Chapter 21. Cemburu

11.1K 1.5K 229
                                    

            Prinsip seorang Jung Yunho tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh orang lain, bahkan meski mereka melakukan banyak cara. Aura kepemimpinan Yunho mutlak, bahkan ketika dia masih kecil. Didikan keras dan juga berkelas yang diberikan oleh keluarga membuat Yunho selalu berada di atas angin. Musuh dan pesaing mereka akan mundur secara perlahan. Bahkan ada isu kalau keluarga Jung juga memegang keuangan Korea. Kalau perusahaan mereka merugi, maka negara juga akan rugi. Karena itulah keluarga Jung seolah tak terjamah.

Yunho dididik dengan sangat baik dan juga keras untuk mengemban tanggungjawab seberat itu. Dia tak tersentuh, bahkan bisa melakukan apapun. Hanya saja Jung Yunho juga punya kelemahan. Dulu Yunho bertanya pada dirinya sendiri apa kelemahannya. Dia akan menghancurkan kelemahannya dan menambal kelemahan itu dengan kelebihan yang dia punya. Tetapi takdir berkata lain.

Semakin dewasa usia Jung Yunho, kelemahannya semakin terlihat. Yunho yang tak pernah merendahkan dirinya di depan orang lain kini harus melakukan itu. Kelemahannya bukan pada benda, namun pada seorang manusia yang sulit diraih. Lelaki menawan yang sangat memukau. Lelaki menawan yang sangat angkuh dan pernah menjadi bagian dari masa lalunya.

"Tuan..." Kepala pelayannya membungkuk hormat.

"Ada apa?"

"Apa yang akan saya lakukan dengan ini?" Pelayan itu menunjukkan sebuah baju yang sudah sobek. Kancingnya bahkan sudah hilang.

Yunho tersenyum dan meraih benda itu.

"Aku akan menyimpannya."

Kepala pelayannya melongo. Ini kali kedua tuan mudanya memperlakukan sebuah benda dengan sangat berharga. Dulu pernah. Pialanya. Sekarang sebuah baju yang sudah sobek dan kancingnya hilang.

Yunho tak akan pernah mundur dan akan selalu mengejar Jaejoong. Kemanapun Jaejoong pergi, Yunho akan selalu mengejarnya. Dia tak ingin kejadian masa lalu terulang kembali akibat kebodohannya. Yunho tak akan pernah kapok untuk mendekati Jaejoong. Bahkan meski harus merendahkan dirinya sekalipun, dia sanggup!

Jaejoong menghela napas lelah. Dia melepas baju yang dia dapat dari Jung Yunho tadi. Yunho memberikan bajunya pada Jaejoong. Jaeoong berdehem enggan. Matanya mengerjap beberapa kali. Ketika dia berkaca, mulutnya melongo sempurna.

"Jung sialan!" desisnya gemas.

Tubuh Jaejoong penuh dengan bercak mengerikan. Warnanya merah dan tersebar hampir ke seluruh tubuhnya. Di dada, perut, bahu, leher...

Arrrggghhh! Jung sialan, bagaimana cara Jaejoong menutupi semua ini? Jaejoong mencoba mengoleskan lotion hingga bedak ke bekas itu, namun percuma. Bekas itu mungkin akan hilang dalam beberapa hari, tetapi besok Jaejoong ada pengukuran seragam jurusan. Bagaimana cara agar mereka semua tak melihat bekas ini?

Jaejoong ingin mengusir Yunho pergi dari sisinya, namun dia tak benar-benar melakukannya. Jaejoong malah berharap Yunho semakin mendekatinya. Meski Jaejoong mengusir lelaki itu, namun sebenarnya Jaejoong tidak berniat melakukan itu.

Jaejoong berharap Yunho tidak kapok untuk mendekatinya. Dan juga tidak menyerah. Jaejoong mungkin belum bisa memercayai Yunho sepenuhnya, namun sekarang Jaejoong sedang mencoba membuka hatinya kembali.

Keesokan harinya, Jaejoong kembali ditertawakan oleh teman-teman yang lain karena tubuhnya. Tempat lelaki dan perempuan dipisah, karena itulah teman-teman lelakinya yang terbahak kencang.

"Wuah... aku tak pernah menyangka kalau kau berani sekali, Jaejoong! Awalnya kupikir kau sangat polos." Jimin berkomentar.

"Ini tidak seperti dugaanmu."

"Apa pacarmu sangat agresif?"

"Diamlah, Park Jimin!"

"Dia posesif sekali!" Jimin masih tergelak geli. Jaejoong malas membahas hal ini. Dia tidak tahu harus menjelaskan bagaimana. Kalau Jimin tahu pelakunya, mungkin lelaki itu tak akan percaya.

Mereka berdua keluar dari ruang ganti dan melangkah ke arah parkiran. Mungkin hari ini Jaejoong ingin mengutuk seseorang, dan orang itu muncul di depannya. Dia muncul dengan banyak perempuan. Tertawa bahagia bersama. Lihat itu, Jaejoong! Dari awal kau harusnya sudah tahu kalau Yunho bukan lelaki yang setia. Dia hanya bermain-main denganmu!

