Part 25: Start All Over Again

522 32 0
                                    

~Jocelyn Lynch's POV~

         Aku sedari tadi mondar-mandir tak jelas. Sejak semalam, Harry tidak keluar kamar. Dia marah pada the boys dan juga dirinya. Setelah dijelaskan soal penculikan ku yang didalangi Niall dan disetujui yang lain, Harry menjadi diam dan tidak bicara sama sekali.

        Dan hal ini sukses membuatku datang pagi-pagi sekali dan mengabaikan sekolah hari ini. "Sebaiknya kau coba bicara padanya!" seru Liam sambil membolak pancakenya di atas wajan.

"Niall saja tidak digubris. Bagaimana Jocey?" cibir Louis.

"Jocey itu segalanya. Jadi mungkin akan dibuka." balas Liam lagi.

        Aku menghela nafas. Aku berjalan menuju kamar Harry dilantai atas. Aku mengetuk pintunya ketika sudah sampai didepannya. "Haz!" panggilku. Tak ada jawaban. "Harry." panggilku sekali lagi.

"Harry Edward Styles!!" panggilku lagi.

         Tak ada jawaban. "I DON'T GIVE A SHIT FOR SOMETHING LIKE THIS!!!!" teriak ku kesal. Aku segera berjalan menuju dapur. Mengambil tas dan mantel ku yang tergeletak di konter dapur. "Kau mau kemana?" tanya Niall sambil menatapku aneh. Aku melihat kearah jam.

"Masih ada 15 menit sebelum bel masuk. Aku permisi, and Liam, thanks for the pancake!!" ucapku.

           Liam hanya mengacungkan jempolnya. Lalu aku segera berlari keluar rumah besar yang menjadi sarang dari One Direction ini. Sebelum terlambat.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Jocey, jangan cemberut begitu! Aku bosan melihatmu disekolah cemberut terus!!" pinta Carly kesal.

       Aku memutar mataku. Aku dan Carly sudah berjalan keluar dari sekolah. Saat sampai, aku melihat, seseorang berdiri dan bersandar dikap mobilnya. "Kau dijemput? Kenapa tidak bilang?" tanya Carly. 

"Aku saja baru bertemu lagi setelah semalam."

"Kalian sedang bertengkar."

"Sebaiknya kita pulang. Bulan Januari akhir masih terasa dingin." ucapku.

            Aku dan Carly mencoba tidak peduli. Namun, dia menyadarinya. "Joce." panggilnya. Aku memberhentikan langkahku. "Selesaikan tanpa aku, silahkan!" pamit Carly kemudian. Harry meraih tanganku dan memutar tubuhku. "Apa?" tanyaku tajam. Beberapa orang melihat kami, namun kebanyakan sudah biasa dengan pemandangan ini.

"Joce, I'm sorry. I was angry to my self. I was hurting you." ucapnya lirih.

           Aku hanya diam. Kemudian merengkuh pipinya. "Hey, it's okay! It wasn't your fault. I love you." ucapku. Harry terdiam. Kemudian tersenyum. "Start it all over again?" tanyanya. Aku tersenyum. Lalu mengangguk. "Tentu." jawabku. Kemudian dia memelukku dan aku membalasnya. Sudah lama aku tak merasakan pelukan ini. Walau aku merasa, kamera paparazzi masih saja mengitari.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

~Author's POV~

       Kedua insan sedang menikmati siang hari yang masih dibilang dingin di bulan Januari. Berjalan di taman sambil berpegangan tangan. Beberapa penggemar menyapa. Mereka tersenyum. Melayani penggemar yang ingin begaya dengan mereka. Perempuan berambut brunette yang berada disebelahnya terus terpaku dengan keramahan Harry.

Am I Lucky?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang