mata air. Ia melihat dedaunan tidak bergerak padahal kau bisa merasakan ada angin yang bertiuap di atas mata air. Kurang pembuktian, ia mencari bukti lain. Ia menemukan seekor burung melayang di udara. Tidak bergerak.
"Bagaimana bisa?" Wonho menunjuk burung itu.
Kau tertawa pelan, semakin mendekatkan tubuhmu pada Wonho. Wonho tidak menyadarinya sebelum akhirnya kau mengarahkan wajahnya dengan tanganmu. Kau dan Wonho kinis sudah bertatapan. Matanya tepat menatap matamu. Kau bisa melihat warna pupil cokelat muda miliknya. Kau merasa inilah saatnya. Kau menyatukan bibir kalian. Mengecupnya dengan pelan, mencoba untuk memberikan sensasi indah untuk Wonho.
Tidak ada perlawanan dari Wonho. Kau merasakan dinginnya bibirmu menyelimuti bibirnya. Wonho menarik tubuhmu. Ia memperdalam ciuman kalian. Menyapukan lidahnya pada belahan bibirmu. Kau menanggapi itu sebagai sebuah permintaan. Kau membuka mulutmu, membiarkan lidahnya masuk. Bertarung dengan lidahmu.
YOU ARE READING
Monsta X Mature Stories 21+
FanfictionCerita-cerita dewasa Monsta X! Let's rock Monbebe! Love Changkyun!