Twenty One - Life After Strom-

640 67 37
                                    

JISOO SIDE

"kau tau, akhir-akhir ini kau terlihat sangat menyedihkan.." ucapan serta tatapan nanar dari Joo hyuk tidak membuat aku menghentikan beer yang sedari tadi dengan mulus melewati kerongkonganku yang semakin lama semakin terasa panas

"bukan urusanmu bodoh" balasku sembari mengambil lagi satu botol lain yang sudah siap aku teguk

"kau terlihat seperti paman tua yang putus asa dengan kehidupannya.. hei sadarlah"

Ucapan joo hyuk itu memang benar adanya. Genap satu bulan ini aku merasakan hidupku tidak ada gunanya.

Aku kehilangan dua orang yang penting dalam hidupku, sungaje dan sooyoung.

Aku tidak bisa mencengah kepergian sungjae ke New York, seberapa kuat aku memohon, pendiriannnya tidak mencair juga hingga akhirnya aku menyerah dan membiarkannya untuk pergi, menjauh dari kehidupannya disini.

Hubungan kami tidak berakhir seburuk yang aku pikirkan. Sungjae sudah dewasa ternyata, ia bisa mengesampingkan rasa sakitnya dan tetap bersikap baik kepadaku setelah kekacauan yang sebelumnya terjadi kepada kami. Aku bahkan mengantarkan kepergiannya ke New York, ia memelukku disana dan berkata padaku untuk selalu menjaga kesehatanku dan hidup dengan baik, ia bahkan berjanji untuk bertemu denganku lagi, nanti ketika susunan hatinya sudah berbentuk sempurna.

Sooyoung, aku sungguh kehilangan informasi tentangnya. Aku sempat mengunjungi apartementnya tapi ia dan kedua adiknya sudah tidak ada disana. Pemilik apartement bilang bahwa mereka sudah pindah dan ia tidak mengetahui kemana perginya sooyoung. Aku juga tidak berniat mencarinya, dengan perginya sooyoung aku sudah sadar bahwa ia menghindariku, ia sudah ingin membuang jauh-jauh kisahnya bersama sungaje dan aku. Apakah ini yang terbaik untuknya? Mungkin iya.. tapi tidak untukku.

Aku merasa kembali seperti dulu. Selalu sendirian dan fokus terhadap pekerjaanku, tidak ada lagi rasa hangat yang sebelumnya aku rasakan dihatiku. Jika tidak ada Joo hyuk mungkin aku bisa menjadi manusia yang paling tidak pernah bergaul.

Mina, ia terkadang datang padaku. Aku sudah memaafkan sikapnya yang kelewatan terhadap sooyoung, walaupun seharusnya ia meminta maaf langsung kepada sooyoung bukan padaku tetapi, sudahlah kami memutuskan untuk melupakan segalanya. Tapi, perasaanku padanya sudah benar-benar habis. Berulang kali ia memintaku untuk kembali, aku sudah mencoba untuk kembali mencintainya namun sia-sia.

"hei! Jangan melamun! Bagaimana kalau kita bersenang-senang malam ini hah?" Si nakal Joo hyuk mengalungkan lengannya pada bahuku, berusaha mengajakku untuk menikmati dunia malam yag dulu juga sempat menjadi favoritku

"ahh.. aku malas" jawabku mengacuhkannya

"dasar kau tidak asik!! Ayolahh.. malam ini saja! Aku ada kenalan yang sangat cantik di club langananku.. baru kenal sih, aku baru mau mencobanya malam ini.. ayolah"

Ia terus merengek padaku dan apa boleh buat aku harus mengabulkan ajakannya untuk malam ini saja.

"baiklah! Apa boleh buat"

"OKE!! LET' S GO !!

SOOYOUNG SIDE

Aku duduk seorang diri diantara kerumuman orang yang tengah sibuk dengan kepentingan duniawinya. Mereka sibuk berdansa, meneguk minuman keras serta bercumbu ria didalam ruangan gelap yang dipenuhi oleh kerlap kerlip lampu yang bergantian menyinari setiap sudutnya. Aroma alcohol tercium jelas oleh siapa saja yang memasuki club yang cukup terkenal di dearah Gangnam ini.

Dan aku, Park sooyoung, masih ada dalam dunia ini. sempat pernah terpikir untuk menghentikan semuanya tetapi, aku masih butuh uang untuk adik-adikku dan untuk hidup kami bertiga. Lagi pula sungaje sudah tidak ada disisiku karena itulah tidak ada alasan bagiku untuk meninggalkan dunia gemerlap ini.

STAND BY ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang