Twentry Three - U.R-

693 65 51
                                    

One Year Later

Seoul University, 2021

"Berikutnya, lulusan terbaik dari Jurusan Manegement, Park Yerim "

Semua bertepuk tangan riuh ketika sosok cantik adikku yang menggunkan Toga berwarna hitam mulai naik keatas panggung. Begitu pula dengan aku. Tidak henti-hentinya kedua telapak tanganku ini saling beradu, menunjukan rasa bangga yang teramat besar bagi adikku Yerim yang lulus dengan predikat cumlaude.

Aku lirik tunanganku yang kini tengah tersenyum memandang kearah yeri dengan tatapan bangga pula. Tentu saja, pria ini sudah menganggap Yeri dan chenle sebagai adiknya sendiri, jadi wajar jika ia merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan

Ketika tepuk tangan mulai mereda, aku secara otomatis melingkarkan lenganku pada lengannya, menyandarkan kepalaku pada bahunya yang nyaman. Ia memandangku dengan tatapan yang heran namun aku membalasnya dengan senyuman termanisku.

"kenapa kau manja seperti ini sih? Tumben?" ia berbisik padaku seolah tidak ingin orang lain mendengarnya

"hehe.. karena aku sedang bersyukur kalau kau telah kembali ke sisiku"

-------------------------

"selamat sayang" aku memeluk tubuh yeri erat, memberikanya pelukan hangat yang aku campurkan dengan banyaknya rasa cinta dan kasih sayang

"ahh unnie! Hentikan aku sesak!"

"plak!"

"ya sakit Unnie!"

"kau ini, aku memelukmu dengan cinta, kau malah bilang itu sesak? Menyebalkan!" aku melepaskan pelukan itu, mengembungkan pipiku berpura-pura marah padanya

Sementara itu lelaki yang ada disampingku tertawa lebar melihat sikap kami. Ia mengacak-acak rambut  Yeri gemas dan sepertinya yeri menyukai sentuhan lembut itu, bisa terlihat dari ia yang sekarang menutup matanya lalu menunjukan aegyonya yg khas

"kakak berdua ini ribut terus, kalian seperti tom&Jerry! Kalau begitu terus kapan kita bisa mulai makan?"

Chenle yang sedari tadi cemberut membuat kami sadar bahwa kami sekarang sedang berada disebuah restaurant korea demi untuk merayakan kelulusan Yeri.

"hahah.. kau benar jagoan, ayo mari kita makan terlebih dahulu"

Tunanganku itu melempar senyum kepada kami bertiga dan dengan cepat kami menyentuh sendok kami masing-masing

"Selamat makan" ucap kami berempat bersamaan

"Unnie, Oppa kapan kalian akan menikah?" yeri membuka pertayaan yang sensitife bagi kami berdua.

Aku memang sedang menunggu proposal kedua dari pria yang kini sedang terbatuk-batuk, kaget akan pertanyaan Yeri yang tiba-tiba.

"aku tidak tau sih.. bagaimana Oppa?" tanyaku kembali, sambil melotot pada ia yang malah membalas tatapanku dengan senyuman lembutnya

"secepatnya kok tenang saja" jawabnya santai

"jangan lama-lama..nanti ada yang merebut Unnie lagi loh hihi" yeri mengikik kecil, ia memang doyan meledek hubungan kami, baginya hubungan kami ini merupakan sasaran empuk untuk objek kesenangannya, dasar gadis nakal.

"unnie, kau ini senang sekali meledek noona dan Hyung, dasar jahil!" chenle yang sedari tadi diam kini mengeluarkan suaranya yang sudah mulai berubah menjadi berat

"haha.. chenle-ya kau tumbuh menjadi pria yang cool yah.. pasti banyak wanita yang ingin menjadi kekasihmu ya?" kini tunanganku itu mencubit gemas pipi chenle. Chenle sama sekali tidak marah. Ia malah menunjukan senyumanya yang bangga dan seolah berkata "tentu sja"

"aku bukannya jahil! Tapi aku ingin mereka menikah karena aku juga ingin segera menikah dengan Jungkook Oppa"

"YA!! Kau tidak boleh menikah dulu! Kerja yang benar baru boleh menikah..dasar kau!" yeri berhasil memancing emosiku, aku benar-benar tidak ingin jika ia menikah dengan cepat, aku ingin ia menikmati masa mudanya dulu, baru setelah itu ia bebas untuk memasuki jenjang kehidupan yang lebih serius dan yang pasti aku belum siap melihat adik kesayanganku jadi milik orang lain

"haha.. jangan marah Unnie, aku hanya tidak ingin menikah di usia yang cukup tua seperti mu"

"YA! YEri ya!"

