[12] You Love Her, Mate!

5.6K 632 62
                                    

Draco menatap gusar kertas memo yang tertempel di kulkas.

To: Draco

Aku pergi selama satu minggu. Ponsel aku tidak aktifkan. Jaga kesehatanmu. Aku sudah memesan makanan dari catering. Mereka akan selalu mengirim makanan kerumah setiap hari.

Hermione.

Ia meraih kertas tersebut lalu meremasnya dan membuangnya ke tempat sampah. Apa-apaan ini? Pergi selama satu minggu, dan hanya memberitahu lewat kertas sialan ini. Dia kira pergi selama itu sama dengan pergi ke supermarket?

Draco mencoba menghubungi ponsel Hermione, namun wanita itu sungguh-sungguh mengnonaktifkan ponselnya. Itu membuat Draco tambah kesal lagi.

"Kemana sih dia?" Gerutunya sembari menuangkan jus jeruk kemasan pada gelas.

Ia mulai berpikir. Apa jangan-jangan Hermione kembali kepada mantan suaminya? Ah, tapi Weasell-bee itu sudah punya istri. Tapi itu tidak menutup kemungkinan 'kan? Atau wanita itu menjalin hubungan dengan pria lain dibelakangnya? Jadi dia tidak mau memberitahu kemana dia akan pergi.

Hahhh!!! Kemana kau pergi, Granger?! Draco menendang rak piring dengan kuat sehingga membuat isinya bergoyang.

Draco pergi ke kantor dengan suasana hati gusar. Dia juga khawatir. Hermione ada diluar sana. Dan dia tidak tahu wanita itu ada dimana. Didalam negeri kah? Atau bahkan luar negeri?

Draco mengerang frustasi. Ia sudah menelfon kedua orang tua Hermione. Tapi mereka malah menjawab, Hermione sedang berlibur. Jadi wanita itu bilang ke orang tuanya kalau Ia ingin berlibur. Tapi kenapa tiba-tiba? Dan kenapa ponselnya tidak diaktifkan? Apa dia benar-benar tidak ingin diganggu?

Ahh, itu pasti benar. Dia tidak ingin diganggu saat bermesraan dengan pacar barunya itu. Iya, itu pasti!

"Sialan!!"

***

Ia menggelinjang kesakitan diatas ranjang rumah sakit. Kepalanya berdenyut-denyut. Ditambah perutnya yang mual. Ia memuntahkan cairan kemerahan. Peluh membasahi seluruh tubuhnya.

Ia harus kuat. Kuat. Kuat. Seprai yang tadi terpasang rapih, kini sudah mulai berantakan karna remasannya untuk menahan rasa sakitnya. Ia muntah lagi. Lagi. Dan lagi. Sampai tubuhnya terkulai lemas.

Bayangan mereka yang disayanginya berkelebatan dikepalanya. Senyuman mereka. Tatapan hangatnya. Panggilan keceriaan. Pelukan. Ia harus kuat.

"Mummy! Aku juara satu dikelas."

Air mata mengalir disudut-sudut matanya. Deru napasnya masih berat. Ia merasa panas dingin.

"Hahhh.. aku mau beli permen, Mummy. Boleh yaa??"

Ia memuntahkan lagi cairan yang terasa mengocok perutnya. Matanya sudah mendelik-delik menahan sakit. Dibibirnya yang pucat terlihat bintik darah karna gigitannya sendiri. Kepalanya terasa berputar.

"Aku membuat gurame bakar. Ayo kita makan"

Dunia seakan terbalik. Semuanya terasa berputar-putar. Kapan ini semua berakhir? Ia sudah tidak kuat lagi. Ia membungkukkan badannya lagi dan memuntahkan semuanya. Lelah. Itu yang dia rasakan. Tubuhnya terasa amat lemah.

"Kalau aku tiba-tiba sakit pada tengah malam bagaimana?"

Tangisannya pecah. Ia meraung sembari menahan semua sakit pada dirinya. Air mata sudah membanjiri setiap inci wajah pucatnya. Bersatu dengan keringat yang juga menetes dari dahi dan pelipisnya.

Last Love [DRAMIONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang