“Maaf, berantakan ya?” tanyaku sedikit malu “Enggak begitu kok. Wajar saja agak berantakan, kamu kan laki-laki. Oh ya, kita berbicara sambil mengerjakan pr-mu saja”
“Baiklah” balasku dan mengambil buku pr.
“Nggak ada yang spesial dari pr ini, cuma ngeringkas” sambungku dan menyodorkan buku paketku padanya,
“Kalau begitu kamu tak akan terganggu kan?" tanyanya.
“Tentu saja! Nggak bakal terganggu!”
“Apa kamu pikir kita nanti akan benar-benar dijodohkan??” tanyanya dan menaiki kasurku.
“Aku nggak tahu, aku saja baru tahu sekarang” balasku sambil menulis ringkasan, “Tapi, ujung-ujungnya dikita juga kan? Terserah mau atau tidak” sambungku
“Kalau kamu?” tanyanya dan membaringkan tubuhnya yang langsing sambil melihat kearahku, aku hanya bisa malu-malu kucing dan memalingkan mataku darinya. Yang benar saja! Masa aku ditanya langsung oleh orang yang aku suka? Jelas-jelas malu lah!
“Ng., aku,..” balas ku gugup “Jujur aja nih,... aku.. pengen banget!”
Yaah, akhirnya kata-kata itu keluar juga! Dia cukup kaget mendengar jawabanku lalu tertawa kecil. Wajahnya ketika ketawa, membuat hatiku tak dapat menahan perasaan ini lebih dalam..
“Bener lho! Aku pengen banget! Kamu jadi ISTRI-ku” sambungku dengan suara lantang, wajahku mulai memerah. Apakah seperti ini yang namanya mengungkapkan perasaan? Gumamku dalam hati.
“Kamu Lucu sekali!!” balasnya dan tertawa terbahak-bahak. Aku bingung bukankah dia jarang tertawa seperti itu? Apakah itu cuma yang ada didalam mimpiku? Tapi, ketika aku pertama kali bertemu dia juga tak tersenyum, apalagi ketawa. Sekarang mengapa? Pikirku berkali-kali.
“Ada apa siih?!” tanyaku kemudian.
“Muka mu sudah seperti buah Strawberry! Aduuh.. nggak tahan, perutku sakit bangeeet!!” balasnya sambil memegang perutnya. Aku jadi bener-bener malu, dan mungkin seakan-akan mukaku ini sudah semerah darah kali ya?
“Udah ah! Nggak usah diingetin!! Malu tahu!” balasku dan melempar bantalku kearahnya yang mungkin lagi kebetulan ada bantal didekatku.
“He.. he.. he.. oke! Aku stop!” ucapnya dan berusaha menghilangkan tawanya.
“Eh, alice.. kalau kau sudah bertanya hal itu padaku, bolehkah aku mendengar jawabanmu juga? Penasaran nih!!”
“Tentu saja boleh!”
“Apa!?” tanyaku tegang
“Aku juga ingin kamu menjadi suamiku. Sama seperti mu!” balasnya sambil tersenyum dan menatapku.
Busyet!! Kita sehati nih!? Kalo gitu, jika masalah Alice tentang Holly udah selesai.. aku akan langsung bawa Alice ke pelaminan aah! Pikirku sambil cengar-cengir sendiri.