Begitu jemari Jaejoong berhenti dari tuts piano, hati Yunho berantakan. Dia ingin memeluk Jaejoong, namun Yunho takut. Takut kalau Jaejoong akan makin menjauh darinya. Yunho terpaku. Jaejoong bergerak gelisah. Yunho menangkap pergerakan itu, namun dia tak mampu membuka mulutnya.
"Apa aku boleh pulang?" Pertanyaan Jaejoong kembali menyentakkan Yunho pada kesadarannya. Matanya mengerjap beberapa kali. Jaejoong makin gelisah.
Yunho menangkap pergerakan Jaejoong, lalu matanya kembali menatap goresan-goresan di pergelangan tangannya. Yunho masih belum mendengar soal itu. Kesadaran dan sakit hatinya makin berkobar. Yunho melangkah cepat ke arah Jaejoong, lalu menarik pergelangan tangannya.
"Kau belum menjelaskan padaku soal ini, Jaejoong!" ucap Yunho tajam.
"Aku sudah katakan padamu, ini bukan..."
"Aku akan mengurungmu di sini kalau kau tak menceritakan soal ini!" ancam Yunho kejam.
"Kau sudah berjanji akan melepaskanku begitu aku selesai bermain piano! Ini tidak seperti kesepakatan kita, Jung!"
"Kau percaya padaku, Jaejoong? Aku sudah menahan diri lama sekali untuk ini!" Yunho menggeram tak suka. Rahangnya mengatup kencang. Yunho emosi sekarang. Jaejoong merinding tiba-tiba.
"Apapun yang terjadi padaku sama sekali bukan urusanmu, Jung."
"Katakan padaku!" Yunho membentak marah. Jaejoong tidak ingin bercerita soal ini, tetapi Yunho sangat pemaksa. Jaejoong enggan berdebat. Lagipula dia tak peduli dengan pendapat Yunho setelah ini.
"Aku tidak apa-apa."
"Siapa yang melakukan ini, Jaejoong?!"
Jaejoong bungkam. Yunho tahu apa maksudnya itu.
"Kenapa kau melakukannya, Jaejoong?"
"Ini..."
"Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri?"
Raut wajah Jaejoong berubah. Pertanyaan Yunho berhasil menangkap sebuah rasa sakit dari lubuk hati Jaejoong. Hati Jaejoong makin terluka. Makin menyakitkan. Jaejoong memalingkan wajahnya enggan. Yunho mengulurkan jemarinya, mengusap pipi Jaejoong sekilas.
Hati beku Jaejoong mulai mencair karena sentuhan Yunho. Ada gelenyar aneh yang perlahan menjalari hatinya. Yunho mampu meraih tempat itu dengan rasa baru. Bukan lagi sebagai Yunho si perfeksionis dan pemarah, namun sebagai Yunho yang mampu menyentuh hatinya lagi.
"Aku muak." Dan jawaban Jaejoong membuat Yunho jadi makin tersakiti.
"Jae..."
"Aku ingin mati."
Dunia Yunho seakan dibalik tiba-tiba. Semua ideologi dan prinsip keluarga Jung terlupakan begitu saja. Yunho begitu ingin merendahkan dirinya di hadapan Jaejoong, hanya untuk mengatakan kalau semuanya baik-baik saja.
"Jaejoong..."
"Kau tahu, aku sudah lelah untuk hidup, Yun."
Jantung Yunho berdegup kencang. Tatapan Jaejoong melunak. Matanya mengerjap beberapa kali. Hatinya jadi berantakan lagi. Panggilan Jaejoong adalah panggilan paling manis yang pernah Yunho dengar. Sekarang Jaejoong memanggilnya seperti itu lagi.
"Kau tak boleh mati, Jae!"
"Kau tidak tahu apa-apa soal hidupku."
"Tetapi aku akan mengetahuinya mulai sekarang."
"Kau terlambat."
"Jae..." Yunho menatap wajah Jaejoong, menekan bahu lelaki itu posesif. Yunho akan mengatakannya sekarang. Semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Chubby
FanfictionYunho kenal anak itu. Anak tembem yang menangis ketika dijahili anak-anak nakal tetangga. Yunho tahu namanya, mengenalnya, bahkan jadi teman belajarnya. Hanya saja Yunho terlalu pengecut untuk membela anak itu ketika dijahili. Yunho tidak ingin dire...