"hmm.. benar juga yah? Kau sudah cukup tua sekarang? Berapa umurmu?27 ya?"

"Oppa!! Berhenti meledekku!!"

"HAHAHHA"

----------------------------------

Kami berdua bersamanya saling bergandengan menyusuri jalanan yang disetiap sampingnya dipenuhi oleh pohon-pohon dengan dedaunan yang mulai menguning dan berguguran dengan indah memenuhi jalanan ini.

Tangan kami saling mengait dengan erat, seolah enggan terpisahkan.

Aku selalu merasa hangat jika disampingnya, jika aku ada disamping pria yang ternyata amat aku cintai ini.

"sooyoung-ya.. ayo kita menikah?"

Ajakan darinya itu membuat aku menghentikan langkahku. Bukannya menunjukan ekspresi wajah yang senang, aku malah mendengus kesal kepadanya

"kau ini, tidak bisakah romantis sedikit saja.. huh!"

"haha..kau ini, memangnya kau mengharapkan yang seperti apa? ini bukan drama korea sooyoung-ah" ia mengacak suraiku gemas, dan aku sangat senang jika ia menyentuh rambutku seperti ini. wanita memang seperti itu bukan?

"huh! Iah sih..baiklah ayo kita menikah!" kini aku rangkul lengannya manja dan melanjutkan jalan santai kami sambil memandangi daun yang berguguran dan meresapi hangatnya cinta yang tercipta diantara kami

"hmm.. kau benar-benar yakin jika menikah denganku?" pertanyaan dariku itu sekarang yang membuat ia menghentikan langkah pelannya. Ia kemudian menatap kearahku, mengembangkan senyum terbaiknya dan sambil menatap tegas padaku.

"tentu saja, kenapa kau malah jadi ragu seperti itu.. bukankah seharusnya aku yang ragu?"

"kau, kenapa kau ragu kepadaku?" tanyaku kembali dengan berjuta rasa penasaran yang penuh

"aku takut kalau ternyata kau masih mencintainya"

Jawabanya itu membuat aku tersenyum. Aku tidak pernah tau kalau tunanganku ini ternyata menyimpan kehawatiran yang sia-sia.

"tentu saja tidak"

"semua itu sudah aku kubur dalam-dalam...aku sudah melupakan masa laluku dan hanya cerita tentang kau dan aku yang masih terlukis indah dalam ingatanku"

Dia masih diam., seolah masih tidak percaya dengan penjelasan yang aku berikan padanya

"oppa" aku memperbaiki rambutnya yang tersapu oleh angin yang berputar disekitar kami

"aku mencintaimu, dan kau tidak perlu ragu akan hal itu"

Kini jemariku menyentuh dagunya. Kakiku sedikit menjinjit untuk menyamakan tinggiku dengan ia, agar aku bisa meyentuh bibir dinginya dengan bibirku.

Aku cium bibirnya lembut. Tidak ada napsu dalam ciuman kami, hanya sentuhan lembut yang aku berikan agar ia percaya dengan hatiku, dengan cintaku yang memang kini hanya satu untuk dirinya seorang.

Aku melepaskan bibirku dari dia yang masih kaku memandang tidak percaya padaku.

"aku hanya mencintaimu"

Ia tersenyum lembut

"aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu sooyoung-ah"

-FIN-

FIN sih, tapi..Siapa kah dia? Masih ada last chapnya yaahhh chapter 24 yang bakal gua publish besok malem plus epiloge joy, sungjae, jisoo ya bsk publis sekaligus semua hehhe .. tadinya last chap sma epilog mau dipublish umat tapi jumat ga bsa publish hiksss...jdi dipercepat ...thank you ❤

STAND BY ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang