Di kelas sangatlah membosankan, apalagi pelajaran yang super membosankan, dan pula guru yang lebih super-duper membosankan dari pelajarannya. 😑
.
.
.
Waktu terus berjalan hingga bel berbunyi, aku keluar beli makanan dan mencari angin segar yang pasti hanya berada di atas sekolah. Terlihat seorang perempuan sedang memandang langit, rambutnya terlihat halus dan terurai, kulitnya putih bersih, dan wajahnya seperti orang yang pernah aku kenal.“Ng.. hei,!”
“Ya, ada apa?” jawab anak itu dan menoleh,
“Eh??? Bukankah kamu Whipsey? Kamu waktu itu yang berada dibawah pohon kan?”
“Bawah pohon? Ooh,. Kamu anak yang menawariku pop mie ya? Ng,, kalau enggak salah namamu Reice? Benar bukan?”
“Bukan, bukan, nama-ku Force Brealien. Nama Reice itu panggilanku di keluarga”
“Force Brealien dan Reice? Apa persamaannya?”
“Entahlah, yaaahh.. waktu itu ada suatu kejadian yang membuat aku dipanggil Reice”
“Ooh, tapi aku juga boleh memanggil-mu Reice? Aku suka nama itu”
“Terserah saja. Eh, Kalo gitu aku ulangi perkenalanku sekarang.. Perkenalkan namaku Reice Force Brealien, aku kelas 9-C salam kenal” ucapku sambil tersenyum dan menyodorkan tanganku kepadanya
“Perkenalkan juga aku Alice Whipsey in the Wonderland, kelas 9-A salam kenal” Balasnya menyalamiku sambil menahan tawa.
Mukanya manis sekali jika lagi tertawa. Tapi bukankah dia jarang tertawa? Ah, sudahlah yang terpenting dia tertawa sekarang.
“Eh? Kamu gak marah, jika nama alice itu dari.....” aku gak berani mengucapkan kalimat selanjutnya. Takut jika ia tersinggung,
“Tak apa-apa, bilang saja kalau namaku itu dari tokoh dongeng. Kesal juga sebenarnya, Tapi tak tahu mengapa aku tak merasa kesal jika kau yang menyebutnya”
“Kalau begitu bolehkah aku memanggil nama depanmu?”
“Boleh!” jawabnya dan tersenyum padaku, mimik wajahnya mendadak terlihat kaget.
“Sudah ya, aku kekelas sekarang” tambahnya dan berlari jauh dariku kini aku baru tersadar jika bel telah berbunyi
“Ah! Aku ikut ya. Kelasmu 9-A bukan? Berarti dekat dengan kelasku”
“Boleh saja.”
Ahhh!!!!!!!!!!!
Bahagia rasanya, aku berbarengan dengan anak itu.
Rasanya senang sekali berada bersamanya, pelajaran-pelajaran yang bagiku membosankan bisa kulewati dengan perasaan senang. Apa itu karena aku bersamanya? Pelajarannya nyantol di otakku, biasanya sih. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Yah begitulah jadinya. Dan tanpa disangka, aku sampai-sampai belajar malam dirumah
“Wah! Reice belajar!! Bu, lihat! Reice yang biasanya nonton tv, belajar sendiri di kamarnya!!” Ucap kakak begitu masuk kekamarku.
“Lebai, amat sih. Cuma karena aku belajar doang. Emangnya gak boleh gitu!?”
“Boleh, boleh. Anak pintar!” jawab kakak mengelus kepalaku. Aku benci sekali jika diperlakukan seperti anak kecil apalagi kakakku cewek! segera saja kututup buku pelajaran dan menyusupkan tubuhku kedalam selimut.
“Lho! Kok ngambek, belajar lagi dong. Iya deh, gak kakak ganggu. Sudah ya! Kakak Cuma mau minjam kamus-mu doang” sambungnya dan keluar dari kamarku.
Aku sekarang benar-benar udah gak mood lagi belajar. Sebenarnya kepengen sms anak itu, tapi kalau bertemu dia, hal-hal yang sudah kurencanakan tiba-tiba lupa begitu saja aku tak mengerti mengapa, pikirku dan kali ini, aku tak melihat rasi itu.