Jaejoong pergi ke sekolah dengan kondisi tangan dan bibir terkelupas. Di tangannya sudah ada piala Yunho. Jaejoong bahkan mengelapnya semalam hingga piala itu terlihat jauh lebih bagus dan bersih. Jaejoong melangkah pelan, mencari keberadaan Yunho. Namun anak itu belum datang. Mungkin Yunho akan marah kalau melihatnya nanti. Hanya saja Jaejoong tidak akan menyerah. Dia akan meminta maaf dan berbaikan kembali dengan Yunho. Yunho adalah teman pertama sekaligus teman satu-satunya bagi Jaejoong. Dia tidak ingin kehilangan sosok itu.
Ketika mobil keluarga Jung berhenti di depan gerbang sekolah, Jaejoong bergerak. Dia meraih bungkusan di atas mejanya dan berlari. Dia juga membungkus piala Yunho dengan sangat baik. Meski Jaejoong harus menyita waktu tidurnya untuk itu.
"Yun..." Jaejoong berlari kencang, ngos-ngosan. Tubuh gendutnya tidak bisa berlari cepat.
Yunho menghentikan langkah tepat di depannya. Matanya memindai kondisi Jaejoong. Anak itu terluka. Di jari dan juga di bibirnya.
"Apa?" Akhirnya Yunho bertanya dingin.
Jaejoong mengulurkan bungkusan cantik di tangannya itu. Yunho menunduk sekilas dan menerimanya.
"Aku sudah memperbaikinya, Yun. Bahkan aku juga sudah mengelapnya hingga bersih." Jaejoong mengatakan itu dengan nada bangga. Selain itu panggilan Yunho juga jadi terdengar manis sekali. Yun katanya....
Ketika Yunho membuka bungkusan itu, matanya mengerjap beberapa kali. Jaejoong benar-benar melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Bahkan bekas patahan itu sudah tidak nampak lagi. Jaejoong mengelap setiap inchi piala Yunho dengan sangat baik.
"Apa ini pialaku?" tanya Yunho cepat.
Jaejoong mengangguk.
"Lihat, ini bekas patahannya! Aku tidak membeli yang baru, Yun."
Yunho mengerjap ke arah Jaejoong. Matanya berkaca-kaca. Hatinya tersentuh tiba-tiba. Rasa marah dan kesal yang sempat dia rasakan akhirnya menguap begitu saja. Apalagi ketika melihat bibir Jaejoong mengelupas begitu.
"Bibirmu kenapa?" Yunho bertanya cepat. Jaejoong tersenyum lebar, lalu menggeleng.
"Ini tidak apa-apa, Yun. Tutup lem super yang diberikan pembantuku terlalu keras, jadi aku menggigitnya. Ketika aku melakukan itu, lalu..."
Yunho spontan mengusap bibir Jaejoong.
"Lain kali kau tidak perlu melakukan hal bodoh seperti itu lagi."
Jaejoong mengerjap dan berucap, "Tetapi aku ingin memperbaiki pialamu. Aku tidak ingin kau marah."
"Aku tidak marah lagi."
"Apa kau memaafkanku?"
"Aku memaafkanmu."
Wajah Jaejoong cerah seketika. Yunho tersenyum tipis melihat ekspresi Jaejoong. Dia melangkah ke kelas, mendahului Jaejoong yang masih terpaku dan tersenyum seorang diri di sana.
"Yun, terima kasih!" Jaejoong berteriak di sana, melompat lucu. Menggemaskan sekali! Yunho terkikik dalam hati. Kalau Jaejoong tidak menangis, dia terlihat sangat menawan. Ah, setidaknya lengkingan Jaejoong di kelas itu mulai berkurang sekarang!
***
Beberapa bulan berlalu setelah itu. Jaejoong dan Yunho dinyatakan lulus dari TK. Sebenarnya di TK tidak ada ujian, namun acara perpisahan ala anak TK pasti ada. Apalagi donatur-donatur besar pasti diundang di sana. Murid-murid akan menampilkan pertunjukan nanti, jadi selama seminggu penuh tidak ada acara apapun selain latihan.
"Jaejoong yang akan bermain piano. Kita yang akan bernyanyi." Guru Song muncul sambil tersenyum. Di tangannya ada kertas dengan lagu-lagu manis.
"Seonsangnim, apa Yunho boleh bermain piano denganku?" Jaejoong menunduk malu-malu. Dia tidak bisa bermain di depan orang banyak karena malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Chubby
FanficYunho kenal anak itu. Anak tembem yang menangis ketika dijahili anak-anak nakal tetangga. Yunho tahu namanya, mengenalnya, bahkan jadi teman belajarnya. Hanya saja Yunho terlalu pengecut untuk membela anak itu ketika dijahili. Yunho tidak ingin dire...