“Whi, Whipsey.. dengarkan dulu..” dan sekali lagi, alice tak membiarkanku berbicara
“Aku tersiksa... aku tersiksa jika bersamamu,.. kumohon.. kumohon kau pergilah.,,” ucapnya dan menahan tangis, tapi dia sudah tak bisa menahan tangis lagi, lalu menangis tanpa suara.
Wajahnya tertunduk, kedua tangannya meremas badannya sendiri, perlahan-lahan badannya mulai melemas dan terduduk dilantai. Aku mendekatinya dan terdengar sedikit isak tangisnya.
Kupegang tangannya dan berkata,
“Maaf, aku telah membuatmu tersiksa.. tapi janganlah kau pendam ini sendirian.. aku tahu, sekarang kau membenciku... tapi tentang masalah ini, aku ikut terlibat.. aku akan menyelesaikannya,,”“Kau tak bisa. Sungguh, kau tak akan bisa menyelesaikan ini!!”
“Bisa!! Pasti Bisa!! Kau harus percaya padaku, jika kau percaya harapan akan menjadi kenyataan..” balasku dan meremas pelan tangannya yang membuktikan aku mendukungnya. “Percayalah” sambungku dan tersenyum padanya, mukanya yang telah merah karena terus menahan tangis berubah dan mulai tersenyum kepadaku. Tangannya ikut menggenggam tanganku dan meremas pelan dengan penuharti yang sangat banyak.
Yak, karena dia telah menaruh harapan padaku, aku harus mentuntaskan ini semua! Aku tak boleh mengecewakan harapan kecilnya. Karena aku telah melihat hal yang mungkin jarang dilihat orang lain, yaitu tangisan seorang Alice Whipsey.
Dia-pun mengelap airmatanya dan bangkit lalu mengambil tasnya untuk pulang. Aku-pun ikut bangkit tapi telah dicegah Alice duluan dan membiarkanku duduk dilantai yang dingin, sambil berkata perlahan.
“Kau tahu situasimu sekarang bukan? Jika begitu, kau tak bisa melakukannya” dia kemudian pergi jauh meninggalkanku sendirian disana.
Aku sih bukanlah anak yang tergolong bodoh, makanya kubiarkan dia pergi dan menunggu sekitar 10-menitan kemudian bangkit dan mengelap celanaku yang kotor. Aku baru menyadari 1hal, bahwa hari ini tas dan bukunya telah lusuh dan kotor.
Malam ini-pun aku melihat rasi bintang itu di samping bulan sabit yang indah.