Bel berbunyi, anak-anak yang masih berada dikantin segera berlari menuju kelasnya masing-masing, kulihat kembali LAB tersebut dan menunggu sekitar 1menit. Pintu LAB terbuka, terlihat anak-anak keluar dengan tampang lesu, beberapa anak melihatku dengan wajah terpesona ataupun kagum dan hal-hal lain semacam itu, aku terus menunggu tapi tak kelihatan batang hidungnya pun! Sampai saat itu, Ada seorang anak laki-laki yang menghampiriku dengan tampang cukup garang, dia berkata.,
“Jika kamu mencari Alice, dia pasti tak akan mau menemuimu!” diapun pergi jauh dariku, tapi sebelum itu terjadi aku telah menarik lengan bajunya terlebih dahulu.
“Memangnya apa yang terjadi dengannya?” tanyaku cemas
“Cari tahu sendiri!” balasnya sambil melepaskan genggamanku dari bajunya, “Pokoknya kamu jangan bertemu dengannya! Dia pasti akan tersiksa! Aku peringatkan itu” sambungnya dan pergi meninggalkanku. Lalu terlihat Alice muncul dihadapanku, dia sama-sekali tak menoleh kepadaku, aku telah beberapa kali memanggil namanya, tapi tak menghiraukanku sama sekali. Dan saat itu juga kumemegang tangannya. “Alice?”
“Jangan lagi menyebut namaku. Dan saat ini juga kamu tak perlu berteman denganku” balasnya lalu pergi meninggalkanku, “Alice!! Tapi aku ingin berteman denganmu!! Alice!!!” teriakku, sayangnya itu tak berhasil sama sekali, dia tetap pergi. Memang benar ketika aku melihat rasi itu aku akan berjumpa dengan Alice, dan masalahnya HANYA BERTEMU.
Aku kembali kekelas dan mengikuti pelajaran selayaknya seorang siswa, juga bermain karena gurunya lagi Absen. Kelas-pun ramai dan aku ikut berpartisipasi. Biarpun begitu, pikiranku tak teralihkan dari Alice.
Bel pulang-pun berbunyi, anak-anak semuanya teriak ‘yee!!!!’ yang mungkin memang sudah jadi tradisi disekolah ini. Sebenarnya aku bisa saja tak bertemu dengan Alice hari ini dan merencanakan segalanya besok, tapi aku takut tak bisa bertemu dengannya ataupun takut jika dia sudah menjadi anak yang sudah ternodai.
Aku menunggu akan adanya kesempatan untuk berdua dengannya, disaat ketika anak laki-laki yang memperingatkanku dan siswa-siswi lain pergi dan meninggalkan Alice sendirian dikelasnya. Setelah semuanya pergi, aku segera masuk dan menutup pintu kelasnya alice dan berbicara dengannya.
“Alice.. eh, maaf! Whipsey, tolong de..” sebelum aku menuntaskan perkataanku, Alice telah memotongnya duluan..
“Cukup, aku tak perlu mendengarkan kata-katamu! Kita ini bukanlah teman! Kau harus tahu itu!!”
“Tapi,.. Whipsey, aku ingin berteman denganmu..” balasku dan berusaha mendekatinya,
“PERGI!!”