Wonho X You

6.3K 113 1
                                    

Hope you enjoyed guys~



Kau melihat Wonho menunjukmu dari seberang ruangan. Ramainya orang di ruangan bertembok pagar kawat itu sudah terlihat menyebar di sekeliling ruangan. Matamu mengarah pada beberapa orang yang semula berkumpul dengan Wonho. Mereka bersama-sama menuju ke tengah ruangan yang jauh lebih terang karena lampu fokus di sana. Wonho menepuk-nepuk punggung tangannya, memijat tengkuk leher dan memberi tanda untuk seorang laki-laki yang badannya jauh lebih besar dari Wonho untuk maju.

Pertarungan ilegal antar manusia. Itu yang biasa kau katakan bila temanmu bertanya kemana kau malam itu. Wonho dan si pria besar adalah petarung utama malam ini. Bukan uang, obat-obatan terlarang atau senjata api ilegal yang diperebutkan. Wanita. Seperti Wonho yang tadi menunjukmu. Kau adalah hadiah utamanya di pertarungan sengit terakhir malam ini.

Wonho mengenalmu sejak empat tahun yang lalu. Anak dari salah satu pertarung veteran di sana. Kau tentu tidak tahu siapa ibumu. Mungkin akan sama nasibnya jika kau hamil anak salah satu petarung yang memanfaatkanmu sebagai hadiahnya. Kau sama sekali tidak pernah bertegur sapa dengan Wonho. Mengapa? Ayahmu dan Wonho bisa dibilang, tidak menyukai satu sama lain. Kau adalah putri pertama ayahmu, itu sebabnya kau begitu dilindungi kelompok pengikut ayahmu. Wonho berada di kelompok Black Tiger, ayahnya, musuh bebuyutan ayahmu.

Nasib kalian sama. Namun kau tidak akan memberikan darahmu untuk diserap oleh pukulan dan tendangan petarung lain. Kau hanya menjadi hadiah, dan malam ini kau mendapat titel 'hadiah' itu bila Wonho memenangkan pertarungan.

Wonho dikenal memiliki pukulan terkuat di kelompok Black Tiger dan kegesitan seperti ayahnya. Kau melipat kedua tanganmu di depan dada. Yakin Wonho akan memenangkan pertarungan walau si pria besar juga tidak mudah dikalahkan.

Beberapa tinju melayang mencapai pipi kanan Wonho. Sekelebat darah mengalir di ujung bibirnya. Namun si pria besar jauh lebih memprihatinkan kondisinya. Kau menyunggingkan senyuman saat Wonho dengan sengaja menjatuhkan pandangan kepadamu. Seakan siap memberikan yang terbaik untuk Wonho di kamarnya nanti.

Bel yang terbuat dari besi bulat sudah dipukul oleh 'wasit' arena. Ia mengangkat tangan berotot Wonho. Mengarahkannya ke udara, memenangi pertarungan. Ia tanpa ambil pusing melepaskan pegangan wasit. Berjalan percaya diri ke arahmu yang masih pada posisi semula. Menarikmu dan menyuruhmu naik ke atas sepeda motor besarnya. Kalian pergi, mengadu cinta.

Di kamar luasnya, kau sudah tak tahan dengan tubuh Wonho. Kau mengangkat kaos putih tak berlenganyan, menyentuhkan ujung jemarimu pada perut berototnya. Wonho tersenyum melihatmu begitu senang mendapati tubuhnya. Ia menjilat bibir bawahnya. Mengangkat wajahmu dengan tangan kanan dan langsung menyambar bibir berlipstik merah terangmu. Kalian bertarung, lebih sengit daripada pertarungan tadi. Kau memegang wajah Wonho, menginginkan bibirnya jauh lebih liar menggerayangi bibimu.

Wonho menarik dengan kasar kaos merah yang senada dengan warna lipstikmu. Kau sedikit mengeluh karena perlakuannya. Namun kau tidak lupa menyunggingkan senyuman saat tangannya sudah seperti sangat terlatih melepas bramu. Kini bagian tubuh atas kalian sudah tak ditutupi apapun. Wonho menyentuh dengan pelan kulitmu, perlahan dari sisi kiri lehermu, pundak, lengan, dadamu dan turun ke perut. Sangat lembut hingga kau bisa merasakan bulu halus pada tengkukmu berdiri.

Kau mengangkat wajahmu yang semula mengikuti arah tangannya. Menatap wajah putihnya yang memiliki lebam di pipi kiri. Kau menyentuhnya, Wonho sedikit mendesis merasa perih di sana. Seakan tidak mau membuatmu khawatir, Wonho tersenyum dan mengambil tanganmu. Mencium punggungnya sambil tetap menjaga arah pandang hanya kepadamu. Sungguh lembut apa yang dilakukan olehnya, kau merasa ia seperti bukan seorang Wonho yang biasa kau lihat di arena tarung.

Ia tersenyum licik, menarikmu hingga kau bisa merasakan ujung putingmu menyentuh dadanya. Ia meremas bokongmu, menyelipkan tangannya pada celana jeans super pendekmu. Kau menggeleng, sedikit menjauh dan membuka sendiri kancing celanamu. Wonho mengikuti gerakanmu. Ia menggigit bibir bawahnya saat kau sudah melepaskan kain terakhir yang menutup tubuhmu, celana dalam.

Kau menaruh tanganmu di pinggang, "Aku ingin kau melakukan hal yang sama dengan milikmu."

Ucapanmu terdengar seperti sebuah tantangan. Wonho tentu tidak akan kalah dengan tantangan itu. Ia hanya butuh beberapa gerakan untuk memastikan tubuhnya telanjang bulat. Kau menelan ludahmu, begitu terenyuh dengan penis panjangnya. Kau berjalan cepat ke arah Wonho. Berlutut dan mengelus penisnya. Wonho tertawa, mengelus kepalamu sambil memperhatikan apa yang kau lakukan.

Kau memainkan ujung penisnya dengan lidahmu. Ia mendesis merasakan sensasi luar biasa karena itu bagian yang cukup nikmat bila dimainkan. Wonho menarik tubuhmu, ia tidak ingin berlama-lama kau menggodanya. Setelah yakin kau berdiri sejajar dengannya, Wonho memegang kedua pipimu, kembali menyatukan mulut kalian. Kau bisa meraskan penisnya menyentuh perutmu. Kau mendesah merasakannya. Kau bahkan sudah membayangkan bagaimana dengan perkasanya Wonho memasukkan penis itu nanti.

Tak butuh waktu lama kau membayangkan hal itu terjadi, Wonho sudah memposisikan penisnya pada vaginamu. Sekali hentakan, kau mendesahkan namanya, meremas rambutnya sedapat yang kau bisa. Wonho sekali lagi menghentakmu dalam posisi berdiri. Wonho sedikit kesulitan karena dengan seperti ini, vaginamu tentu tertutup.

Kau mendorong pelan tubuh Wonho ke atas tempat tidur. Ujung penis Wonho yang awalnya sudah sedikit masuk kemabil terlepas. Ada semburat kecewa terlihat pada wajah tampan Wonho, namun kau tersenyum seolah mengatakan tak perlu khawatir. Kau membimbing penisnya masuk ke dalam lubang vaginamu. Kau menduduki tubuhnya dan langsung saja penisnya sempurna di sana. Kau dan Wonho saling berteriak merasakan bagaimana diri kalian menyatu.

Kau mengatur nafasmu, menaik turunkan tubuhmu setelahnya. Wonho memejamkan mata merasakan vaginamu mengurut penis panjangnya. Kau menumpukan kedua tanganmu pada dadanya yang kencang karena olahraga. Kau menggoda putingnya dengan sapuan ibu jarimu. Wonho menggigit bibirnya merasakan apa yang kau berikan.

Tangan Wonho tidak diam. Ia ikutan meraih putingmu, memainkannya. Telapak tangannya meremas payudaramu, kau mendesahkan namanya berulang kali karena perlakuannya. Satu tangannya yang lain menyelip ke bawah, mencari letak klitorismu. Dengan keras kau mengumpat, sungguh Wonho tahu apa yang harus ia lakukan.

Kau menyampirkan rambut panjangmu ke kanan karena menghalangi pandangan. Lalu kembali menggoda dada Wonho. Kau menggigit lagi bibir bawahmu, tangan Wonho sungguh membuatmu hampir gila.

Gerakan tubuhmu yang naik turun semakin kencang karena kau merasakan klimaksmu hampir dekat. Wonho memejamkan matanya saat penisnya seolah dihisap oleh vaginamu, ia menahan nafas saat akan merasakan klimaksnya. Dengan segera kau melepaskan tubuhmu darinya, membantu Wonho untuk mencapai puncak dengan memijat penisnya dengan tanganmu. Dan tak lama, Wonho mengeluarkan spermanya. Kau tersenyum melihat dirinya sudah menghela nafas puas.

Kau berdiri dan hendak mengambil bajumu yang bertebaran di lantai rumah. Namun kau merasakan tangan Wonho menarikmu. Ia membaringkanmu di atas ranjang, "Aku bukan tipe pria yang membiarkan partner seksku tidak mencapai klimaksnya."

Ia tersenyum, kau bergidik mendengar ucapannya. Wonho lalu menurunkan wajahnya, menujukan lidahnya pada klitorismu. Kau menjambak rambutnya. Lidah Wonho sungguh nikmat, sangat lihai dan kau sangat menyukainya. Wonho memberikan efek naik turun dan melingkar di sana. Membantumu agar bisa mencapai klimaks.

Kau meremas rambutnya lebih keras dari sebelumnya, menandakan kau akan mencapai titik nikmatmu. Hingga akhirnya kau menegang dan semakin mengeratkan tanganmu. Wonho tertawa saat mengetahui kau sudah puas kali ini. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajahmu. Matamu terbuka dan menyadari matanya sudah sejajar denganmu.

Kalian saling bertukar pandang, hingga akhirnya Wonho mengecup bibirmu, "Apa ayahmu akan membunuhku jika tahu kau kujadikan bahan taruhan?"

Kau tersenyum, "Tentu."

-end-


Vote + comment :D

Monsta X Mature Stories 21+Where stories live. Discover now