Part 3: Why True?

862 55 0
                                    

~Jocelyn Lynch POV~

   This is a joke, right? Nate Anderson ada disini. Seketika aku diam saat aku dan dia berhadapan. Well, Nate itu adalah mantan pacarku yang menghilang beberapa bulan lalu tepat sejam setelah aku meminta putus darinya. Dia orang Amerika juga seperti aku. Hanya saja, dia dari Los Angeles. "Jocelyn Lynch? Kau Jocey bukan?" ucapnya dengan berteriak. Aku hanya diam lalu tersenyum dan mengangguk canggung. "Wah, sudah lama sekali aku tak bertemu denganmu. Aku rindu sekali padamu." ucapnya lagi dengan senang. Aku hanya tersenyum canggung. 

     Saat sedang mengobrol bersama, Rose dan Carly meninggalkan aku untuk mencari tempat. Sebelumnya mereka sudah pamitan dengan Nate. Alhasil, aku sendirian disini. "Bagaimana kabarmu Joce?" tanyanya. "Baik. Kau sendiri?" jawabku. "Sama." ujarnya.

"Well, kau masih sendiri?" tanya Nate kemudian.

"Uhm..... umm... kau bisa-"

      Tiba-tiba seorang pria berambut keriting dengan dimples smilenya datang dan kalian bisa tebak. "Hai Jocey." sapanya. "Harry?" balasku terkejut. Dan dia masih ingat aku. "Yaa, ini aku." jawabnya. "Sedang apa kau disini?" tanya ku. "Aku di Nandos sedang bersemedi. Tentu saja makan. Tepatnya menemaninya." jawab orang itu yang you know who. Harry Styles, sambil menunjuk kearah pria blonde yang melambai dan tidak lain tidak bukan adalah Niall.

Wait, Carly dan Rose bersamanya? What the...?

"Ayo, gabung bersama!!" ajak  Harry.

"Ba-baiklah. Nate, kau mau bergabung?" tanya ku.

"Sorry, I can't.. Ibu ku menelepon ku. Aku harus pulang." jawab Nate. 

"Okay, hati-hati. Salam untuk aunty Shaloon." balasku.

     Nate hanya membalasnya dengan senyuman. "Well, aku pulang. Sampai jumpa disekolah Joce." ucapnya yang bergegas keluar dari Nandos. "Dia siapa?" tanya Harry kemudian yang membuyarkan aku dari melihat kepergian Nate. "Teman." jawabku singkat. "Aku kira pacarmu." ujarnya. "Tepatnya mantan."

"Apa? Mantan mu? Apa kalian ada kemungkinan kembali?"

"Kenapa kau menanyakan hal seperti itu?"

"Aku hanya-"

"Stop!! Itu bukan urusan mu. Ngomong-ngomong, kau masih ingat aku?"

"Tentu saja Jocelyn Lynch. Gadis manis dan cantik seperti mu susah dilupakan."

   Aku geli sendiri mendengar jawabannya. Tapi kenapa sedikit senang ya? Ah, aku kenapaa?

"Jocey? Kau mendengarku?" tanya Harry membuyarkan lamunanku.

"Ah, ya! Aku dengar." 

"Well, sebaiknya kita kesana. Mereka menunggu."

      Aku hanya tersenyum canggung lalu mengikuti Harry yang berjalan menuju mejanya Niall. "Hei Jocelyn. Lama tak jumpa ya?" sapa Niall ramah. "Y-ya." jawabku tersenyum canggung. Seorang Niall Horan dan Harry Styles duduk dengan ku. Mimpi apa aku semalam? Aku terus gugup bersama mereka. Apa yang harus aku lakukan???

*******************************************

     Akhirnya makan pun selesai. Dan aku, Rose dan Carly bersiap pergi dari sana. "Biar aku yang bayar." ujar Harry. "Thanks Har." sambung Niall. "Hei, kau bayar punyamu sendiri. Aku hanya membayar Jocey dan teman-temannya. Bukan kau." balas Harry. "Ah, Har. Masa temanmu tidak dibayari juga?" keluh Niall. "Kau sudah sukses. Kau juga punya kartu member Nandos seumur hidup. Jadi tidak perlu dibayari." ujar Harry yang bergegas menuju kasir.

    Tiba-tiba Carly menyenggol bahu ku. "Cegah dia! Ini, pakai kartu ku." ujarnya. "Apa?" balasku tak percaya. "Sudahlah!!! Lakukan!!" ancamnya. Mau tak mau aku harus menyusul Harry. "Harry." panggil ku. "Ada apa Jocey? Kau mau beli makanan lain?" tanyanya dengan............ hangat. "Eh? Tidak. Aku cuma mau bilang, biar kami saja yang bayar. Kau tidak perlu membayar makanan kami." ujarku. Kemudian Harry tersenyum. Dimples smile seperti biasanya. Aku ingin meleleh rasanya. "Sudahlah sweetheart. Biar aku saja." jawabnya sambil mengacak rambutku pelan. Okay, ini sedikit gila. Jangan buat aku terbang Harry. Aku mohon. 

    Setelah beberapa saat, Harry selesai mengurus itu. "Kau mau kemana habis ini?" tanyanya. Okay, aku merasa seperti dia itu pacarku yang perhatian luar biasa. "Well, aku akan kesekolah bersama mereka. Masih ada tugas yang harus aku selesaikan dengan mereka." jawabku sambil menunjuk Carly dan Rose yang sedang mengobrol dengan Niall. "Aku antar." ujar Harry.

"Apa? Tidak usah. Kau-"

"Sudahlah. Turuti saja apa kataku."

"Tidak merepotkan?"

"Tidak. Oh iya, boleh aku minta nomor mu?"

"Nomor? Untuk apa?"

"Menelepon mu."

"Emm, baiklah."

     Lidah ku kenapa? Aku tidak bisa berkata tidak. Aku menyebutkan digit nomor ku. Setelah selesai, Harry memanggil Carly, Rose, dan Niall untuk segera pergi. Dan ya, Harry mengantar aku, Carly dan Rose kesekolah.

*********************************************

       "Well, tell me this is just a dream!!" ucapku saat di lorong sekolah. "No dear." jawab Carly. "So that's true? Harry still remember me?"

"Yes. That's true." jawab Rose.

"God, aku takut lagi."

"Sudahlah. Bisa aku tebak, kau memberi nomor mu bukan?" goda Carly.

"What? How do you know?"

"Simple. Itu mudah ditebak."

         Oh My God, apa yang terjadi selanjutnya? Aku tak percaya hidupku seperti ini.

Am I Lucky?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang