Jaejoong dibully oleh teman-teman dan juga kakak kelasnya. Jaejoong tidak tahu kalau di sekolah ini mereka lebih kejam. Jaejoong hanya tidak mampu melawan. Ia tidak mampu dan tidak ingin tertimpa masalah yang lebih berat. Panggilan 'Gendut' itu masih ada, namun Jaejoong tidak ingin menangis lagi karenanya.
Yunho juga sudah memiliki teman baru. Teman baru Yunho jauh lebih hebat. Mereka semua anak pengusaha kaya, rekan bisnis keluarga Jung. Jaejoong juga berasal dari keluarga berada, namun tidak sekeren mereka semua.
Jaejoong tidak berani menghampiri Yunho. Dia hanya bisa menatap Yunho dari jauh dan tak melakukan apapun.
"Apa yang kau lihat?" Sebuah suara terdengar di belakang Jaejoong.
"Ah..." Jaejoong terkejut dan menoleh.
"Aku Changmin. Anak yang duduk di belakangmu."
Jaejoong mengangguk beberapa kali.
"Apa yang kau lakukan di sini, Jaejoong?" Changmin bertanya lagi. Jaejoong tersenyum pias.
"Aku tidak melakukan apapun."
"Kau mengenal Yunho?"
"Kami sekelas ketika TK dulu."
Jeda terjadi di antara mereka. Changmin memperhatikan Yunho yang dikelilingi anak lain, lalu matanya terarah pada Jaejoong.
"Kalau memang dia temanmu, dia tak akan pernah mengabaikanmu." Satu kalimat dari Changmin membuat Jaejoong terpaku.
Mungkin Yunho memang tidak menganggapnya teman lagi.
Hari-hari Jaejoong berlalu begitu saja. Sekarang hari-harinya di sekolah jadi makin menyebalkan. Anak-anak lain selalu menggoda dan mengatainya gendut. Meski itu memang fakta, namun Jaejoong tidak suka ketika diolok-olok begitu. Belum lagi kakak kelas yang selalu menyuruhnya ini dan itu.
Mereka juga selalu menertawai Jaejoong.
Mungkin Changmin benar. Yunho tidak menganggapnya teman. Kalau memang Yunho menganggapnya begitu, seharusnya Yunho menyapanya. Setidaknya mengajak dia bicara. Meski Yunho tidak menganggapnya teman lagi, namun mereka pernah bertukar pin ketika perpisahan. Itu sudah cukup jadi alasan kenapa Jaejoong menganggap Yunho penyelamatnya. Belum lagi prakarya itu, lalu piala...
Jaejoong pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Dia tidak boleh menangis sekarang. Dia sudah besar. Nanti ibu bisa marah kalau Jaejoong masih manja. Ketika Jaejoong masuk ke kamar mandi, ada kakak kelas menyebalkan itu lagi di sana.
"Jaejoong..." Mereka melambai senang, terbahak geli setelah itu.
Jibum tergelak senang ketika adik kelas yang selalu dia jahili itu datang sendiri ke kandang singa. Anak itu masih kelas tiga, namun anak-anak lain tidak berani melawannya. Bahkan ada anak kelas lima dan kelas enam yang jadi anak buah Jibum.
"Hai, hai..." Jibum menarik seragam Jaejoong ketika anak itu akan melarikan diri.
"Tolong lepaskan aku, Sunbae!"
Jibum tergelak bersama gengnya. Mereka masih SD, namun kelakuannya sudah seperti preman saja. Keluarga Jibum juga berpengaruh sekali. Keluarganya punya perguruan bela diri. Jibum dididik dengan keras oleh keluarganya sendiri. Berbeda konsep dengan Yunho yang dididik untuk menggunakan otaknya, Jibum dididik untuk menggunakan ototnya.
"Kenapa kau ingin melarikan diri dariku, Jaejoong?" Jibum tergelak.
Jibum menarik lengan Jaejoong, lalu mendorong anak itu masuk ke dalam salah satu bilik toilet.
"Sun... Sunbae..." Jaejoong gemetar dan mencoba membuka pintu. Sayangnya Jibum mengunci pintu itu dari luar dan terbahak senang.
"Semoga ada yang membukakan pintu untukmu, Gendut!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Chubby
FanfictionYunho kenal anak itu. Anak tembem yang menangis ketika dijahili anak-anak nakal tetangga. Yunho tahu namanya, mengenalnya, bahkan jadi teman belajarnya. Hanya saja Yunho terlalu pengecut untuk membela anak itu ketika dijahili. Yunho tidak ingin dire...