Masa SD Jaejoong berlanjut. Jaejoong menyesuaikan diri di luar negeri. Karena lidahnya tidak nyaman dengan rasa makanan asing, Jaejoong tidak suka makan seperti dulu. Selera makannya menguap begitu saja. Jaejoong hanya mau makan permen, namun giginya sakit setelah itu. Karena itulah Jaejoong tidak makan makanan manis ataupun makan masakan asing lagi.
Berat badannya turun drastis. Selain itu dia juga berjalan kaki ke sekolah. Jaejoong tidak lagi dibully seperti sebelumnya. Dia mulai berani bicara banyak. Jaejoong mendapatkan pelatihan bahasa di rumah. Jaejoong mulai senang menggunakan bahasa asing itu.
"Jaejoong, coba gunakan kalimat untuk meminta bantuan!" Private tutornya kembali dengan speaking class mereka.
"Could you help me please?" Jaejoong membaca buku di tangannya.
"Good job, Jaejoong!"
Jaejoong tersenyum lebar. Dia mulai punya teman di kelas. Mereka tidak lagi menganggap Jaejoong gendut dan sejenisnya. Ada banyak orang gendut di kelas Jaejoong, jadi dia tak sendiri.
Namun meski begitu selera makannya mulai mengikis.
"Kapan ayah dan ibuku pulang?" Jaejoong mengerjap ke arah pembantunya. Mereka tersenyum dan bersiap mengeluarkan hiburan lagi.
"Mereka akan segera kembali, Tuan."
"Kenapa mereka lama sekali? Ini sudah tiga hari..." Jaejoong mengeluh.
Sejak kepindahan mereka ke tempat ini, Jaejoong tidak mengenali kedua orang tuanya lagi. Mereka sangat sibuk dan tidak punya waktu bertemu dengannya. Ayahnya sibuk dengan perusahaan pusat, sedangkan ibunya sibuk di perusahaan baru mereka. Jaejoong makan sendirin selama ini, namun seleranya tidak sebesar dulu. Selain karena jajanan di sekolah tidak sesuai dengan lidahnya, di rumah pun dia harus makan seorang diri.
Jaejoong mengerjap beberapa kali.
Jaejoong tidak lagi menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya. Mereka benar-benar jauh. Jaejoong mencoba untuk tidak menuntut mereka. Jaejoong sudah belajar banyak. Karena dia terlalu cengeng, teman pertamanya pergi. Karena dia merepotkan, teman pertamanya meninggalkan Jaejoong sendiri. Sekarang Jaejoong belajar banyak. Dia tidak akan menangis hanya karena apa yang dia inginkan tak tercapai.
Lalu hari itu datang. Di tahun ke empat sekolah dasarnya, semua berubah. Dunia Jaejoong dibalik begitu saja. Orang tuanya mulai sering bertengkar. Hal itu dimulai dari kesibukan masing-masing.
"Apa yang kau lakukan selama ini? Aku adalah kepala rumah tangga, jadi aku yang akan bekerja. Kau asuh Jaejoong."
"Aku juga berhak bekerja."
"Tidak! Kau diam di rumah, Park Yuri!"
"Aku tidak akan diam saja! Aku juga punya hak untuk bekerja."
"Lalu siapa yang akan merawat Jaejoong?"
"Ada pengasuh dan pembantu di sini!"
Jaejoong mendengar semuanya. Setiap saat kedua orang tuanya bertengkar. Terkadang mereka tidak melakukan itu. Jelas, karena mereka sibuk dan tak bertemu. Ketika bertemu, mereka hanya sibuk berdebat.
Jaejoong mendengar apa yang kedua orang tuanya katakan. Tidak lagi. Jaejoong tidak lagi menangis karena mendengar ucapan mereka. Jaejoong sudah cukup muak dengan pertengkaran mereka yang selalu menyeretnya itu.
Jaejoong tidak lagi menangis.
Air matanya sudah kering untuk menyesali semuanya.
Seandainya saja perusahaan cabang itu tidak berkembang sepesat ini, mungkin Jaejoong tidak akan pindah ke negeri asing ini. Jaejoong pasti masih ada di Korea, bermain bersama Changmin dan bertemu Yunho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Chubby
FanfictionYunho kenal anak itu. Anak tembem yang menangis ketika dijahili anak-anak nakal tetangga. Yunho tahu namanya, mengenalnya, bahkan jadi teman belajarnya. Hanya saja Yunho terlalu pengecut untuk membela anak itu ketika dijahili. Yunho tidak ingin dire...