"Dia Jung Yunho, bukan? Dia yang kemarin menarikmu pergi itu, bukan?" Jimin menggebu dan menunjuk Yunho. Yunho tak melihat mereka berdua. Sementara itu Jaejoong hanya sanggup bungkam. Matanya terpaku pada tempat itu.

"Ya..." bisiknya.

Kenapa, Jaejoong? Kenapa hatimu sakit sekali? Hanya karena Yunho tertawa mesra dengan para wanita itu kau jadi panas begini. Ingatlah, jangan pernah berharap padanya! Kau hanya dia jadikan mainan, tidak lebih. Kenapa Yunho harus serius denganmu? Dia bisa mendapatkan orang yang lebih baik darimu. Kau ini apa?

"Jaejoong, kau baik-baik saja?" Jimin menepuk bahu Jaejoong.

Jaejoong menoleh ke arah Jimin dengan raut terluka. Sekarang dia tak punya alasan untuk berdekatan dengan Yunho. Harapan kecilnya hancur begitu saja. Lenyap tak tersisa lagi. Jaejoong tidak lagi seperti dulu!

"Aku ingin pulang, Jimin."

"Kenapa kau buru-buru? Kita harus bertemu dengan salah satu desainer, Jaejoong."

"Mungkin lain kali saja, Jimin."

"Kau baik-baik saja?" Jimin menyentuh bahu Jaejoong, namun lelaki itu masih terlihat aneh. Tatapannya terlihat datar dan juga terluka. Yunho sama saja seperti lelaki lain yang brengsek!

"Aku tidak apa-apa, Jimin."

"Jae, tapi wajahmu pucat sekali."

"Aku tidak apa-apa!!" Jaejoong membentak kalut.

Jaejoong tidak mampu menjelaskan perasaannya kali ini. Dia hanya merasa sakit dan hancur dalam waktu yang bersamaan. Kecewa yang sangat besar hingga seperti ingin mati. Ketika Jaejoong membentak tadi, Yunho mendengarnya. Yunho menoleh ke arah Jaejoong. Di saat yang sama, Jaejoong juga menatapnya.

Mereka bertatapan, namun Jaejoong lebih dulu memalingkan wajahnya. Dia jijik dengan dirinya sendiri. Kenapa dia bisa diperdaya oleh seorang Jung Yunho. Dia itu memang keturunan keluarga Jung, Jaejoong! Dia brengsek!

Jaejoong berbalik dan pergi dari tempat itu dengan raut... cemburu. Yunho tidak mengerti kenapa Jaejoong terlihat marah begitu. Dia bermaksud menghampiri Jaejoong, jadi dia mengejarnya. Jaejoong sudah terlanjur menghentikan taksi dan pulang.

Yunho terlambat.

"Apa yang terjadi?" Yunho bertanya cepat pada Jimin. Jimin hanya melongo dan menggeleng pelan.

"Aku juga tak mengerti. Tadi kami akan pergi menemui desainer dan kami melihatmu."

Yunho mengerjap beberapa kali. Dia jadi makin tak paham.

"Yunho, ada apa? Apa kau akan membatalkan rencana kita lagi?" Wanita-wanita itu mendekati Yunho.

"Rencana apa?" Jimin bertanya cepat. Dia penasaran dengan rencana Yunho dan para wanita ini.

"Kami akan mencari hadiah untuk ulang tahu seseorang yang sangat berharga untuk Yunho."

Jimin menaikkan alisnya. Lelaki itu mengingat sesuatu. Jaejoong juga hampir berulang tahun sekarang. Kenapa kebetulan sekali? Ketika Jimin sibuk dengan dugaannya, Yunho sudah beranjak pergi menyusul Jaejoong. Hanya saja...

Hari itu Yunho terlambat.

Jaejoong sudah terlanjur terluka. Jaejoong sudah tahu kalau jadinya akan seperti ini. Yunho tidak akan pernah serius dengannya. Yunho sengaja menghancurkannya dari dalam. Jaejoong menangis di dalam kamar mandinya. Dia mengguyur tubuhnya sendiri dengan pakaian lengkap. Jaejoong hancur.

Kalut yang luar biasa menderanya.

Jaejoong melempar sesuatu ke arah kaca kamar mandinya. Kaca itu hancur. Ketika melihat pecahan itu di lantai, hatinya makin berantakan. Lalu sebuah pemikiran melintas di otaknya.

Mati.

Dan untuk yang kesekian kalinya Jaejoong melakukan itu. Kali ini bukan menggores, namun sudah menekan pecahan kaca itu. Tepat di urat nadinya. Dalam. Dalam. Pandangan Jaejoong menggelap sementara darah sudah mengucur deras. Jaejoong sudah benar-benar putus asa.

TBC

Aku dulu ngetik ini sambil sok baper, sekarang ngakak-ngakak... :v

Lovely ChubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang